ini salah satu cerita genre fiksi fantasi aku. Baru bisa poting sekelumit dari satu Bab, melihat apa banyak yang cukup tertarik membacanya. Kalau banyak yang tertarik kemungkinan akan aku teruskan. kalau enggak ya mungkin ckup sampai disini dulu saat ini. paling enggak aku bisa lebih konsen ke cerita aku yang lain lebih dulu. hope you will enjoy it...,
Malam itu hutan
sangatlah sepi dengan hanya ditemani suara-suara makhluk malam. Langit gelap
begitu mencekam membuat semua kehidupan di hutan itu serasa mati. Sampai suara
derap kuda memecah kesunyiannya.
Seekor kuda hitam
berlari secepatnya tanpa memperdulikan beban yang dia bawa. Warna hitamnya
membuat sosok kuda itu tak tampak dalam
kelamnya malam. Di atasnya sesosok manusia dengan menggunakan jubah hitam
mengendarai kuda itu. Jubahnya yang begitu besar menutupi sekujur tubuhnya.
Jubah itu berkibar-kibar terkena terpaan angin dan memperlihatkan bungkusan
kulit yang membelit dada sosok penunggang kuda itu.
Sesekali penunggang
itu menoleh ke arah belakang seakan menakutkan sesuatu. Tanpa mengurangi
kecepatan lari kudanya penunggang itu mengikatkan bungkusan yang dia bawa pada
leher kudanya. Sebuah bungkusan berwarna coklat yang tampak membebat sesuatu di
dalamnya. Bungkusan itu bergetar karena derap lari dari sang kuda. Sang
penunggang memeriksa kembali ikatan dari bungkusan itu kemudian memeluknya
kembali. Tubuhnya yang terbungkus jubah itu disorongkannya maju ke arah telinga
kuda itu. Setelah membisikkan sesuatu penunggang itu menepuk leher kudanya
kemudian meloncat turun tanpa terjatuh dari kudanya yang tetap berlari. Badan
penunggang itu seakan begitu ringan sehingga ketika dia menapak permukaan tanah
tampak seperti terbang.
Sementara itu sang
kuda hitam terus berlari bahkan seakan menambah kecepatan tanpa sedikitpun
menoleh ke arah penunggangnya yang sudah jauh tertinggal di belakangnya. Lehernya
sedikit di tegakkan demi menjaga bungkusan kulit yang diikatkan penunggangnya
pada lehernya. Dia tetap menjaga kecepatan larinya, demi penunggangnya yang
telah meninggalkannya, demi sesuatu dalam bungkusan kulit yang ditinggalkan
penunggangnya tadi. Terus berlari dengan pasti menuju tengah hutan Adasia yang
gelap dan mencekam.
Penunggang itu
berdiri menatap kegelapan didepannya. Suara angin yang menderu menghamburkan
suara-suara lain di hutan itu. Suara derap kudanya yang telah semakin menjauh
tidak terdengar lagi. Dia menghela nafas lega tetapi tetap cemas menatap
sekelilingnya. Dia berdiri menahan degupan yang makin kencang dari dadanya. Tak
lama kemudian terdengar suara teriakan teriakan disertai cahaya-cahaya obor
yang bergerak-gerak mendekat.
Seorang pria yang
sangat tinggi tiba-tiba berada di sebelah penunggang itu. Penunggang itu
terkejut dan berjingkat mundur. Ditatapnya pria itu lekat-lekat. Tak berapa
lama datang segerombolan prajurit yang memakai baju besi dan menggenggam obor.
Cahaya obor yang bergerak gerak menerangi bagian dari hutan itu. Terlihat wajah
pria tinggi yang bergerak mendekati sang penunggang. Wajahnya tampak sangat
tirus ditambah lagi dengan cekungan di kedua pipinya. Bajunya yang terbuat dari
bulu beruang tetap memperlihatkan kedua lenganya yang sangat kurus seperti
tulang berbalut kulit saja. Rambutnya yang tipis berwarna kecoklatan menempel
pada kepalanya yang kecil. Dan kedua matanya yang begitu besar berwarna hitam
melihat tajam pada sang penunggang kuda. Bibirnya yang tipis tiba-tiba
tersenyum yang tampak seperti menyeringai.
“Mari kita pulang!
Paduka sudah menanti anda!” suara serak pria itu memecah kesunyian. Sang
penunggang berjalan mundur dan hendak lari tapi terhadang para prajurit di
belakangnya. Para prajurit tersebut hendak menangkap penunggang kuda tetapi
tiba-tiba tercekat suara serak si pria.
“Jangan ada yang
menyentuh dia! Tak ada seorangpun yang pantas menyentuh dia kecuali paduka
raja..”dia melirik si penunggang yang berdiri di depannya sembari menyeringai lagi.
”...dan juga orang yang sudah diijinkan oleh paduka raja!”
Penunggang itu
menatap sekelilingnya kemudian menatap pria di depannya.
“Anda tentu tak akan
membiarkan harga diri anda terusak karena tersentuh oleh saya bukan? Mari ikuti
saya dan kita kembali ke kerajaan!” ujar pria kurus itu. Dia memanggil salah
seorang prajurit yang kemudian datang dengan membawa sebuah peti kayu kecil.
Dibukanya peti kayu itu dan terlihat sebuah jubah berwarna putih bertabur berlian.
Disodorkannya peti kayu itu pada sang penunggang.
Penunggang itu
membuka jubahnya dan melemparkannya pada pria kurus didepannya. Terlihatlah
wujud seorang wanita berambut pirang yang begitu panjang hingga diujung
pinggangnya. Rambut itu terikat dengan tali berwarna merah.
Kulitnya yang begitu putih seakan mengeluarkan cahaya. Bola matanya memancarkan
warna hijau menatap tajam pria kurus itu. Semua prajurit di sana langsung
menunduk memberikan hormat padanya.
“Sejauh apapun anda
berlari tetap saja akan paduka raja ketemukan lagi paduka ratu Aranthis!” ujar
pria kurus itu sembari tersenyum sinis.
Ratu Aranthis memakai
jubah putih yang diambilnya dari peti sembari menatap tajam pria kurus itu. Bibirnya
yang tipis dan berwarna merah itu tersenyum sinis, “ Itu semua karena
pengkhianat sepertimu Dan!”
Tiba-tiba terdengar
suara derapan kuda yang membawa kereta di belakangnya. Sebuah kereta yang
berwarna keemasan telah tersedia di dekat Ratu Aranthis. Salah seorang prajurit
membuka pintu kereta itu dan mempersilahkan sang Ratu untuk masuk. Ratu Aranthis
menaiki tangga emas kereta itu dan duduk di dalamnya dengan begitu anggun.
“Tunggu dulu! Dimana
Pangeran! Dimana putra anda!” tiba-tiba Dan berteriak keras. Ratu Aranthis
menatap Dan dengan tajam.
“Bukankah raja hanya
membutuhkan diriku? Dan lagi anak itu tak akan pernah kau temukan seperti
diriku!”. Ratu Aranthis menutup mulutnya dengan tangannya. Menguap.” Bisakah
kita segera berangkat? Aku lelah!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar