Horeee...horeee....horeeee....
jadi akhir kata... makasihhh ooollll maiiii preeennn.... luuuppp yuuuu olll....wekekekekkeekk
BAB 21
ENDO
“Bisa
kamu segera sembuh terus segera keluar dari Rumah Sakit ini?”
Endo
melirik lemah ke arah Diva yang berdiri kesal di sebelahnya. Jas putih
dokternya tampak sedikit kebesaran di tubuh mungilnya. Sekali lagi dia ingin
kembali kepada lamunannya dan melupakan semua masalah di hidupnya. Seakan tidak
peduli dengan kehadiran Diva, dia kembali menatap ke taman yang terletak di
seberang jendela kamarnya. Diva menghela nafas perlahan.
“Pertama
kamu menentang seluruh dunia dan berlarian ke sana ke mari untuk mencari Rima,
kemudian beberapa waktu kemudian kamu kembali bekerja dan bekerja sangat keras
sampai melebihi batas kemampuanmu,” Diva mengambil salah satu apel yang
tersedia di meja di sebelah Endo dan menggosoknya keras, “Apa yang kamu cari
sebetulnya, Ndo?”
Endo
kembali menatap Diva, kali ini tatapannya seakan semakin menerawang.
“Aku
hanya melakukan apa yang searusnya kulakukan untuk perusahaanku.”
“Melakukan
yang seharusnya atau mencari pelampiasan untuk melupakan seseorang?”
“Apa
kamu pernah merasakan cinta, Di? Apa kamu pernah merasakan tidak bisa tidur
tanpa dirinya, tidak bisa bernafas ketika dia pergi, tidak mampu memikirkan
wanita lain selain kekasihmu?” tanya Endo begitu memelas.
“Terus, kenapa dia pergi seandainya cinta kamu
begitu besar ke dia, Ndo? Kenapa juga kamu berhenti mencarinya?” tanya Diva.
“Aku
seperti seseorang yang sekarat, Di. Hidupku seakan terombang-ambing dengan
semua pikiranku tentang dia. Ketika dia pergi dan membayar semua hutangnya
kepadaku, aku merasa semua yang dia lakukan, semua yang dia perbuat, semua
itu…semua itu…hanya untuk membayar hutangnya…bukan cinta.” Endo menundukkan
kepalanya di antara kedua lengannya. Kepalanya terasa berdenyut menyakitkan.
“Jadi
menurutmu selama ini Rima benar-benar hanya melakukan semuanya demi hutang
keluarganya kepadamu?” tanya Diva begitu dingin.
“Lalu
apa? Dia meninggalkanku dan hanya menulis kata-kata selamat tinggal dan
permohonan maaf. Menurutmu apa lagi? Dia benar-benar wanita yang mau melakukan
apapun demi keluarganya. Bahkan dia sanggup menyerahkan keperawanannya untuk…”
Tepat
di saat Endo akan melanjutkan perkataannya, kepalanya terkena lemparan apel
Diva dengan sangat keras. Dia menatap Diva sengit dan melihat mata sepupunya
itu berkaca-kaca.
“Kamu
memang brengsek, Ndo! Kamu cuma brengsek egois! Untung saja Rima
meninggalkanmu!” teriak Diva kemudian berbalik meninggalkan Endo.
Endo
terkejut dan segera beringsut turun dari tempat tidurnya kemudian mengejar Diva
sembari menyeret tiang infusnya. Diva berjalan begitu cepat meninggalkannya,
tapi Endo mampu menyusulnya dan menarik lengan Diva kemudian menahannya.
“Apa
maksudmu, Di? Katakan dimana dia dan jangan menyembunyikan apapun dariku!
Katakan padaku dimana Rima, Di!” teriak Endo sembari mencengkeram lengan Diva
keras.
“Lepaskan!
Seandainya aku tahu, tak akan pernah kukatakan kepadamu. Lebih baik dia pergi
menjauh dari pria egois sepertimu! Hidupnya akan jauh lebih bahagia!” sentak
Diva berusaha membebaskan lengannya dari Endo
“Apa
maksudmu? Dia meninggalkanku dan dia tidak bahagia? Aku memberi semua yang dia
inginkan! Aku memberi dia semua hal yang kumiliki! Aku memberinya semuanya,
Di!”
“Pernah
kamu memberikan dia ketenangan? Pernah kamu beri dia keyakinan di hatinya bahwa
kamu mencintainya seorang di dunia ini? Memberinya keyakinan kalau dia wanita
yang sangat pantas bersanding untukmu? Memberinya keyakinan kalau dia bisa
menyerahkan semua masalahnya kepadamu dan dia mampu bermanja denganmu?” sentak
Diva lagi.
“Aku…aku
selalu ada untuknya, Di...”
“Kamu
selalu memaksakan kehadiranmu padanya, Ndo! Memaksakan perasaanmu kepadanya.
Kamu selalu memaksakan kehidupanmu kepadanya dan tidak membiarkan dia
memberitahukan semua kekalutan di hatinya! Kamu egois, bahkan kamu sama sekali
nggak percaya sama dia dan membuktikan keegoisanmu baru saja tadi di kamar! Kamu
cuma brengsek egois yang nggak pantes sama sekali untuk Rima!”
Endo
tercenung mendengar semua perkataan Diva. Selama ini dia tidak pernah
memikirkan hal itu. Selama ini dia selalu berpikir semua yang dia lakukan
adalah demi membuat Rima bahagia. Jemari tangannya merenggang dan Diva langsung
melepaskan tangannya saat itu.
“Katakan
dimana dia, Di…,” mohon Endo lirih.
“Aku
nggak tahu! Tapi jangan harap aku memberi tahumu seandainya aku tahu!” jawab
Diva sembari pergi meninggalkannya.
****
Lukas
terkejut saat dia melihat sosok Endo sudah berada di kantor, di pagi dia
datang. Endo masih terlihat sedikit pucat, tapi dia tersenyum ketika Lukas
mengucapkan salam kepadanya. Sekali lagi dia melihat bos-nya tenggelam dalam
tumpukan berkas dan berada di depan laptop.
“Saya
kira anda masih harus ada di Rumah Sakit, Pak,” ujar Lukas sembari meletakkan
tas miliknya di mejanya.
“Dokter
sudah memperbolehkan aku pulang,” jawab Endo sembari matanya masih terpaku
kepada berkas yang dia bawa.
“Saya
tidak yakin bahwa dokter mengatakan hal itu dengan ikhlas.”
Endo
tiba-tiba terbahak. Dia mengerling melihat Lukas yang sedang sibuk mengeluarkan
semua berkas dan juga laptop dari tasnya.
“Kalau
begitu kamu tahu apa yang harus kamu lakukan seandainya Diva datang kan?” tanya
Endo dan Lukas menjawabnya dengan anggukan singkat.
Setelah
bekerja hampir 5 tahun dengannya, Lukas menjadi sosok yang sangat mengerti
Endo. Bahkan Lukas sangat mengerti bahwa Endo sekarang mengalami masa yang
sangat sulit. Setelah istrinya pergi tanpa kabar, Bos-nya sempat merasa depresi
dan menghilang dari kantornya selama seminggu. Hingga akhirnya Lukas menemukan
bos-nya ‘terdampar’ di luar kota karena kehilangan dompetnya.
Saat
itu dia tidak melihat Endo yang biasanya penuh percaya diri dan memegang
kendali akan hidupnya. Dia melihat sosok seorang pria yang hampir depresi dan
bahkan kehilangan semangat hidupnya. Rambut yang biasanya tersisir rapi, kemeja
yang necis dan juga wajah yang sangat yakin menghilang berganti dengan sosok yang
lebih mirip seorang gelandangan. Kemudian esoknya setelah bos-nya kembali, dia
melihat Endo bekerja lebih keras dari sebelumnya. Bahkan bekerja seperti
kesetanan. Hingga dia menemukan Endo terkapar di ruangannya, pingsan karena
kelelahan. Dan sekarang, dia menemukan bos-nya kembali dengan wajah masih
sedikit pucat dan ekspresi seakan tak pernah tak sadarkan diri kemarin.
Seorang
wanita.
Cukup
dengan seorang wanita, seorang Endo bisa mengalami semua hal itu. Betapa Lukas
sedikit merasa ketakutan, berpikir seandainya dia yang ada di posisi seorang
Endo. Semua pikiran itu sempat berputar di kepala Lukas hingga dia menyadari
telepon di atas mejanya berbunyi. Suara gadis dari bagian sekertaris di depan
ruangan Endo terdengar dari telepon itu.
“Pak,
anda kedatangan tamu,” ujat Lukas sedikit bingung mengatakan kepada Endo.
“Siapa?”
“Nona
Sofi.”
****
“Makasih
sudah mau datang.”
Sofi
tersenyum melihat kedatangan Rima yang memenuhi undangannya. Dia sama sekali
tidak menyangka akan sangat mudah meminta istri Endo untuk menemuinya saat ini.
Wanita yang dalam beberapa waktu ini menjadi wanita yang sangat dia benci.
Dia
melihat Rima tersenyum kecil dan memintanya untuk duduk. Secara proposi, memang
wanita di hadapannya sangat mirip dengannya. Bentuk tubuhnya, tingginya, bahkan
postur tulang wajahnya. Sofi mengingat lagi semua kata informannya dan menelaah
kembali di dalam pikirannya.
Endo
selama ini berhubungan dengan semua wanita yang secara proporsi mirip dengan
Sofi setelah mereka tidak berhubungan. Bahkan informannya mengatakan bahwa Endo
berhubungan dengan semua wanita itu atas dasar mencari pengganti sosok yang
sempat meninggalkannya. Sofi adalah wanita yang meninggalkan Endo, dan Endo
mencari penggantinya selama ini hingga Endo bertemu dengan wanita yang saat ini
berada di hadapan Sofi.
Wanita
yang hanya ingin menguasai materi Endo.
Wanita
ini memang yang paling mendekati Sofi, dan yang paling busuk di antara pasangan
Endo lainnya. Bagaimana mungkin Endo terjebak dengan wanita ini? Seandainya
saja dulu Sofi mau sedikit bersabar, dia akan bisa menyelamatkan hubungan
mereka dan juga menyelamatkan Endo dari wanita licik di hadapannya ini.
walaupun begitu, biarpun sedikit telambat, Sofi akan melakukan apa yang
seharusnya dia lakukan dulu.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya Sofi berbasa-basi.
Rima
tersenyum kembali dan menjawab,”Baik.”
Bagaimana
mungkin dia akan menjawab sebaliknya? Dengan semua materi yang sekarang dia
miliki, dengan semua fasilitas itu.
“Jadi,
ada perlu apa sebenarnya?”
Pertanyaan
Rima mengejutkan Sofi dari lamunannya. Apapun yang terjadi, dia harus
mengakhiri hubungan Rima dan juga Endo. Bagaimanapun caranya.
“Aku
dengar Endo bermasalah dengan salah satu anak perusahaannya,” ujar Sofi sembari
mengambil sebuah amplop dari tasnya.
“Bagaimana
kamu tahu?” tanya Rima penasaran.
Sofi
tergelak dan segera menguasai dirinya lagi.
“Berita
cepat menyebar, Rima. Apalagi di kalangan pengusaha seperti kami. Terlalu
banyak orang dalam yang menggosipkan hal ini,” ujar Sofi. Rima terdiam dan
wajahnya menunjukkan kekhawatiran. “Aku bisa bantu dia.”
“Benarkah?”
wajah Rima seketika terlihat cerah mendengar kata-kata Sofi barusan.
Sofi
tersenyum kemudian mengangguk.
“Perusahaanku
bekerja sama dengan beberapa perancang terkenal. Mereka saat ini sedang
mempersiapkan model untuk musim depan. Tapi aku bisa meyakinkan salah satunya
untuk membantu Endo. Ini adalah satu-satunya solusi yang bisa aku tawarkan dan
satu-satunya solusi yang seharusnya Endo pikirkan.”
“Satu-satunya
solusi?” tanya Rima kebingungan.
“Model
yang akan kamu luncurkan bocor sebelum waktunya. Itu bisa membuat pasar membuat
bajakannya terlebih dahulu sebelum barang aslinya dirilis. Satu-satunya cara
adalah membuat model baru lagi. Saat ini sangat sulit mencari perancang untuk
perusahaan sekaliber milik Endo yang masih bisa mengisi lowongan itu. Tapi aku
bisa menawarkan solusi itu untuknya.”
“Terimakasih!”
jawab Rima kebingungan, “Tapi kenapa kamu bilang ini semua sama aku? Seharusnya
kamu langsung bilang ke Endo.”
Sofi
menatap Rima kemudian tersenyum.
“Kamu
tahu soal hubunganku dan Endo?” tanya Sofi tiba-tiba.
“Kalian
sahabat baik, bukan?”
“Dulu
kami sempat jadi pasangan, kemudian karena kebodohanku, aku meninggalkannya. Setelah
itu kudengar dia mencari penggantiku. Wanita yang secara fisik mendekati
fisikku.”
Rima
terdiam menatap Sofi yang terlihat sangat tenang. Sofi berusaha setenang
mungkin dan membuat Rima ketakutan agar semua rencananya berhasil. Rima
menggenggam erat ujung baju yang dia kenakan, yang tersembunyi di bawah meja.
Wajahnya berubah sedikit pucat.
“Apa
maksudmu, Sof?”
“Endo
membutuhkan bantuanku untuk mempertahankan posisinya di hadapan para pemilik
saham, Rim,” jawab Sofi tegas. “Apa kamu sadar kalau fisik kita sangat mirip?
Proporsi tubuh kita benar-benar sangat mirip. Apa kamu nggak sadar akan hal
itu?”
Dengan
perlahan Sofi menyorongkan 2 lembar kertas ke hadapan Rima. Rima mengambilnya
dengan sedikit ketakutan dan melihat isinya. Keduanya ternyata cek yang salah
satunya kosong dan lembar yang lain bernilai 350 juta rupiah.
“Aku
dengar keluargamu mempunyai hutang dengan perusahaan Endo sebesar 350 juta. Kau
bisa gunakan cek pertama untuk membayarnya. Dan cek kedua, kupersilahkan
untukmu mengisi angkanya sesukamu.”
“Lalu?”
tanya Rima ragu-ragu memegang kedua lembar cek itu.
Sofi
tersenyum puas mendengar pertanyaan Rima.
“Kamu
wanita cerdas, Rima. Kamu seharusnya sudah menangkap maksudku. Tinggalkan Endo
dan biarkan dia lepas dari masalahnya. Kamu punya kesempatan itu saat ini,”
ujar Sofi sembari membereskan semua barangnya. “Aku harap kamu bisa ambil
keputusan yang tepat, Rim!”
Sofi
berdiri meninggalkan Rima sendiri. Dia sama sekali tidak menoleh kebelakang dan
melihat Rima yang mulai berkaca-kaca menatap dua lembar cek yang dia berikan.
Dengan penuh percaya diri dan juga optmisme di dalam hati, Sofi menuju
mobilnya. Selama perjalanan hingga ketika dia sudah duduk di tempat tidurnya,
Sofi terus tersenyum. Membayangkan dia bisa mulai kembali mendekati Endo dan
menyelamatkan Endo dari wanita seperti Rima.
Beberapa
hari kemudian Sofi mendengar kalau, Rima sudah meninggalkan Endo dan laki-laki
itu juga ikut menghilang sehari kemudian. Baru sekitar seminggu kemudian, dia
mendengar Endo sudah kembali dan mulai aktif di kantornya lagi.
Lalu
hari ini, Sofi mulai berpikir untuk mengutarakan maksudnya kepada Endo. Hari
ini, dia akan mulai menata kembali perasaan Endo. Memulai kembali apa yang
sudah dia akhiri dulu. Memperbaiki kesalahan yang sudah dia buat dulu.
****
Endo melihat heran ke arah Sofi yang duduk di
depannya. Semenjak gadis ini masuk beberapa menit yang lalu dan mengucapkan
salam, dia hanya duduk kemudian tersenyum menatap Endo yang sibuk. Beberapa
kali Sofi terlihat memperhatikan sekeliling kemudian kemudian kembali menatap
Endo. Sialnya, tidak beberapa lama Lukas harus keluar untuk mengambil beberapa
laporan yang harus dia teliti sebelum diserahkan kepada Endo dari ruang
sekertariat.
“Kamu
ada perlu apa?” tanya Endo akhirnya memulai pembicaraan di antara mereka.
Sofi
terlihat sedikit terkejut mendengar kata-kata Endo, kemudian melanjutkan
senyumannya.
“Enggak,
gimana kabarmu? Sudah baikan? Aku dengar kemarin kamu masuk rumah sakit. Maaf
nggak bisa ngejenguk,” cerocos Sofi dengan nada senang di suaranya.
“Lumayan.
Banyak pekerjaan kantor yang nggak bisa aku tinggalin. Jadi, kamu maaf aku
nggak bisa ikut makan siang kalau kamu mau ngajak aku lunch,” jawab Endo sembari memeriksa laporan-laporan prediksi
penjualan di hadapannya.
Tiba-tiba
terdengar Sofi terkekeh dan membuat Endo mau tidak mau melirik ke arahnya.
“Aku
kesini bukan sebagai temanmu yang mengajak makan siang Endo. Aku kesini sebagai
relasi yang mau menawarkan jasa, juga bantuan sebetulnya,” ujar Sofi.
Kali
ini Endo benar-benar mengalihkan perhatiannya ke arah Sofi. Dia mendorong
menjauh laptopnya dan membenarkan letak duduknya.
“Jadi,
apa yang mau kamu tawarkan Sof?” tanya Endo serius dan dibalas dengan senyuman
Sofi.
“Aku
dengar posisimu sebagai CEO terancam.”
“Gosip
cepat menyebar,” jawab Endo santai.
“Dengan
adanya berita pertunangan Diva dan Bima Hakim yang mungkin terjadi dan masalah
di salah satu anak perusahaanmu, kupikir gosip itu bisa jadi bukan hanya
sekedar gosip.”
Endo
terkekeh mendengar analisis Sofi.
“Kamu
bener-bener memperhatikan semua itu ya, Sof!”
“Sebagai
pengusaha, kita diajarkan untuk selalu awas dengan semua informasi. Apa aku
salah, Ndo?” jawab Sofi dengan senyuman bisnisnya.
“Nggak,
itu yang seharusnya kita lakukan. Terus apa yang mau kamu tawarkan sekarang?”
tanya Endo.
Sofi
mengeluarkan sebuah map dari tasnya, kemudian memberikannya kepada Endo. map
itu berwarna kuning cerah dengan logo perusahaan milik Sofi di atasnya. Cukup
lama Endo memperhatikan map itu, baru memutuskan untuk mengambilnya dari
mejanya. Di dalamnya dia melihat foto seorang pria dan juga beberapa foto-foto
peragawati di atas catwalk.
“Dia
salah satu desainer kami, dan sudah mengikat kontrak dengan perusahaanku. Musim
ini, dia sedang kosong karena baru saja menyelesaikan pekerjaannya untuk
pagelaran terbarunya. Kamu bisa meminjam dia untuk musim ini,” terang Sofi
ketika Endo membaca berkas di dalam map yang dia bawa.
“Tawaran
yang menarik, apa yang harus aku berikan sebagai gantinya?” tanya Endo sembari
terus memperhatikan semua isi map itu.”
“Beberapa
persen dari keuntungan, kemudian kontrak kerjasama dengan perusahaan konveksimu
itu,” jelas Sofi.
Endo
mengangguk-angguk kemudian menutup map yang dia bawa.
“Aku akan…”
“Pikirkan
saja dulu, Ndo. Aku yakin kamu nggak akan lama menjawabnya,” Endo mengerling
heran menatap Sofi, kemudian Sofi terkikik, “Kamu harus segera mengambil
tindakan untuk masalah ini kan?”
Sebentuk
lingkaran terbentuk di bibir Endo dan Sofi merasa puas. dia bergegas berdiri
dan itu membuat Endo sedikit terkejut kembali.
“Aku
tunggu jawabanmu, Ndo. Dan aku harap kamu mau menerimanya,” ujar Sofi sembari
meninggalkan Endo.
Endo
tersenyum sampai dia melihat Sofi keluar dari ruangannya dan kembali menatap
map yang ada di depan mejanya. Kemudian dia bergegas mengambil selembar kertas
yang dia simpan di laci mejanya kemudian memperhatikannya cukup lama sampai
Lukas masuk kembali ke dalam ruangannya.
“Saya
membawakan daftar yang anda minta, Pak!” ujar Lukas, sembari mencari-cari
sesuatu di dalam ruangan Endo. “Nona Sofi sudah pergi, Pak?”
“Sudah,
berikan padaku daftarnya!” jawab Endo sembari meletakkan kertas yang dia bawa
di atas map milik Sofi.
Lukas
bergegas memberikan tumpukan kertas yang dia bawa kepada Endo kemudian kembali
ke mejanya sendiri yang masih satu ruangan bersama Endo. Endo membaca sebentar
lembaran-lembaran itu kemudian berdecak pelan.
“Seperti
yang sudah kuduga. Lukas, setelah ini aku minta kamu membuat janji dengan
beberapa orang. Aku mau bertemu dengan mereka secepatnya,” perintah Endo.
Lukas
bergegas maju mendekati meja Endo sembari membawa notes kecil dan juga pena
miliknya untuk mencatat apa yang akan Endo katakan, tapi Endo sudah menuliskan
daftar itu dan memberikannya kepada Lukas kemudian.
****
Huuuu getok pala sofi, dasar licik..
BalasHapusЂм(.̮)Mmm˚°◦º endo mw ktmu sypa ya, ad ap ya?bkn penasaran aj ih mba ike :p
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba
wakakakakaka
Hapusendo mau ketemu eke doongg
wakakakakak
horeeee bisa komen di blog eke sendiriiii!!!!
*galau gak bisa komen beberapa kali ini
Setelah 1 minggu absen, akhrnyaaa Endo datang dan membawa kegalauan kembali..
BalasHapushuaaaaaa Rimaaaa kamu dimaaaanaaa?? untuk pertama kalinya saya merasa 'ikhlas' memberikan Endo kepadamu (apa siih??)
Mba Ikeeeeeeee,,,,, Rima jangan kelamaan diumpetin yaahhh.
tp sblm Rima muncul, Sofi dikerjain dulu,, aarrgggg geregetan sama manusia kayak begitu....!!! *junggut2 rambut Sofi*
jadiiihhhh???
Hapusdulu-dulu gak ikhlaaassss?
wakakakakakkakakakak
kesel sama sofii, iih salah paham tau, rima ga matre tauuu . . endo ayoo temukan rima, duhh makin kesini makin penasarn tau mba. makasih ya mba, tumben sharenya hari minggu hoho
BalasHapuswakakakakakakkaka
Hapuskebetulan inet lancar ya akhirnya bisa share deh... wakakakakakakakkak
ayeee...ayeee....ayeee......
sofi...sofi...ke-PD-an amat nih cewe 1. masa endo nyari sosok sofi di rima wakaka naif skali neng...yg ada jg endo nyari sosok rima disemua cewe2nya terdahulu tmsk dirimu neng sofi...aiih GR amat seeeeh...toyor pala sofi pake sandal biar sadar hahaha. tp kayanya klo sy tebak nih kayanya endo nyadar klo semua permasalahan hidupnya dr neng sofi...smoga ayo endo temukan segera rima n calon anakmu #pray for endo rima#
BalasHapuseh kelupaan...bilang makasih dulu sama mbak authornya. makasih mbak rike buat ceritanya yg seru kaya nano2 rame rasanya hehehe. boleh gak minta lanjutannya lagi #reader ngelunjak#...dr tadi bacanya pelan2 ga mau ceritanya bersambung dulu eh akhirnya sampe bag bersambung jg hahaha. pokonya suka banget sama cerita ini...makasih lg mbak rike.
BalasHapuswakakakakakakkak
Hapussabar mbaeee...
anak orang ditoyor-toyor... wakakakakakak
boleh doong minta lanjutannya lagi,
tapi senin minggu depan
akakakakakakakakaka
*Ngabur sebelum kena toyor sendal juga
Mba ikeeeeeee kentang bgt sich...tpi btw anyway busway nich makasih y dah update...cptan lanjutannya. Cipok dara ah
BalasHapussudah dooonggg maaayyy... wekekekekekekekekk
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus2minggu di bikin galau sama mbak ike
BalasHapustanggung jawab hayo udh bikin hati ini galau dan berhayal tingkat dewa :)) Lol
*kaburrrrr
makasih mbak ike postinganya di hari senin yang panas ini
wakakakakkakaka
Hapusgalau-galau pas panas...
manthaaaaapppphhh
Prah bgt ni si Sofi.. GR..ckck
BalasHapusPdahal kmu tu yg kopianny Rima,mkany Endo mau sma kmu! Bkanny Rima yg kopianny kmu! Ckckck
sabar mbaeee sabaaaarrrr
Hapuswekekekekekkekekek
kapan nih lanjutannyaaaa penasalaaaaaannnnnnnnnnnnn beuuuuttttttttttt ane
BalasHapus