“Ini
apa?” Relias kecil berlari mendekati Bi’an. Kedua tangannya membawa bingkisan
berwarna coklat. Dia menemukan bingkisan itu di atas tempat tidurnya.
“Hadiah
ulang tahunmu,” jawab Bi’an sembari tersenyum. Relias tertawa bahagia berlari
mencari Argea. Bi’an dan Jan’sergian tertawa melihatnya.
Sudah
8
tahun Relias menemani keluarga itu. Selama itu pula Relias memberikan banyak
kebahagiaan bagi keluarga ini. Argea selalu mengajak Relias bermain selayaknya
adiknya. Jan’sergianpun selalu mendongeng setiap malam untuk mereka berdua.
Walaupun keras, Bi’an selalu menjadi ayah yang sangat dibanggakan Relias.
Selama 8
tahun, Relias telah merasakan kebahagiaan sebuah keluarga.
Relias mengajak Argea membuka bungkusan coklat hadiah
ulang tahunnya bersama-sama. Argea tertawa ketika melihat Relias cemberut
ketika kesulitan membuka bingkisannya. Tak lama kedua tangan kecil itu berhasil
membuka bingkisan berwarna coklat itu. Sebuah jubah berwarna coklat tua
tergerai. Relias terpekik kegirangan melihatnya.
“Jubah! Milikku..!!”pekik Relias kegirangan.
Dia berlari mengelilingi semua orang sambil
memberitahukan jubah miliknya. Tak sengaja kakinya terantuk kaki kursi dan
Relias terjatuh. Semua orang terdiam tetapi kemudian tertawa kembali ketika
Relias terbangun dan berlari kembali sembari memamerkan jubah barunya. Selama
ini dia memakai jubah bekas Argea. Jubah berwarna merah yang mirip dengan
wajahnya ketika dia memakainya. Relias mencoba memakai jubah itu. Jubah bulu
domba itu terjuntai sampai ke lantai karena masih terlalu besar untuk Relias.
“Aku akan menunjukkannya pada Syibar!” teriak Relias
sembari berlari menuju kandang kuda. Argea mengikutinya dari belakang karena
takut adiknya akan melakukan hal-hal yang aneh.
Suara-suara teriakan gembira terdengar dari luar.
Jan’sergian menatap teduh Bi’an sembari tersenyum. Dibelainya tangan suaminya
pelan. Sesekali terdengar suara Relias menggoda Argea yang terpekik kegirangan.
“Aku akan membawanya ke Fargrat mulai besok. Dia akan
mulai berlatih di sana. Tolong kau persiapkan semua perbekalannya. Mungkin kami
akan tidak akan pulang selama beberapa bulan.” Ujar Bi’an sembari menggenggam
jemari Jan’sergian.
“Dia masih terlampau kecil. Tak bisakah kau melatihnya
di rumah seperti selama ini?” tukas Jan’sergian cemas. Bi’an mengerti kecemasan
yang dihadapi oleh Jan’sergian.
Fargrat adalah hutan bagian Timur dari desa Aria.
Berbeda dengan batas Barat yang dijaga oleh Bi’an, hutan bagian Timur adalah
hutan yang cukup mengerikan. Hutan itu dikelilingi oleh jurang-jurang terjal.
Selain itu, binatang yang terdapat di sana cukup buas. Tetapi, hutan itu
merupakan tempat berlatih terbaik bagi ras Aria. Ketika muda dulu, Bi’an pun
berlatih di sana beserta kakaknya.
“Dia sudah cukup mampu. Kita tak bisa menunda-nunda
lagi. Aku sudah mengirimkan pesan kepada Durumil untuk membantuku di sana.”
Tiba-tiba Relias berlari memasuki rumah diikuti oleh
Argea. Jubah barunya terseok-seok di lantai mengikuti langkahnya. Dia berlari
kemudian menaiki kursi kayu di depan Bi’an dan Jan’sergian sambil mengangkat
ranting yang dibawanya dari luar.
“Aku Relias putra Bi’an, akan menjaga keluarga ini!
Semua musuh, harus tunduk padaku!” teriak Relias dari atas kursi itu. Argea
tertawa terbahak-bahak di bawahnya.
“Hei Relias putra Bi’an! Semua musuh akan tertunduk
padamu! Tertunduk karena terbahak-bahak!” goda Argea. Relias cemberut kemudian
mengejar Argea. Malam itu, Relias benar-benar bahagia.
*******
Unik bgt mbak critany.. Tpi seru bgt
BalasHapusLnjut mbak..:D