Sabtu, 23 Februari 2013

Basera - Prolog



PROLOG


Salju mulai turun dan cuaca sangat dingin, tapi itu tak menyurutkanku untuk beranjak dari jendela kamarku. Udara malam yang dingin kuhalau dengan selimut tipis di tempat tidurku. Semua orang sudah tertidur di rumah ini. Ayah ibuku, juga kakak perempuanku yang cantik yang beberapa hari lagi akan menikah. Semua orang sudah tidur, kecuali aku. Mungkin pernikahan kakakku membuatku sedikit merasa kehilangan. Mungkin juga ada rasa lain yang tak terungkap di hatiku. Yang jelas itu semua membuatku tak bisa memejamkan mata malam ini dan memilih memandang tumpukan salju di luar jendela dari atas.
Tumpukan salju yang putih memantulkan cahaya bulan yang temaram. Membuatku merasa terbuai dengan warna putihnya yang menutup jalanan juga pepohonan.  Udara dingin yang dipancarkannya juga membuatku terasa lebih tenang walaupun membuatku mengeluarkan asap putih di setiap helaan nafasku. Semuanya terasa indah bagiku, hingga aku menemukan keindahan yang membuatku terpana di tengah tumpukan salju di bawah sana.
Seorang pria yang berdiri di tengah tumpukan salju. Rambutnya berwarna keperakan dengan jubah bulunya yang begitu besar dan berwarna putih keabuan. Tak berapa lama dia menatap kearah bulan, memperlihatkan kulitnya yang berwarna pucat dan bercahaya. Aku mengambil salah satu lilin penerangan di mejaku dan membawanya ke pinggir jendela untuk melihat sosok pria itu lebih jelas. Karena begitu tergesa lenganku terantuk pinggir jendela dan membuatku menjatuhkan lilin yang ku pegang. Suara berdencing dari alas perak tempat lilin terdengar  ketika terantuk dengan tumpukan salju di bawah. Membuat pria itu menoleh pelan mencari arah suara itu.
Dengan gerakan yang sangat anggun dia berjalan menuju tempat dimana lilinku terjatuh. Mengambilnya dan menatap ke arahku. Dengan satu hentakan ringan aku sudah melihatnya bergantungan di jendela kamarku. Angin yang bertiup membuat jubah bulu putih keabuannya berayun-ayun. Dia menatapku tajam. Tatapan yang kurasa sangat dingin, tapi juga kesepian. Tatapan yang membuatku merasakan kesedihan yang dipancarkan matanya yang berwarna abu-abu. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat dua mata yang besar dan juga hidung yang mancung dengan ujung kemerahan. Bibirnya yang tipis berwarna merah meskipun udara begitu dingin. Dia menyodorkan tempat lilinku yang terjatuh kepadaku. Secara perlahan kuambil piring perak itu dari tangannya.
“Terimakasih,” ucapku sambil berusaha memberikan senyum yang ramah. Entah kenapa ketika ku melihatnya tak sedikitpun merasa ketakutan. Yang terjadi malah kekaguman yang mendalam.
Dia tampak terpaku melihat sosokku. Beberapa kali dia memutar matanya melihat kamar tidurku, kemudian kembali melihat sosokku. Aku sendiri terpana melihat kulitnya yang berwarna pucat dengan sedikit semu kemerahan di pipinya. Tanpa sadar aku sudah mendekatinya dan menyentuh pipinya yang terasa sangat lembut, tapi juga sangat dingin. Dia terkejut tapi tidak melarangku melakukan hal itu.
“Kenapa anak sekecil dirimu masih belum tidur di malam bersalju ini?” suaranya yang lembut tiba-tiba meluncur dari bibir merah tipisnya.  
“Tidak bisa tidur!” jawabku sengit, “Aku sudah 17 tahun, bukan anak kecil lagi!”
Dia tersenyum dan membuat wajahnya semakin tampan. Tapi entah kenapa aku masih merasakan kesepian dari tatapannya. Dia meloncat ke dalam kamarku dan membuka jubah bulunya. Membuat aku bisa melihat badan yang tegap di dalam jubah itu. Badannya tidak kekar tapi begitu tegap, lengannyapun terlihat kecil tapi terlihat ototnya menonjol.  Sebuah pakaian dari sutra berwarna putih tampak menempel anggun di tubuhnya. Begitu juga dengan kakinya yang jenjang tertutup dengan celana dari kulit berwarna coklat.
Tiba-tiba dia melingkarkan jubah bulunya ke tubuhku dan menutupnya dengan rapat. Membuatku bisa merasakan kehangatan menjalar di seluruh kulitku. Membuat selimutku tampak tak lebih dari selembar kain tipis. Merasakan bau harum kayu cendana keluar samar-samar dari jubah itu.
“Terimakasih, tapi bagaimana denganmu? Kau juga kedinginan kan?” Dia tersenyum kembali kemudian menggeleng. “Dera, dalam bahasa Bertan artinya Kuat!” ujarku sambil menyodorkan tangan.
Dia tampak tercengang sejenak kemudian tertawa cekikikan tanpa menyambut tanganku. Aku menekuk wajahku dan hendak menurunkan tanganku karena tersinggung. Tapi sebelum tanganku benar-benar turun dia menyambutnya dengan jari-jarinya yang lentik dan panjang. “Basera…, kau bisa menyebutku itu.”
Aku terkejut mendengar namanya.
“Itu sebutan untuk dewa Bulan kami. Salju kalau diartikan dalam bahasa Bertan. Tak ada manusia yang boleh menggunakan nama dewa,” pekikku pelan. Dia memberikan senyumannya lagi kemudian beranjak ke arah jendela kamarku. “Tunggu! Kau mau pergi? Bagaimana jubahmu?”
Sejenak dia terdiam kemudian menatapku lagi.
“Boleh besok aku kemari lagi? Menemuimu kembali?” ujarnya sambil menatapku sedih. Aku mengangguk mantap dan dia tampak gembira. Dijatuhkan tubuhnya dari jendela kamarku dan dengan cepat dia melompat, kemudian menghilang di tengah hutan yang berbatasan dengan jalan. Aku masih tercengang dengan pertemuan itu terpaku di depan jendela melihat kepergiannya yang tak meninggalkan jejak sedikitpun di salju.
****
Malam ini aku bersiap menerima kedatangan Basera kembali. Sebelumnya kupastikan kalau keluargaku sudah tertidur dan pintuku terkunci rapat. Jubah bulu milik Basera ku keluarkan dari tempat persembunyiannya di bawah tempat tidurku kemudian kubuka lebar jendela kamarku. Seketika itu juga angin dingin dan beberapa butir salju menerobos masuk. Membuatku menggigil kedinginan dan terpaksa menggunakan jubah Basera. Sekali lagi salju turun dan membuat malam itu kembali menenangkanku. Sebelum tiba-tiba sosok Basera sudah bertengger di jendela kamarku. Hanya menggunakan pakaiannya tanpa jubah sama sekali. Dia memberikan senyuman yang sangat menawan bagiku.
“Malam ini begitu dingin. Lebih baik kau kenakan jubahmu!” ujarku sambil melepaskan jubah dari tubuhku. Sebelum aku membuka jubah bulunya, tangannya terlebih dahulu menahanku. Mendorongku menjauhi jendela hingga ku terjatuh di lantai dengan tubuhnya di atasku. Tangannya yang dingin mengamit jemariku dan kepalanya direbahkan ke atas dadaku.
“Tolong, biarkan aku seperti ini sejenak,” ujarnya memohon. Membuatku tak mampu menolak permintaannya. Membiarkan tanganku yang bebas membelai rambutnya yang keperakan. Mencium wangi kayu cendana dari tubuhnya. Membiarkan tangannya merengkuh tubuhku. Badannya terasa sedikit bergetar,entah karena udara yang dingin atau karena ketakutan. Kunyanyikan sebuah lagu rakyat pengantar tidur untuknya. Tiba-tiba aku merasakan sentakan pada punggungnya.
“Maaf, apa kau terganggu dengan nyanyianku?”
“Tidak…tidak sama sekali. Kumohon teruskan. Kumohon…”pintanya pelan yang membuatku melakukan apa yang dia inginkan.
Kurasakan tarikan nafas yang teratur dan semakin pelan. Terdengar pula dengkuran pelan darinya. Membuatku merasa mengantuk dan tertidur tak lama kemudian
Aku terbangun mendengar kakakku memanggil namaku. Membuatku tersadar pagi sudah kembali datang. Aku terperanjat dan menemukan diriku tertidur diatas tempat tidur berselimutkan kain selimutku sendiri.  Sepertinya Basera memindahkanku ke atas tempat tidur ketika dia beranjak pergi.
****
Mata itu terlihat lebih berbinar malam ini. Basera kembali muncul di jendela kamarku di waktu yang sama malam ini. menggunakan jubah bulunya kembali dia memberikanku senyumannya yang mempesona. Membuatku berdebar ketika melihatnya.
“Apa sekarang kau jauh merasa lebih baik?” tanyaku sembari membelai pipinya yang kemerahan. Dia menempelkan pipinya yang halus lebih dalam ke tanganku.
“Siapa kau?” tanyanya sambil menatapku lembut. “Apa yang sudah kau lakukan padaku?”
Aku kebingungan menjawab semua pertanyaannya. Aku hanya seorang anak gadis biasa dari suku Nar. Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padanya. Dia menarikku pelan dan menyembunyikanku di dalam pelukannya. Aku terbenam dalam lengan dan juga jubah bulunya yang menyebarkan aroma kayu cendana. Kurasakan suhu tubuhnya yang sedikit dingin dan lekuk dadanya yang menempel di pipiku.
“Memang apa yang sudah kulakukan?”
Dia mengangkat wajahku membuatku bisa melihat wajahnya yang sangat tampan cukup dekat. Kurasakan nafasnya yang dingin keluar dari setiap hembusan nafasnya. Dibelainya wajahku lembut dan terus menatapku tak bergeming.
“Hanya manusia biasa, tapi kau sudah memerangkapku dan juga hatiku. Membuatku lupa akan diriku sendiri.”
“Apa? Siapa sebenarnya kau Basera?”
“Aku adalah takdirmu, dan kau adalah takdirku. Kita sudah saling terpaut dalam ikatan takdir kita dan tak ada yang bisa memisahkannya. Kau tercipta untukku dan aku hadir hanya untukmu,”
Aku tercengang mendengar perkataannya. Seakan terhipnotis dan membiarkan bibirnya mencium bibirku lembut. Kurasakan sengatan listrik menjalar dari tempat dia menciumku hingga keseluruh tubuhku. Membuatku melayang dan seakan tak mampu berdiri dengan kakiku sendiri. Dia mengangkatku dan membaringkanku di tempat tidur. Dengan pelan dia mengecup leherku dan sesaat aku melihat seberkas cahaya berbinar dari tempat dia mengecupku.
“Mulai sekarang dan seterusnya kau milikku begitu juga diriku,” ujarnya sembari berdiri menjauh dariku.
“Tunggu! Apa maksudmu? Aku sama sekali tak tahu dimana kau tinggal, kenapa kau bisa melakukan semua ini, bahkan… bahkan…bahkan aku sama sekali tak tahu siapa dirimu!” ujarku memaksa. Dia tersenyum, dan senyumannya kali ini membuat dadaku terasa sesak.
“Aku harus pergi,”
“Apa? Setelah yang kau ucapkan tadi sekarang kau hendak pergi meninggalkanku lagi? Apa aku hanya seperti tempat singgah bagimu?” aku mulai terisak. Senyuman di wajah Basera menghilang, dia menatapku dengan pandangan yang sangat sedih. Air mataku sudah tak terbendung dan mulai menetes.
Kecepatan langkahnya bagaikan angin ketika dia tiba-tiba sudah berada di dekatku, menciumku dan mendorongku kembali ke atas tempat tidur. Memelukku dengan erat dan mencium ke dua mataku seakan ingin menghapus air mataku.
“Kumohon, sekarang belum saatnya. Tak lama lagi kau akan tahu semuanya. Tak lama lagi kau akan berada di sisiku selalu. Kumohon tunggulah aku. Aku akan menjemputmu segera,” ujarnya sambil terus memelukku.
Aku terisak, hatiku terasa sangat sedih. Terasa sangat menyakitkan. Bagaimana bisa hanya dalam 3 hari aku sudah tak mau dia meninggalkanku. Bahkan dia sama sekali tak memberitahuku siapa dirinya sebenarnya.
Tiba-tiba mataku terasa begitu berat dan aku mulai tertidur dalam pelukannya. Sekuat apapun aku berusaha terjaga tapi tetap tak mampu menahan rasa kantuk itu. Dan ketika aku terjaga Basera telah pergi. Hatiku terasa sangat sakit seperti teriris-iris. Aku mulai menangis kembali. Ku sadari aku mencintai pria itu. Mencintai Basera.
****


21 komentar:

  1. ihhh.. mau donkkkkk Basera... (bukan mbaksera ya... sist) iihihihih...

    wah kerenn.. jd gak sabar nih nunggu cerita selanjutnya... ^^> makasi ya sista.. mwah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wawawawa....jeng shin...aku padamu lah pokoknya....

      Hapus
    2. ahhahaa apa tuh aku padamu? :pura2 gk ngerti:

      Hapus
    3. waaa... minta dikasih contoh ne..
      mulai buka jaket
      buka celana..
      trus kentut... duuttt...

      (kentut) aku padamu...
      *ngabur sebelum dilepasin si Hugi

      Hapus
  2. kyaaaaa Basera.. *.*
    Klo boleh tau ne setting'y dmna mba rike??
    Suku Nar? Bahasa Bertan??
    Info please :D

    Suka suka suka.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. @sila : yg jelas bukan di betawi sil. wkkwkwkw :kaburr...

      Hapus
    2. jiahaha mba shin..
      Ya g' mgkin lah di Betawi.. Di Indonesia ajh g' mngkin wkwk

      Hapus
    3. jiaaahhh Sila gak baca cinopsisnya ne...
      setingnya di dunia lain, empat lain yang bukan dunia kita, tapi mirip...
      *alesan males cari data lokasi

      Hapus
  3. basera dlm otakq tkoh game ps yg srg aq maenkan.i love it

    BalasHapus
    Balasan
    1. hikhikhik....
      namanya aja yang sama

      *ooo ternyata nama karakter game...
      **manggut-manggut baru inget...
      akakakakakakak....

      Hapus
  4. wwooww, keren mbg rike ceritanya..
    pengen deh dsuasana itu,lihat salju turun...
    soalnya aku blm pernah lihat salju...hehehehehe *orang kampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. apaaaa???? blom pernah liat salju turun?
      ckckckck...., sammaaaa...

      Hapus
  5. mbk ike nama tokoh cowoknya unik2 basera dan elbi :) bab 1 kpn tayang hehehe:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. 3 hari lagi nene...
      ekekekekekek...
      pijitin hayooo ben cepet launching bab 1

      Hapus
  6. Wow ...
    Makasih mbak Rike ... Lanjutannya Donk sist hehehee

    BalasHapus
  7. Mbak lanjutannya ...? Kok mandekkkkk?

    BalasHapus
  8. salam kenal mba.....wow..keren ni ceritanya...g sabar nunggu lanjutannya...

    BalasHapus
  9. Keren2.. Lnjut mbak.. Xixixi

    BalasHapus
  10. padahal bagus hloh... skali2 tema fantasi bagus mb. melatih otak untuk berimajinasi... *imajinasiiii (sponges bob mode on)*

    BalasHapus
  11. Lanjutkan dong mbak....
    Keren nie....

    BalasHapus
  12. Baru prolog doang udah bikin penasaran.
    Bagus nih kayaknya.
    Kapan dilanjut? ceritanya udah dibuat dari taun lalu, masihkah ada kemungkinan dilanjut? Ada dong, pleaseeee.... udah kadung penasaran. Huhu..

    BalasHapus