*masih menunggu Kau selalu di hatiku chapter 3 muncul di My own. mana ne jeng +Shin Haido lanjutannya
**ketagihan...
BAB 2
RIMA
“Aku
sudah coba menghubungi seseorang yang bisa bantu kamu, Rim!”
Sedikit
sulit untuk memegang ponsel dengan benar kalau kau sedang membawa banyak barang
dan itu terjadi padaku saat ini. Ponselku berdering tepat ketika aku sedang
sibuk membawa beberapa belajaan untuk kubawa ke apartemen Lea. Nama Diva
membuatku segera mengangkat ponsel itu dan membuatku sedikit kerepotan ketika
berjalan.
“Beneran?
Siapa? Gimana cara dia bantu aku?” tanyaku senang sembari mengangkat kantung
belanjaanku dengan tanganku yang lain.
“Nanti
kamu juga tahu, dua hari lagi dia datang ke rumah kamu sekalian mengurus
kontrak itu. Siapa tahu kamu bisa dapat tambahan waktu untuk pembayaran,” Diva
berdehem sebentar kemudian melanjutkan lagi, “kamu dimana Rim?”
“Aku
perjalanan ke kamar Lea. Sarapan sekaligus cerita semua masalah ini ke dia.
Nanti siang, semoga aja dia bisa antar aku ke tempat Tio,” jawabku sembari menunggu
lift yang membawaku ke kamar Lea.
“Enak
bener dia bisa dapat layanan room service!”
“Di,
jangan mulai deh!”
“Oke,
terserah kamu! Jangan bilang aku gak pernah mengingatkan ya!”
Suara
Diva berganti dengan nada sibuk yang menandakan dia sudah menutup ponselnya.
Aku mendesah pelan, berpikir cara untuk meyakinkan Diva supaya bisa menerima
Lea. Masih jelas teringat bagaimana Diva begitu penasaran pada Lea dan langsung
menunjukkan raut muka tidak suka di hari pertama pertemuan mereka. Bagaimana
bisa Diva begitu yakin untuk tidak menyukai seseorang pada saat pertama mereka
bertemu!
Aku
memasukkan kembali ponselku ke dalam tas kecil yang kubawa dan masuk ke dalam
lift kemudian memencet lantai kamar Lea. Apa yang salah dari Lea di mata Diva?
Ketika itu Diva langsung menjengit ketika melihat Lea yang datang menemuiku.
Bahkan Diva tak mau menjabat tangan Lea dan segera berpamitan kepadaku. Setelah
kejadian itu, aku bersumpah untuk tidak akan pernah mempertemukan mereka lagi.
Untung saja Lea berbesar hati untuk memaafkan kelakuan Diva saat itu dan tak
pernah mengungkitnya lagi. Sementara Diva, terus menerus memperolok Lea setiap
pertemuan kami.
Pintu
lift terbuka dan aku segera keluar dan berjalan menuju kamar Lea. Setahuku
keluarga Lea tinggal di Malang juga, tapi kenapa dia malah memilih untuk
tinggal di apartemen daripada dengan keluarganya. Itu selalu menjadi
pertanyaanku dan tak pernah berani kutanyakan pada Lea. Aku sangat takut dia
tersinggung dan kemudian marah kepadaku. Kupikir suatu saat nanti dia akan
menceritakan semuanya kepadaku tentang keluarganya, atau mungkin masa lalunya.
Pintu
apartemen Lea berdiri kokoh di hadapanku. Aku merasa sangat lega sudah berada
di depan kamar ini karena tanganku sudah mulai terasa pegal dengan semua
belanjaan yang kubawa. Lea selalu membiarkan kulkasnya kosong dan memintaku
untuk mengisinya setiap aku punya waktu luang. Bahkan dia memberiku kunci
apartemennya agar aku bisa dengan leluasa membersihkan apartemennya yang selalu
terlihat berantakan.
Lea
tidak pernah memintaku secara khusus untuk membersihkan apartemennya. Aku
melakukannya atas keinginanku sendiri. Aku sangat benci tempat yang berantakan
dan instingku langsung terpanggil ketika melihat apartemen Lea saat pertama
kali aku mendatanginya. Pakaian kotor, majalah, piring dan gelas kotor,
bertebaran di setiap sudut ruangan. Tempat kos Tio-pun tak jauh beda. Setiap
kali aku pergi ke tempat Tio, hampir separuh waktu pertemuan kami sudah
kuhabiskan untuk membereskan semua kekacauan yang dia buat di ruangannya
sendiri. Bagaimana seseorang bisa hidup di tempat seperti ini? Lea dan Tio
selalu tersenyum kecut setiap aku menanyakan hal itu pada mereka.
Aku
memencet bel kamar Lea dan menunggu jawaban, kemudian memencet sekali lagi
sebelum memutuskan menggunakan kunci yang diberikan Lea kepadaku. Sepertinya
anak itu masih lelap tidur di atas ranjangnya, sampai tak menyadari suara bel
yang sudah kubunyikan barusan. Cukup sekali putaran, pintu apartemen itu sudah
terbuka. Tepat seperti dugaanku, keadaan di apartemen Lea terlihat cukup parah
seperti biasanya. Padahal seingatku, sekitar seminggu yang lalu aku baru saja
menatanya supaya terliat lebih rapi.
Apartemen
ini sebenarnya cukup bagus. Begitu masuk, sebuah ruang tamu mungil yang
bersanding dengan pantry langsung
menyambut. Corak furniture yang berwarna-warni juga membuat apartemen ini
seharusnya terlihat lebih manis. Tapi yang ada di depan mataku saat ini adalah
sebuah ruang yang berisi dengan setumpuk baju kotor dan satu kantong baju
bersih yang sepertinya baru datang dari laundry. Bau rokok dan juga sampah
busuk yang belum di buang langsung menusuk hidungku. Bahkan kakiku langsung
menginjak sampah bekas bungkus makanan kecil yang sepertinya tersebar di
beberapa tempat lainnya juga.
“Lea…sebaiknya
kau segera bangun dan membantuku membersihkan semua kekacauan ini!” teriakku
sembari berjalan dan membuka pintu kamar Lea.
Astaga!
Apa
maksud semua ini?
Pemandangan
di dalam kamar Lea membuat jantungku seakan melompat keluar dari mulutku. Bukan
keadaan kamar Lea yang sama parahnya seperti ruangan di depan yang membuatku
terkejut. Pemandangan di atas tempat tidur Lea yang paling membuatku terkejut. Lea
terkejut melihatku berdiri di depan pintu. Rambut merah tembaganya tampak
berantakan dan tubuh telanjangnya hanya tertutup oleh selimut. Dia terlihat
tidur di atas seorang pria yang juga telanjang.
Tio.
“Kalian…”
Aku
begitu terkejut dan tak mampu bekata apapun, begitu juga dengan mereka. Tio
yang baru saja bangun langsung terduduk dan mendorong Lea menjauh darinya, tapi
itu sia-sia. Aku sudah melihat semuanya.
“Dasar
brengsek!” teriakku kemudian berlari meninggalkan mereka berdua. Berlari
meninggalkan apartemen Lea.
Suara
Tio yang berteriak memanggil namaku tak kugubris dan aku segera berlari
memasuki lift yang terbuka. Mataku terasa panas menahan air mata yang hendak
memaksa keluar. Seorang wanita paruh baya di dalam lift melihatku dengan
pandangan aneh. Aku tak memperdulikan semua itu sampai ketika dia memekik
terkejut. Kulihat Tio keluar dari kamar dengan hanya menutup bagian bawahnya
menggunakan selimut Lea.
“Cepat
tutup pintu liftnya, Tante! Cowok itu kehabisan obat!” teriakku.
“Gila?”
tanya wanita itu seakan tak percaya. Aku mengangguk keras.
Wanita
itu segera memencet tombol untuk menutup pintu lift sementara aku berusaha
menghalau Tio dengan melemparinya menggunakan belanjaan yang kubawa. Lemparan
pertama sebuah kubis dan dia berhasil mengelak. Yang kedua sebuah wortel dan
tepat mengenai badannya, tapi itu sepertinya tak berpengaruh. Dia semakin
mendekat ke arah lift.
“Rima
dengarkan aku dulu!” teriaknya sambil terus berlari dan menyeret selimut yang
beberapa kali hampir jatuh.
Kenapa pintu lift ini tak segera menutup!
Tio
semakin mendekat dan itu juga membuatku wanita paruh baya di sebelahku semakin
panik. Dia menekan berkali-kali tombol di papan tombol lift. Aku melihat tombol
yang wanita itu tekan dengan penuh semangat karena ketakutan (itu terlihat
jelas di wajahnya yang sangat pucat dan hampir menangis). Pantas pintu lift
tidak menutup, wanita itu malah menekan tombol yang menahan pintu lift untuk
tetap terbuka.
“Tante,
salah pencet!” teriakku panik.
Wanita
itu menepuk dahinya kemudian menekan tombol yang tepat. Tio terlihat semakin
dekat dan wanita itu terpekik, berteriak kaget. Sementara pintu lift tertutup
perlahan. Aku merogoh kantong belanjaanku dan melempar amunisi yang terjangkau
di tanganku. Satu pukulan telak mengenai hidung Tio dan itu membuatnya
berhenti, berteriak kesakitan memegang hidungnya. Sebelum pintu lift
benar-benar menutup, aku masih melihat amunisiku menggelinding di bawah kaki
Tio. Bengkoang.
Lift
mulai bergerak turun. Aku berpandangan dengan wanita itu dan terlihat pancaran
cahaya dari mata kami saling menguatkan satu sama lain. Rasa panik membuat kami
seakan kehabisan nafas dan juga kehabisan stamina.
“Kita
selamat, Nak!” ujar wanita paruh baya itu. Aku mengangguk sambil berusaha
mengatur nafasku yang masih tersengal-sengal.
“Terimakasih
sudah menyelamatkan saya , Tante!”
Wanita
itu tersenyum kemudian memelukku. Tak lama kita menangis berdua sembari
berpelukan. Bedanya dia menangis karena merasa senang telah berhasil selamat
dari orang gila yang akan menyerang dia, sementara aku menangis karena masih
merasa shock akibat kelakuan Tio dan Lea. Suasana di lift benar-benar mengharu
biru sampai ketika kami berada di lantai satu.
Wanita
itu segera melaporkan kejadian yang baru dia alami kepada sekuriti apartemen,
sementara aku melangkah gontai meninggalkan apartemen keparat ini. Kantong
belanjaan yang kubawa terasa jauh lebih ringan karena sebagian isinya sudah
kugunakan sebagai amunisi untuk menghalau Tio tadi. Sekarang hanya tersisa
tomat dan juga telur ayam di dalam wadah karton. Aku berjalan gontai menuju
halte yang tak jauh dari apartemen Lea.
Sambil
menunggu angkutan yang akan membawaku pulang, aku menangis terduduk di halte.
Suasana halte yang sepi membuatku sedikit lega karena itu berarti aku terbebas
dari pandangan aneh orang lain yang menunggu angkutan (dan pandangan itu bisa
berlanjut kalau dia menaiki angkutan yang sama denganku). Aku berusaha
mengingat kembali semua kejadian menyakitkan tadi. Kenapa mereka begitu tega
melakukan hal itu kepadaku? Apa salahku pada mereka hingga mereka begitu kejam
melakukan itu semua.
Berusaha
berpikir secara positif, aku mencari pembenaran dari semua kejadian yang baru
kulihat. Apa mungkin Tio sedang tidak enak badan sehingga Lea membantunya
kerokan. Pasti itu! Tio tidak enak badan dan Lea membantunya kerokan. Dengan
telanjang bulat dan saling menindih. Sekali lagi aku menangisi kebodohanku
mencari alasan. Tidak ada alasan yang bisa diterima atas semua kejadian
barusan. Bagaimana bisa aku masih mengharapkan alasan yang lebih logis dari
sebuah pengkhianatan dan perselingkuhan
Supaya
suara tangisku tak terlalu keras, aku mengunyah tomat yang ada di kantong
belanjaku dan berusaha menelannya sembari terisak. Rasanya tomat yang manis tak
mampu menyamarkan rasa getir di hatiku, tapi mengunyah tomat berhasil membuat
isak tangisku berhenti. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat
di depan halte, dan itu membuatku berusaha mengendalikan diriku. Sembari berpura-pura
tidak memperhatikan, aku menatap ke arah lain seakan menunggu angkutan yang
berhenti.
“Rima?”
Aku tercekat
mendengar namaku dipanggil. Sambil berharap bukan Tio yang memanggil namaku,
aku mencari sosok itu. Seorang pria dengan setelan jas necis juga kacamata
hitam yang menutup matanya, melihat kearahku dari dalam kaca mobil yang
terbuka. Siapa pria ini? Apa dia yang barusan memanggil namaku?
Pria
itu turun dari mobil sedan itu dan berjalan ke arah halte tempatku menunggu (berjalan
ke arahku secara pastinya). Dia tersenyum kemudian kembali memanggil namaku.
Aku masih melongo menatap perawakan pria itu yang terlihat begitu menarik itu.
Ketika kacamata hitam itu terbuka, aku melihat dua bola mata yang berwarna
kelabu di wajah tampan pria itu. Aku melongo semakin lebar karena akhirnya bisa
mengenali pria itu.
“Endo?”
tanyaku sambil menyesap ingus yang sedang asiknya membanjiri hidungku.
Pria
itu tersenyum dengan senyum yang sama seperti ketika kami masih duduk di bangku
SMA.
****
indeks Kawin Kontrak
akhirna dposting jg bab2..
BalasHapusbai dewe eni baswae
kerokan sambil telanjang n saling menindih ini cara baru ea mbak :-D
cara baru yang cuma ada di imajinasi si Rima.. wekekekekekekekekekke...
Hapushoree.
BalasHapusudah ada post bab 2..
makash mb ike
masama ekaaaa
Hapusthanx mba ike.... Mg2 dpt ilham bwt yg bab 3
BalasHapussemogaaaaa
Hapus*ngarep sangaT
Aw aw aw sudah tampak penampakannya
BalasHapusIiissshhh kutu kupret tu anak b2, si rima dh baek hati gtu bwain mkanan,bersihin rmh(dh kaya pembantu aj dy), tenang rima mas endo telah dtg.hihihii
Waaahh lucu2 mba pas adegan d lift n halte it,hahahaa
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba ike
wekekekek... jadi inget cewek yang tiap 2 hari sekali harus gosok baju se RT
HapusAikh tu cwe jgn d bawa2, tar ge er dy d sebut2
HapusWakakakaka (G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ penting bgt)
wkwkwwkkw,,, nangis sambil makan tomat??
BalasHapusPengen nyoba aahh,,, LoL,
Si Endo laksana Sang Penyelamat...indah bener diaa,,,aahhhh,,,melting deh..
JengRik,,lanjut bab 3nyaaa...danke yaaa... Mmuuaacchhh~~
lanjut... tapi ntarrr... minggu depan laaahhh
Hapusekekekek...
hehehhehehe lucu juga si rima waktu di lift.tapi kasihan dia di khianati sekaligus di selingkuhi sama sahabat dan pacarnya.emang teman makan teman.
BalasHapustarik mbak .....
apanyaaa... apanya yang ditarik? ekekekek....
Hapusdikit banget sih jeng?? wwkkwkwkkw.... lea n tio emang ada udang dibalik penggorengan. asik... gmn ya.... kl kita jd author liat orang selingkuh, orang dikasarin atau apalah kyknya wkt nulis gak kerasa gt di hati, tp kalau baca tulisan orang lain kyknya ikut sakit ngerasain org diselingkuhin. kenapa ya? kenapa???? gak kebayang gmn sakitnya yg baca Piter n Eliza mati. mwuwuwkwkwkwkwk... :maafkan ya yg pernah baca VE: hiks...
BalasHapusjeng ikee... nambah duonkkk.... gak nahan bokkk kelanjutannya Tio n Lea.. kyknya seru tuh.. uhui....mwahhh
Waahh aq g iklas mba cin mereka mati, mereka incest aj aq g rela apa lgi mati, huaaaa author kdang2 kejam *aseekk
Hapusitu semua demi jeng.... demikianlah jahatnya kita.... wakaakakakakkakakakakakakakakakakak.... aselinya kan bab 1 ma bab 2 ini satu bab. tapi eke pisah biar enak bacanya.
Hapushushh jangan bahas VE lagi. bang piter sek membekas di hatiku... wakakakakakakakakk
ciehhhh.... prikitieww.......
Hapusnangguuuuung!! bab tiga mbaaaa rike. saya bantu doa yaa, biar cepet brojol bab 3 nya hihi
BalasHapusaamiiiinnn.... tengkiyuuuu
HapusSaya mampir mbak rike muahahahahaha...
BalasHapusIsh, aye gagal paham sama jurus yg digunain Rima. Kurang berlatih ilmu lempar batu sembunyi tangan tuh... Muahahahaha...
Mbak, saya nunggu yg uhui badai yaaa... Muahahahaha... *sikat otaknya biar gak piktor
wekekekekekekekekekekkek... ngintip gadis pengasong ah... sapa tau dapet ilham jurs di double me agent...wekekekeekekekekekekekkekekekekekke
HapusMakasih jeng Rike , lanjutannya Jangan Minggu Depan ya hehe,
BalasHapuspeluk Jauh :))
weksss..... masak bulan depan? wakakakakakakakakkakakak
Hapuswakakakaka.....kocak mbk ike lanjuttttttt thanks mbk ike nur janah :)
BalasHapushushhh... ngakaknya ojo banter-banter. dara bobo!
Hapuswakakakakakakaakakakakakakakakakakakakakakakaakakakkak
*malah lebih banter
Sblmnya salam kenal y mba.. :D
BalasHapusMba...rima tuh msh baik az y mkirnya lg kerokan...hahaa
Sy seneng bgd dpt bacaan lg....
Smg lanjutannya secepatnya y mba... :D
saam keal jugaaa...
Hapushoreee... dapet kenalan baruuuuu
doa yang terakhir eke aamiinn-ii
aaammiiiiiiinnnn....
Pengkhiantan tak pantas di maafkan! #esmoni
BalasHapusMana selingkuh'y udh sejauh itu..ckckck
Mba rike. Lanjuuuuuut! Mksih :) #kecup basah
ocreee....
Hapus