PROLOG
Salju mulai turun dan cuaca sangat dingin, tapi itu tak
menyurutkanku untuk beranjak dari jendela kamarku. Udara malam yang dingin
kuhalau dengan selimut tipis di tempat tidurku. Semua orang sudah tertidur di
rumah ini. Ayah ibuku, juga kakak perempuanku yang cantik yang beberapa hari
lagi akan menikah. Semua orang sudah tidur, kecuali aku. Mungkin pernikahan
kakakku membuatku sedikit merasa kehilangan. Mungkin juga ada rasa lain yang
tak terungkap di hatiku. Yang jelas itu semua membuatku tak bisa memejamkan
mata malam ini dan memilih memandang tumpukan salju di luar jendela dari atas.
Tumpukan salju yang putih memantulkan cahaya bulan yang
temaram. Membuatku merasa terbuai dengan warna putihnya yang menutup jalanan
juga pepohonan. Udara dingin yang
dipancarkannya juga membuatku terasa lebih tenang walaupun membuatku
mengeluarkan asap putih di setiap helaan nafasku. Semuanya terasa indah bagiku,
hingga aku menemukan keindahan yang membuatku terpana di tengah tumpukan salju
di bawah sana.
Seorang pria yang berdiri di tengah tumpukan salju.
Rambutnya berwarna keperakan dengan jubah bulunya yang begitu besar dan
berwarna putih keabuan. Tak berapa lama dia menatap kearah bulan,
memperlihatkan kulitnya yang berwarna pucat dan bercahaya. Aku mengambil salah
satu lilin penerangan di mejaku dan membawanya ke pinggir jendela untuk melihat
sosok pria itu lebih jelas. Karena begitu tergesa lenganku terantuk pinggir
jendela dan membuatku menjatuhkan lilin yang ku pegang. Suara berdencing dari alas perak tempat lilin
terdengar ketika terantuk dengan tumpukan salju di
bawah. Membuat pria itu menoleh pelan
mencari arah suara itu.
Dengan
gerakan yang sangat anggun dia berjalan menuju tempat dimana lilinku terjatuh.
Mengambilnya dan menatap ke arahku. Dengan satu hentakan ringan aku sudah
melihatnya bergantungan di jendela kamarku. Angin yang bertiup membuat jubah
bulu putih keabuannya berayun-ayun. Dia menatapku tajam. Tatapan yang kurasa
sangat dingin, tapi juga kesepian. Tatapan yang membuatku merasakan kesedihan
yang dipancarkan matanya yang berwarna abu-abu. Dari jarak sedekat ini aku bisa
melihat dua mata yang besar dan juga hidung yang mancung dengan ujung
kemerahan. Bibirnya yang tipis berwarna merah meskipun udara begitu dingin. Dia
menyodorkan tempat lilinku yang terjatuh kepadaku. Secara perlahan kuambil
piring perak itu dari tangannya.
“Terimakasih,”
ucapku sambil berusaha memberikan senyum yang ramah. Entah kenapa ketika ku
melihatnya tak sedikitpun merasa ketakutan. Yang terjadi malah kekaguman yang mendalam.
Dia
tampak terpaku melihat sosokku. Beberapa kali dia memutar matanya melihat kamar
tidurku, kemudian kembali melihat sosokku. Aku sendiri terpana melihat kulitnya
yang berwarna pucat dengan sedikit semu kemerahan di pipinya. Tanpa sadar aku
sudah mendekatinya dan menyentuh pipinya yang terasa sangat lembut, tapi juga
sangat dingin. Dia terkejut tapi tidak melarangku melakukan hal itu.
“Kenapa
anak sekecil dirimu masih belum tidur di malam bersalju ini?” suaranya yang
lembut tiba-tiba meluncur dari bibir merah tipisnya.
“Tidak
bisa tidur!” jawabku sengit, “Aku sudah 17 tahun, bukan anak kecil lagi!”
Dia
tersenyum dan membuat wajahnya semakin tampan. Tapi entah kenapa aku masih
merasakan kesepian dari tatapannya. Dia meloncat ke dalam kamarku dan membuka
jubah bulunya. Membuat aku bisa melihat badan yang tegap di dalam jubah itu.
Badannya tidak kekar tapi begitu tegap, lengannyapun terlihat kecil tapi
terlihat ototnya menonjol. Sebuah
pakaian dari sutra berwarna putih tampak menempel anggun di tubuhnya. Begitu
juga dengan kakinya yang jenjang tertutup dengan celana dari kulit berwarna
coklat.
Tiba-tiba
dia melingkarkan jubah bulunya ke tubuhku dan menutupnya dengan rapat.
Membuatku bisa merasakan kehangatan menjalar di seluruh kulitku. Membuat selimutku
tampak tak lebih dari selembar kain tipis. Merasakan bau harum kayu cendana
keluar samar-samar dari jubah itu.
“Terimakasih,
tapi bagaimana denganmu? Kau juga kedinginan kan?” Dia tersenyum kembali
kemudian menggeleng. “Dera, dalam bahasa Bertan artinya Kuat!” ujarku sambil
menyodorkan tangan.
Dia
tampak tercengang sejenak kemudian tertawa cekikikan tanpa menyambut tanganku.
Aku menekuk wajahku dan hendak menurunkan tanganku karena tersinggung. Tapi
sebelum tanganku benar-benar turun dia menyambutnya dengan jari-jarinya yang
lentik dan panjang. “Basera…, kau bisa menyebutku itu.”
Aku
terkejut mendengar namanya.
“Itu
sebutan untuk dewa Bulan kami. Salju kalau diartikan dalam bahasa Bertan. Tak
ada manusia yang boleh menggunakan nama dewa,” pekikku pelan. Dia memberikan
senyumannya lagi kemudian beranjak ke arah jendela kamarku. “Tunggu! Kau mau
pergi? Bagaimana jubahmu?”
Sejenak
dia terdiam kemudian menatapku lagi.
“Boleh
besok aku kemari lagi? Menemuimu kembali?” ujarnya sambil menatapku sedih. Aku
mengangguk mantap dan dia tampak gembira. Dijatuhkan tubuhnya dari jendela
kamarku dan dengan cepat dia melompat, kemudian menghilang di tengah hutan yang
berbatasan dengan jalan. Aku masih tercengang dengan pertemuan itu terpaku di
depan jendela melihat kepergiannya yang tak meninggalkan jejak sedikitpun di
salju.
****
Malam
ini aku bersiap menerima kedatangan Basera kembali. Sebelumnya kupastikan kalau
keluargaku sudah tertidur dan pintuku terkunci rapat. Jubah bulu milik Basera
ku keluarkan dari tempat persembunyiannya di bawah tempat tidurku kemudian
kubuka lebar jendela kamarku. Seketika itu juga angin dingin dan beberapa butir
salju menerobos masuk. Membuatku menggigil kedinginan dan terpaksa menggunakan
jubah Basera. Sekali lagi salju turun dan membuat malam itu kembali
menenangkanku. Sebelum tiba-tiba sosok Basera sudah bertengger di jendela
kamarku. Hanya menggunakan pakaiannya tanpa jubah sama sekali. Dia memberikan
senyuman yang sangat menawan bagiku.
“Malam
ini begitu dingin. Lebih baik kau kenakan jubahmu!” ujarku sambil melepaskan
jubah dari tubuhku. Sebelum aku membuka jubah bulunya, tangannya terlebih
dahulu menahanku. Mendorongku menjauhi jendela hingga ku terjatuh di lantai
dengan tubuhnya di atasku. Tangannya yang dingin mengamit jemariku dan kepalanya
direbahkan ke atas dadaku.
“Tolong,
biarkan aku seperti ini sejenak,” ujarnya memohon. Membuatku tak mampu menolak
permintaannya. Membiarkan tanganku yang bebas membelai rambutnya yang
keperakan. Mencium wangi kayu cendana dari tubuhnya. Membiarkan tangannya
merengkuh tubuhku. Badannya terasa sedikit bergetar,entah karena udara yang
dingin atau karena ketakutan. Kunyanyikan sebuah lagu rakyat pengantar tidur
untuknya. Tiba-tiba aku merasakan sentakan pada punggungnya.
“Maaf,
apa kau terganggu dengan nyanyianku?”
“Tidak…tidak
sama sekali. Kumohon teruskan. Kumohon…”pintanya pelan yang membuatku melakukan
apa yang dia inginkan.
Kurasakan
tarikan nafas yang teratur dan semakin pelan. Terdengar pula dengkuran pelan
darinya. Membuatku merasa mengantuk dan tertidur tak lama kemudian
Aku
terbangun mendengar kakakku memanggil namaku. Membuatku tersadar pagi sudah
kembali datang. Aku terperanjat dan menemukan diriku tertidur diatas tempat
tidur berselimutkan kain selimutku sendiri.
Sepertinya Basera memindahkanku ke atas tempat tidur ketika dia beranjak
pergi.
****
Mata
itu terlihat lebih berbinar malam ini. Basera kembali muncul di jendela kamarku
di waktu yang sama malam ini. menggunakan jubah bulunya kembali dia
memberikanku senyumannya yang mempesona. Membuatku berdebar ketika melihatnya.
“Apa
sekarang kau jauh merasa lebih baik?” tanyaku sembari membelai pipinya yang
kemerahan. Dia menempelkan pipinya yang halus lebih dalam ke tanganku.
“Siapa
kau?” tanyanya sambil menatapku lembut. “Apa yang sudah kau lakukan padaku?”
Aku
kebingungan menjawab semua pertanyaannya. Aku hanya seorang anak gadis biasa
dari suku Nar. Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padanya. Dia menarikku
pelan dan menyembunyikanku di dalam pelukannya. Aku terbenam dalam lengan dan
juga jubah bulunya yang menyebarkan aroma kayu cendana. Kurasakan suhu tubuhnya
yang sedikit dingin dan lekuk dadanya yang menempel di pipiku.
“Memang
apa yang sudah kulakukan?”
Dia
mengangkat wajahku membuatku bisa melihat wajahnya yang sangat tampan cukup
dekat. Kurasakan nafasnya yang dingin keluar dari setiap hembusan nafasnya. Dibelainya
wajahku lembut dan terus menatapku tak bergeming.
“Hanya
manusia biasa, tapi kau sudah memerangkapku dan juga hatiku. Membuatku lupa
akan diriku sendiri.”
“Apa?
Siapa sebenarnya kau Basera?”
“Aku
adalah takdirmu, dan kau adalah takdirku. Kita sudah saling terpaut dalam
ikatan takdir kita dan tak ada yang bisa memisahkannya. Kau tercipta untukku
dan aku hadir hanya untukmu,”
Aku
tercengang mendengar perkataannya. Seakan terhipnotis dan membiarkan bibirnya
mencium bibirku lembut. Kurasakan sengatan listrik menjalar dari tempat dia
menciumku hingga keseluruh tubuhku. Membuatku melayang dan seakan tak mampu
berdiri dengan kakiku sendiri. Dia mengangkatku dan membaringkanku di tempat
tidur. Dengan pelan dia mengecup leherku dan sesaat aku melihat seberkas cahaya
berbinar dari tempat dia mengecupku.
“Mulai
sekarang dan seterusnya kau milikku begitu juga diriku,” ujarnya sembari
berdiri menjauh dariku.
“Tunggu!
Apa maksudmu? Aku sama sekali tak tahu dimana kau tinggal, kenapa kau bisa
melakukan semua ini, bahkan… bahkan…bahkan aku sama sekali tak tahu siapa
dirimu!” ujarku memaksa. Dia tersenyum, dan senyumannya kali ini membuat dadaku
terasa sesak.
“Aku
harus pergi,”
“Apa?
Setelah yang kau ucapkan tadi sekarang kau hendak pergi meninggalkanku lagi?
Apa aku hanya seperti tempat singgah bagimu?” aku mulai terisak. Senyuman di
wajah Basera menghilang, dia menatapku dengan pandangan yang sangat sedih. Air
mataku sudah tak terbendung dan mulai menetes.
Kecepatan
langkahnya bagaikan angin ketika dia tiba-tiba sudah berada di dekatku,
menciumku dan mendorongku kembali ke atas tempat tidur. Memelukku dengan erat
dan mencium ke dua mataku seakan ingin menghapus air mataku.
“Kumohon,
sekarang belum saatnya. Tak lama lagi kau akan tahu semuanya. Tak lama lagi kau
akan berada di sisiku selalu. Kumohon tunggulah aku. Aku akan menjemputmu
segera,” ujarnya sambil terus memelukku.
Aku
terisak, hatiku terasa sangat sedih. Terasa sangat menyakitkan. Bagaimana bisa
hanya dalam 3 hari aku sudah tak mau dia meninggalkanku. Bahkan dia sama sekali
tak memberitahuku siapa dirinya sebenarnya.
Tiba-tiba
mataku terasa begitu berat dan aku mulai tertidur dalam pelukannya. Sekuat
apapun aku berusaha terjaga tapi tetap tak mampu menahan rasa kantuk itu. Dan
ketika aku terjaga Basera telah pergi. Hatiku terasa sangat sakit seperti
teriris-iris. Aku mulai menangis kembali. Ku sadari aku mencintai pria itu.
Mencintai Basera.
****
ihhh.. mau donkkkkk Basera... (bukan mbaksera ya... sist) iihihihih...
BalasHapuswah kerenn.. jd gak sabar nih nunggu cerita selanjutnya... ^^> makasi ya sista.. mwah..
Wawawawa....jeng shin...aku padamu lah pokoknya....
Hapusahhahaa apa tuh aku padamu? :pura2 gk ngerti:
Hapuswaaa... minta dikasih contoh ne..
Hapusmulai buka jaket
buka celana..
trus kentut... duuttt...
(kentut) aku padamu...
*ngabur sebelum dilepasin si Hugi
kyaaaaa Basera.. *.*
BalasHapusKlo boleh tau ne setting'y dmna mba rike??
Suku Nar? Bahasa Bertan??
Info please :D
Suka suka suka.. :D
@sila : yg jelas bukan di betawi sil. wkkwkwkw :kaburr...
Hapusjiahaha mba shin..
HapusYa g' mgkin lah di Betawi.. Di Indonesia ajh g' mngkin wkwk
jiaaahhh Sila gak baca cinopsisnya ne...
Hapussetingnya di dunia lain, empat lain yang bukan dunia kita, tapi mirip...
*alesan males cari data lokasi
basera dlm otakq tkoh game ps yg srg aq maenkan.i love it
BalasHapushikhikhik....
Hapusnamanya aja yang sama
*ooo ternyata nama karakter game...
**manggut-manggut baru inget...
akakakakakakak....
wwooww, keren mbg rike ceritanya..
BalasHapuspengen deh dsuasana itu,lihat salju turun...
soalnya aku blm pernah lihat salju...hehehehehe *orang kampung
apaaaa???? blom pernah liat salju turun?
Hapusckckckck...., sammaaaa...
mbk ike nama tokoh cowoknya unik2 basera dan elbi :) bab 1 kpn tayang hehehe:)
BalasHapus3 hari lagi nene...
Hapusekekekekekek...
pijitin hayooo ben cepet launching bab 1
Wow ...
BalasHapusMakasih mbak Rike ... Lanjutannya Donk sist hehehee
Mbak lanjutannya ...? Kok mandekkkkk?
BalasHapussalam kenal mba.....wow..keren ni ceritanya...g sabar nunggu lanjutannya...
BalasHapusKeren2.. Lnjut mbak.. Xixixi
BalasHapuspadahal bagus hloh... skali2 tema fantasi bagus mb. melatih otak untuk berimajinasi... *imajinasiiii (sponges bob mode on)*
BalasHapusLanjutkan dong mbak....
BalasHapusKeren nie....
Baru prolog doang udah bikin penasaran.
BalasHapusBagus nih kayaknya.
Kapan dilanjut? ceritanya udah dibuat dari taun lalu, masihkah ada kemungkinan dilanjut? Ada dong, pleaseeee.... udah kadung penasaran. Huhu..