akhirnya Bab 1 muncul jugaaa.... wekekekekekekekekekeekekk... semoga yang pada penasaran bisa sabar menanti. jangan lupa komen ya! kalo gak ada yang komen, eke gak aplot ntar Bab 2-nya
*seneng bener ngancemnya
BAB 1
RIMA
Nafasku memburu cepat, aku bisa merasakan mataku terasa
panas dan hampir menitikkan air mata. Ini sangat mendadak, bahkan terlalu
mendadak. Bagaimana bisa selama ini Ayah menyembunyikan kenyataan ini dariku
dan adikku, Odea. Bukankah setelah ibu meninggal, Ayah sudah berjanji akan
membagi semuanya kepada kami termasuk semua masalah di pundak Ayah. Bagaimana
bisa sekarang Ayah mengingkari semuanya dan membuatku menemukan semua masalah
ini sendiri. Ini sama sekali tidak adil!
Toko ayah hampir bangkrut dan meninggalkan hutang sebesar tiga ratus lima puluh
juta.
TIGA RATUS LIMA PULUH JUTA!
Aku kembali menghitung jumlah nol yang tertera di berkas
pemberitahuan itu, berharap hanya salah membaca. Aku menghitungnya sekali…, dua
kali…, oke ini kali ketiga, tapi jumlah nol yang tertera di lembaran itu masih
tetap sama, 7 digit. Seluruh tubuhku terasa lemas dan aku terhuyung duduk di
kursi kerja Ayah. Kemudian menatap ruang kerja dari toko ini.
Toko ini mungkin hanya toko kain biasa, tapi ini toko yang
Ayah dan Ibu bangun dari bawah. Meskipun ini buka toko besar, tapi Ayah sudah
berusaha mati-matian mempertahankannya dan membesarkannya hingga seperti ini.
Toko ini sudah mampu menguliahkanku hingga lulus, dan menanggung biaya sekolah
adikku, Odea, di sekolah swasta yang bergengsi dan cukup mahal. Bahkan aku rela
tidak bekerja selepas lulus kuliah dan membantu Ayah di toko ini.
Aku melirik lagi ke lembaran itu dan sekali lagi kepalaku
terasa pening. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa ini terjadi? Mana Ayah di saat
seperti ini?
Suara pintu terbuka membuatku tersadar dari pertanyaan-pertanyaan
yang mendera batinku. Akhirnya, orang yang paling bertanggung jawab akan semua
ini muncul. Ayah, terlihat sangat terkejut melihatku duduk di kursi kerjanya
dan semakin terkejut melihat lembaran berkas yang aku bawa. Aku bisa melihat
mulutnya yang komat-kamit membaca doa, dan aku tahu itu doa apa. Itu doa yang
sama ketika aku mengetahui Ayah menolak perjodohan dari Tante Ima, itu doa yang
sama saat aku menemukan Ayah makan sate kambing setelah dokter memberitakan bahwa
tekanan darahnya cukup tinggi, itu doa
yang selalu dia ucapkan perlahan setiap melihatku marah (bukan hanya marah,
tapi mengamuk) akan perbuatan cerobohnya, itu doa terhindar dari amukan anjing.
“Apa maksud ini semua, Yah?” tanyaku dengan suara bergetar
menahan amarah yang mulai menggeliat keluar.
Ayah terlihat sangat ketakutan, tapi beliau bertingkah
seakan tidak tahu apa-apa. Itu semua sia-sia di hadapanku saat ini. Aku adalah
pembohong yang sangat buruk itu karena keturunan dan aku yakin dengan pasti
bawa itu terbawa dari DNA Ayah.
“Itu tagihan koran biasa!” jawab Ayah sembari berusaha
tersenyum untuk meluluskan kebohongannya.
“Tagihan koran sebesar tigaa..raatuussss limmmaaa
pulluh..juttaaa…?” getaran di suaraku semakin terasa ketika mengucapkan hal
itu. “Ayah membeli mesin percetakannya?”
“Ah Rima, kamu salah hitung. Itu hanya tiga ratus
lima puluh ribu!” lagi-lagi ayah berusaha menghindar, tapi sekali lagi itu
gagal.
“juuutttaaaa…,” aku kembali bergetar mengucapkan kata-kata
itu, “…sudah kuhitung sampai tiga kali!”
“Sudah kamu coba menghitung ke-empat kalinya?”
“AYAH!” cukup, aku tak bisa bersabar lagi, “Ceritakan
semuanya padaku!”
“Ampun Rima! Ayah mengaku, Ayah tertipu!”
Jantungku serasa melompat keluar mendengar semua itu. Ayah
tertipu? Bagaimana bisa seorang Bimo Sastro tertipu. Baiklah, Ayahku memang
seorang pembohong yang buruk, dia juga sangat takut menghadapi amukan almarhum
istri dan anak perempuannya (yang jelas bukan almarhum. Aku masih hidup!)
ketika mereka marah, tapi Ayah memiliki penampilan yang jauh lebih mirip tukang
jagal daripada pemilik toko kain. Perawakan Ayah yang besar juga kumis dan alis
tebal yang menghiasi wajahnya bisa membuat anak kecil menangis dan preman pasar
ketakutan. Bahkan ayah tak perlu mengeluarkan parang untuk mengusir para preman
itu!
“Om Danu menipu Ayah. Dia membawa lari uang
kontrak dengan perusahaan konveksi dan membuat Ayah yang harus menanggung
semuanya,”
Om Danu?
Aku teringat dengan lelaki bertubuh kecil, teman Ayah
ketika memancing. Dari awal aku sudah tidak menyukainya. Pandangan matanya
sangat kurang ajar ketika melihat wanita dan beberapa kali pegawai wanitaku
mengeluh mendapat ucapan yang tak senonoh dari pria itu. Ayah selalu meminta
maaf, tapi membiarkan pria itu berada di sekitarnya terus. Sekarang dengan yakin aku
mengatakan bahwa Om Danu benar-benar pria kuntet kurang ajar!
“Bagaimana bisa perusahaan konveksi memesan pada kita,
bukannya pada perusahaan tekstil langsung?” tanyaku bingung.
“Ayah juga tidak tahu. Itu semua akal-akalan om Danu dan Ayah hanya mengerti harus menandatangani kontrak kerjasama dengan atas nama
toko kita. Kemudian, tiba-tiba dia kabur dan membuat toko ini mengganti denda
pengingkaran kontrak sebesar itu,”
“DASAR KUNTET KEPARAAAATTTT!!!!” sekali lagi aku
menyumpah, bahkan di hadapan Ayah. Ayah terlihat
sangat ketakutan.
Mata Ayah terlihat berkaca-kaca, aku menjadi merasa
bersalah. Aku mendekati ayah dan memeluknya dan aku-pun sungguh ingin menangis.
Ayah memang memiliki penampilan yang cukup mengerikan, bahkan terkesan sangar,
tapi pria ini memiliki hati paling lembut bahkan terkesan cengeng dengan
keluarganya sendiri.
“Bagaimana kita membayar ini semua, Yah?” tanyaku bingung.
Ayah melihat lembaran kertas yang kugenggam, kemudian
melihatku yang sangat kebingungan.
“Ayah pikir, ayah akan menjual seluruh investasi kita.
Semoga saja masih ada cukup sisa untuk melanjutkan toko ini dan membayar biaya sekolah Odea,”
“Tapi kita harus menyediakan uangnya maksimal 5 hari sedari surat ini terbit. Dan saat ini hanya
tersisa 3 hari, setengah kalau misalkan siang ini dihitung. Bagaimana bisa kita membayarnya?”
Ayah semakin terlihat bingung. Di mata kami berdua
terlihat jelas nasib toko kami yang berakhir disita. Angka-angka tiga ratus lima puluh juta yang harus kami lunasi
dalam tiga setengah hari. Kenapa begitu banyak kemiripan? Kemudian kami menangis berpelukan
berdua. Suara ketukan di pintu menyadarkan drama haru biru-ku dan
Ayah.
Eni,
salah seorang pegawai kami melongok ke dalam ruangan. Dia memandang kami
sedikit bingung, tapi kemudian bertingkah biasa lagi (setiap pegawai di sini
sudah terbiasa dengan drama haru biru yang kulakukan bersama Ayah. Itu membuat
mereka bisa langsung bertingkah seperti tak terjadi apapun di hadapan mereka
ketika kami sedang melakukan keanehan itu). Secarik kertas tampak muncul di
tangannya. Dengan sekali helaan nafas, dia membacakan semua hal di secarik
kertas itu.
“Bos,
Non, ada pesenan kaen 3,5 meter dari Bu Ina di gang 3 nomer 5. Terus tadi ada
tagihan utang tiga ratus lima puluh rebu, trus ini ada kiriman kain Pashmina
baru tiga setengah kodi!” ujarnya ringan.
“Apa-apaan
itu?” tanyaku sengit. Bagaimana bisa angka-angka itu muncul bertubi-tubi di
hari ini!
“Nha
itu dia Non, keren yak! Ane juga bingung Non, kok bisa yak tepat bener
angka-angkanya! Terrrbaiikkkkk!” jawab Ina dan tak lupa menyertakan tagline dari film kartun buatan Malaysia
yang suka di tonton sore hari.
Tak
lama Ina berlari ketakutan keluar kantor karena ketakutan mendengar teriakanku.
Sementara Ayah terlihat kebingungan menenangkanku yang histeris.
****
“Ayahmu tertipu?”
Diva melotot keheranan mendengar ceritaku. Aku menatap
wajahnya dengan sedih (kesedihan yang cenderung karena dia memiliki pemikiran
yang sama tentang ayahku), kemudian menyeruput es teh yang ada di hadapanku.
Kembali lagi menatapnya dengan pandangan sayu, kemudian menyeruput minumanku
lagi. Sekali lagi menatapnya sayu dan kembali lagi menyeruput es teh-ku.
“Hentikan kelakuanmu itu!” ujar Diva sewot.
“Aku harus bagaimana, Di?” tanyaku bingung. Berusaha menahan
agar tidak segera menyeruput es teh-ku lagi. Aku
takut Diva akan tersinggung dan malah pergi meninggalkanku.
Diva,
sahabatku semenjak SMA, sahabat yang sangat dekat bahkan mengenalku dengan
sangat baik. Salah seorang yang pernah (bermaksud) menyelamatkanku dari Ayahku
ketika hari penerimaan rapot di SMA. Saat itu dia pikir Ayah adalah preman yang
hendak menculikku ketika Ayah menggandengku menuju kelas. Setelah itu yang
terjadi adalah teriakan-teriakan karate Diva di hadapan Ayah sembari ancama
untuk segera melepaskanku.
“Mana
surat pemberitahuan itu?” tanya Diva lagi.
Aku
segera mengambilnya dari tasku dan memberikannya pada Diva. Diva tampak membaca
surat itu dengan konsentrasi penuh. Memberiku kesempatan untuk meminum teh
manisku sebelum dia mengira aku memperoloknya. Lama kemudian mata Diva terlihat
terpaku akan kepala surat pemberitahuan itu.
“Mungkin
aku bisa mengusahakan sesuatu.” Jawab Diva. Aku melotot padanya seakan tak
percaya. “Tapi aku gak bisa janji!”
“Iya,
gak apa! Trims Di!” jawabku senang dan segera meminum habis teh manis di
mejaku.
“Odea
tahu masalah ini?” tanya Diva penuh selidik. Aku menggeleng pelan.
“Aku
dan Ayah sepakat untuk memberitahunya di saat terakhir. Kasihan Odea kalau
harus ikut kepikiran masalah ini!”
“Kau
dan Ayahmu sama-sama aneh! Tak setuju diperlakukan sebagai yang terakhir tahu,
tapi memperlakukan orang lain seperti itu,” ujar Diva. Dia mengerling padaku,
“Tio tahu masalah ini? Lea?”
“Aku
baru mau memberi tahu Tio besok. Hari ini dia tidak bisa ditemui. Kalau Lea,
setelah ini aku coba ke apartemennya.” ujarku. Aku bisa melihat seringai sinis
dari Diva ketika mengatakan itu.
“Kenapa
Lea gak sekalian di suruh ke sini? Kita bisa ngobrol bareng jadinya!” ujar Diva
sinis. Seakan mengolok perkataannya sendiri.
“Dari
kemarin malam, ponselnya sulit di hubungin, Di,” jawabku singkat.
Tio
dan Lea, pacar dan juga sahabatku yang satu lagi, orang yang kukenal selama beberapa
tahun terakhir. Aku mengenal Lea ketika awal memasuki kehidupan kampus. Seorang
cewek dengan paras cantik dan tubuh semampai. Berbeda denganku yang pendek dan
dikategorikan kurus, dia adalah seorang wanita, dewi atau bisa dibilang seorang
model. Wajahnya tirus dengan bibir penuh dan hidung mancung. Kulitnya yang
putih membuat tubuh seksinya menjadi jauh lebih menarik. Rambut ikal sepunggung
yang dicat dengan warna merah tembaga. Wangi parfum juga selalu menghiasi
tubuhnya. Entah apa yang dipikirkan Lea yang mau bersahabat dengan cewek
berpenampilan biasa sepertiku.
Tio kukenal
ketika semester akhir kuliah. Dia mendekatiku setelah kami bertemu di festival
band kampus. Awalnya dia lebih tertarik untuk mendekati Lea, tapi entah
bagaimana akhirnya Tio lebih memilih aku. Dia bilang sangat menyukai sifat dan
semua dari diriku. Tio selalu mengatakan bahwa aku bisa memberikannya
ketenangan di dalam hidupnya.
Dari
awal aku mengenal mereka, Diva menjadi orang pertama yang menentang. Bahkan dia
terang-terangan mengatakan bahwa Tio dan Lea terlihat sangat licik. Aku hanya
bisa tersenyum mendengar pendapatnya. Diva hanya iri karena muncul Tio dan Lea
sebagai orang lain yang dekat denganku selain dia.
“Cewek
itu kelihatan seperti manfaatin kamu aja, kalo cowok itu, cuma cowok yang gak
bisa kasih kepastian untuk jalan hidupnya sendiri!” alasan Diva setiap aku
memprotes rasa tidak sukanya pada Tio dan Lea.
“Memang
kamu peramal?”
“Gak
perlu jadi peramal untuk melihat itu semua, Rima!”
“Baiklah,
jadi aku adalah seorang cewek yang buta dalam melihat sifat orang lain,” tanyaku
sebal. Diva mengangguk mantap sembari meminum jus jeruknya.
Sialan.
****
Kawin Kontrak Prolog
indeks Kawin Kontrak
Asek baca dlu
BalasHapusAd bimo, ad bimo, ad bimo #abaikan
HapusPasti pacar n shbat cwenya selingkuh, trus si endo mw bayar utangnya bpknya rima dg syarat hrus kawin sewa am dy *asneb, xixixixi
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba ike
ririn iki ancen minta di lempar ke laut kok
Hapuswakakakakakkakakakakakakakakak
bikinin resensinya riiiiinnnn...
bimo yang ini beda sama yang di sana yuaaa.... wakakakakakakakkakakakakakakakakak
*Cling! Muncul dengan keren...
BalasHapusHallo mb rike yang yahud bin asoi! Aye ngekek bah bacanya... Well, ini beda jauuuuuuuuhhhhh banget ama Elbi dan wah aye beneran demen gile sama bule-bule (Catatan : bukan bule timor leste, maupun ras negro lainnya. Catatan penting mbak. Muahahaha)
Daaaannnn caciannya aku suka banget! Kuntet keparat? Nyahahahaha...
Demen dah. Idenya sederhana mbk. Tapi polesan humornya yang bikin ngakak ngakak.
Oke, karena saya udah komen maka bab 2 harus segera diupload.
*melipir pergi dengan keren.
wekekekekekekekekekek...
Hapuscapek lah bikin yang serius kayak Elbi lagi. ini refresh sebelum proyek serius lainnya lagi. hekekekekekekekekekek...
semoga tetep bisa bikin ngakak sampai nanti bab terakhir
*dilema mau naruh label komedi tapi takut dibilang gak lucu
wah keren sist, kyknya ini ngetiknya lebih lancar ya? apa hanya tebakanku? karena ceritanya mengalir begitu saja n enak banget buat dibaca. ehehhehe... tapi.. menilik tipikal karyamu yang lain (baru baca Elbi aja padahal dah sombong >___< ) maka aku yakin pasti selalu ada udang dibalik penggorengan antara Tio n Lea (bener gak sih namanya? Lupa ihihi) ahhhh.. semoga galaunya gak segalau Ben jadi agent jahat ya. ihiihhihi...
BalasHapusditunggu adegan HOT nya. :ehemm:
melipir ikut sist maria...
wekekekekekekeeke....yang ini emang jauh lebih nyantai ngetiknya jeng... kagak pake panduan dulu. makanya mungkin itu yang bikin lebih mengalir. smoga aja ceritanya masih sesuai jalur gak merembet kemana-kemana kayak sinetron. waakakakakakakkakakakaakkak
Hapusjeng.. just want to know... di blog mu ini klik kanan juga gak bisa ya??? aku mau refresh susah amir wkwkkwkwkw
BalasHapusIni modelnya blog kayak punya saya mbak Shin. Diprotect sebanyak-banyaknya... ahahahahahaa...
HapusSippo dahhh...
iya jeng shin, kode html yang kemaren kukasih itu supaya me-non-aktifkan klik kanan aja. jadi susah kalo mau klik kanan. wekeeekkeekkekekekeek
Hapusiki sementara jeng maria, sampe elbi dah di hapus, baru deh proteksinya di turunkan lagi. wekekekekekekekkekekekekek
wkkwkwkkw gt ya?? aku paling doyan ngerefresh soalnya jd kyk tangan keborgol gt gak bs klik kanan. wkwkkwkwkw. blogku cuma gak bs dicopy aja sist nemunya lol
HapusHahahaha...
HapusBerasa brangkas ye, tingkat proteksi diturunkan.. Hihihihi...
lho piye kodenya jeng? diriku yo dapet yg ngunci aja
Hapuswekekekekekekekekek hooh... dah kayak brangkas. brangkas sementara... akakakkakakakakak
keyen mba ike
BalasHapusmakasiiihhh maaaayy.. muaaaahhhh...ekekekekekekekkeke
Hapusmbk bab 2nya jgn lama2 ya....thanks mbk ike :)
BalasHapusMau aja apa mau banget nong? wakakakakakakakkkakakak
HapusKeyeeN , hmm jangan jangan itu sahabat sesuatu ad main, wah keparat ke2 kl gtu
BalasHapusHahaha aseeek
•⌣˚Ʈ♓ªƞƘ ♧ ƔoƱ˚⌣• mb ikeeeh :*
tunggu di bab selanjutnya Mami, wakakakaakakkakakakakk
HapusMenanti kelanjutannya jeng :))
BalasHapusocreeee... segeraaaaa...
Hapus*telat komeng...
BalasHapusmb ikee aq sukaa ..
jangan lama2 yah updatenya.
di tunggu juga adegan hot ny.
*wkwkwk kabuur
ocreee... bakalan banyak adegan masaknya entar. wekekekekekkekekekek
Hapussiplahh!! bab dua mbaaaaaa :D hihi
BalasHapuscabaaarrrr....ekekekeekekekkkeke
Hapusbru baca story ini dari judulnya bikin kepo apalagi bagian kata2 kuntet keparat whahahaah ngakak terus aku whahahahahahaah
BalasHapusmakasih