di curhat geje kali ini, eke mau curhat sesuatu...(bekson lagu syahrojak) eke baru tau kalau ternyata eke sudah jadi super gendut. ini akibat dari gak punya cermin sebadan di rumah, yang bikin eke gak pernah sadar kalo badan eke itu dah super melar. (*nangis). pas kemaren nunut kamar mandi hotel, eke baru sadar itu. Ya Gustiiii, kenapaaaaahhh ini terjadi padakuuuuhh... kenapaaaahhhh.....
*nangis di bawah dispenser sambil bawa payung.
wakakakakakakakka... satu lagi, selamat munikmati Kawin Kontrak ya.muuaaaahhhh
BAB 13
RIMA
Harusnya
aku mengikuti Endo dan Sofi, tapi aku malah terdampar di cafe ini. sebuah cafe
yang masih berada di Mall yang sama dengan keberadaan Endo maupun Sofi. Tiba-tiba
saja tadi Lea menelponku dan meminta kepadaku untuk bertemu saat aku mencoba
mengikuti Endo. Dan bodohnya, kenapa aku mau saja menemuinya di sini? Seharusnya
aku mengejar Endo dan tidak mengindahkan Lea. Tapi untuk apa aku mengejar Endo?
Dia berhak jalan dengan siapapun! Bukannya semua ini aku inginkan? Tapi aku kan
masih istrinya! Dan kenapa aku harus pusing berpikir seperti ini? (Hati kecilku
mencibir semua perkataanku dan seakan menari-nari di atas penderitaanku)
Aku memijat
keningku pelan dan berharap Lea segera datang agar aku bisa segera pulang.
Kenapa juga aku masih mau menemuinya? Dia sudah mengkhianatiku dan juga
menghacurkan hubunganku dengan Tio. Apalagi yang dia inginkan?
“Lama
menunggu?”
Aku
tersentak mendengar suara itu. Lea berdiri di hadapanku dan tetap terlihat
mempesona. Cantik dengan rambut merah tembaganya dan juga wajahnya yang angkuh.
Tapi kali ini penampilannya terlihat sedikit menyedihkan.
“Kamu…kenapa?”
tanyaku bingung.
Dia
duduk di depanku dan aku bisa melihat jelas tubuhnya yang sepertinya sedikit
membengkak.
“Aku
mau bicara, Rim!” ujarnya terdengar sedih.
Aku
berdehem pelan dan menunggunya bicara.
“Aku
mau minta maaf…”
“Baiklah,
sudah kumaafkan. Aku pergi!”
“Tunggu
Rim!”
“Apa
lagi?” sentakku kesal.
“Aku
sama Tio, aku mau dia jadi pacarku, Rim!”
Aku
menelan ludah getir mendengar ucapan Lea.
“Kalau
kamu mau, ambil aja! Aku sama Tio sudah nggak ada apa-apa!”
“Tapi
dia masih mikirin kamu. Dia masih berharap sama kamu!” rengek Lea.
Sungguh
menyedihkan. Dulu aku menganggap Lea adalah wanita yang mandiri, wanita yang
tegar dan juga kuat, tapi saat ini dia merengek mengharapkan cinta si bajingan
bernama Tio.
“Itu
bukan urusanku, Lea! Mau kamu apa sih?”
“Kamu
bilang ke dia kalau kamu nggak mau sama dia lagi!”
“Kamu
pikir aku nggak pernah bilang itu ke cowok brengsek yang namanya Tio itu?
tolong Lea, aku capek harus menghadapi kalian berdua! Tolong kasih aku
ketenangan!”
Lea
terdiam menatapku bingung.
“Kamu
sudah pernah bilang ke dia?”
“Aku
bahkan sudah menikah! Bisakah kalian melepaskan aku? Jangan menggangguku lagi.
Aku nggak mau ketemu sama bajingan yang namanya Tio itu,” jawabku kesal.
“Terlambat!”
Apanya
yang terlambat?
Oh
sial!
Dari
kejauhan aku melihat Tio berjalan ke arah kami. Aku melotot tajam ke arah Lea
yang saat ini hanya tertunduk tak berani melihatku.
“Aku
cuma mau kamu menegaskan semuanya ke dia,” ujar Lea lirih.
Bagaimana
bisa dia mengkhianatiku lagi? Seharusnya aku tidak pernah percaya dengan sosok Lea.
Dia sudah pernah memanfaatkanku dan juga mengkhianatiku sekali. Saat ini aku
kembali terjatuh di lubang yang sama. Aku segera berdiri, bergegas meninggalkan
Lea. Satu-satunya akses keluar sudah terhalangi oleh sosok Tio yang semakin
mendekat. Itu membuatku harus berlari menuju ke dalam Cafe dan bersembunyi di
salah satu tempat yang tidak bisa di masuki Tio.
Toilet!
Dia
tidak akan bisa memaksaku di dalam sana. Aku berlari segera menerobos beberapa
orang untuk mencari toilet dan untungnya aku menemukan satu. Dengan satu
sentakan, aku memasuki ruangan itu. Tapi sepertinya aku menemukan tempat yang
salah. Beberapa mata menatapku kebingungan dan beberapa yang lain tampak
berusaha sembunyi dari kehadiranku. Aku menelan ludah dan mulai panik.
INI
TOILET PRIA!
Aku
berteriak menahan malu, tapi tidak mungkin juga aku keluar saat ini. Tio sudah
semakin mendekat. Dengan sisa-sisa keberanian yang tersisa, aku memasuki
ruangan yang lebih privat di dalam toilet pria ini, WC. Sesaat setelah aku
mengunci pintu WC, aku mendengar suara seseorang memanggil namaku, itu Tio. Aku
berusaha mengambil ponselku dan menghubungi Diva secepatnya.
"Di,
tolong aku!” teriakku sebelum Diva sempat mengatakan halo.
“Kamu
kenapa?” tanya Diva panik.
Aku
berusaha menjelaskan sebisanya sambil terus menahan pintu yang berkali-kali di
gedor Tio. Diva menjanjikan datang secepatnya dan segera menolongku. Ini
berarti aku harus berada di dalam WC ini di waktu yang cukup lama.
Sedikit
ketakutan aku bersandar di pintu WC, menahan lebih keras supaya Tio tidak bisa
mendobraknya. Tanganku masih terasa bergetar dan bau pesing samar-samar masuk
ke dalam hidung. Tunggu, ada bau lain yang menusuk hidungku dan ketika ku toleh,
di dalam toilet itu masih ada bekas-bekas pengolahan yang sepertinya secara
sadis belum di siram.
“Rima,
kumohon dengarkan aku!” teriak Tio di luar sana.
Itu
semakin menegaskan bahwa aku sama sekali tidak bisa keluar dari ruangan ini.
perutku bergejolak dan siap untuk muntah melihat semua kebiadaban di toilet
ini. Bagaimana bisa mereka meninggalkan jejaknya tanpa disiram terlebih dahulu?
“Pergi!”
teriakku, berharap Tio segera pergi dan itu berarti aku terbebas dari siksaan
dunia ini.
“Aku
nggak akan pergi sebelum kamu kembali sama aku!” teriak Tio.
Baik,
itu semakin menegaskan bahwa siksaan ini akan terus menerorku. Antara bertemu
Tio dan berdamai dengan ampas manusia.
Aku
lebih memilih berdamai.
Walaupun
itu membuat perutku semakin mual dan akan muntah. Membuatku teringat sebuah
cara untuk menanggulangi rasa mual. Ambil nafas dalam dan hembuskan lewat
mulut. Tapi yang terjadi ketika aku mempraktekannya, mual itu semakin bertambah
karena bau yang sebelumnya kutahan dengan tanganku langsung masuk memenuhi
paru-paruku.
“Aku
nggak mau bicara apapun, apalagi balik sama kamu, Brengsek!” teriakku yang
semakin memperburuk keadaanku. Bau toilet ini benar-benar meracuniku.
Ini
semua bisa membunuh manusia dan seluruh peradabannya dalam waktu beberapa saat.
Membuatku segera menghidupkan keran dan menumpahkan semuanya ke dalam kakus
berkali-kali. Tio terus mengoceh dan aku tidak bisa mendengar apa yang dia
katakan. Konsentrasiku benar-benar tercurahkan untuk menyiram toilet ini.
“Dengar
Rima, aku cinta sama kamu!”
Tiba-tiba
aku mendengar kata-kata aku saat semua ampas itu sudah menghilang di saluran
terbawa oleh air. Kata-kata itu membuat dadaku terasa nyeri dan kembali
teringat akan semua yang Tio dan Lea lakukan. Membuatku kembali menangis dan
merasa terpuruk lagi. Suara ponsel tiba-tiba mengagetkanku dan tampak nomer
milik Endo memanggil.
“Ya?”
“Rima,
aku sekarang sedang…kamu nangis, Rim?” tanya Endo.
“Nggak,
kamu mau bilang apa?” jawabku berusaha berbohong dan menahan isakan tangisku.
“Rima,
kenapa?” tanya Endo makin cemas.
“Aku
selalu cinta sama kamu, Rim. Tolong, kembali sama aku!” teriak Tio dari depan pintu
dan membuatku terkejut. Endo terdiam dan sepertinya mendengar semua itu.
“Kamu
dimana sekarang?” tanya Endo dengan suara yang terdengar marah.
“Aku…aku
nggak apa-apa!”
“Kamu
dimana Rim? JAWAB!” sentak Endo.
Itu
membuatku tak mampu lagi berbohong dan mengatakan dimana posisiku berada.
Termasuk mengatakan toilet terkutuk ini kepada Endo. Setelah Endo mendengar itu
semua, dia segera menutup ponselnya.
Seharusnya
tidak butuh waktu lama untuk Endo menemuiku, karena kami berada di gedung yang
sama. Tapi yang kurasakan saat ini, waktu berjalan sangat lambat. Sementara itu
Tio terus mengucapkan kata-kata gombalnya kepadaku.
“Kamu
sudah punya Lea! Jadi tinggalin aku Tio!” teriakku berusaha mengusir Tio, “Aku
sudah menikah sekarang! Kamu sama sekali nggak berhak buat ganggu aku!”
“Kamu
pikir suami kamu cinta sama kamu lebih daripada aku, Rim?”
Aku
terkejut mendengar perkataan Tio.
“Dia
itu kaya, dia punya semuanya! Dia bisa dapat semua yang dia mau dengan mudah!
Kamu pikir, apa yang bisa buat dia mau sama kamu? Kamu cuma dijadikan mainan
buat dia, Rim!
Dia
cuma butuh penyegaran dari rutinitasnya yang membosankan, dan kamu cewek yang
tepat buat semua itu. Kamu, cewek yang selama ini nggak pernah ada di pikiran
setiap pria seperti dia, bener-bener bahan yang cocok untuk melepas semua
kebosanan dia! Setelah dia puas, dia bakal ninggalin kamu dan balik sama
cewek-cewek dari kalangannya.”
Hatiku
terasa nyeri dan kembali teringat akan kedekatan Endo juga Sofi. Sofi begitu
cantik dan juga sederajat dengan Endo. Semuanya yang ada di Sofi terasa sangat
tepat bersanding dengan Endo. Sementara aku, aku cuma perempuan biasa yang
bahkan sama sekali tidak pantas bersanding dengan Endo. Apa aku memang
ditakdirkan dengan pria seperti Tio?
“Diem
kamu!” teriakku terisak.
“Itu
kenyataan, Rima. Aku tahu banyak tentang pria seperti suamimu itu! Kamu, cuma
mainan buat dia!”
Dadaku
terasa semakin sakit dan bertanya-tanya dalam hati. Apa benar semua perkataan
Tio? Bagaimana dengan semua sentuhan dan juga ciumannya? Apa penantian selama
10 tahun itu juga cuma sebuah kebohongan? Kepalaku terasa sakit memikirkan
jawaban semua pertanyaanku itu.
“Rima,
kamu ditakdirkan untukku. Kita harusnya bersama. Aku mau kita balik seperti
dulu, Rim!” pinta Tio menghiba dan membuatku semakin merasa muak.
“Diam!”
teriakku.
Sebuah
gebrakan di pintu toilet membuatku terkejut dan mundur selangkah karena
ketakutan. Tio mulai berani mendobrak pintu ini dan itu sangat berbahaya. Tapi
pikiran itu segera berganti saat aku mendengar suara erangan dan itu suara Tio.
“Brengsek!
Mau apa ka..aakk..!” teriak Tio diiringi suara pukulan yang sepertinya sangat
keras.
Suara
Tio merintih makin terdengar, dan itu membuatku penasaran. Beberapa kali aku
mendengar suara seperti benda terjatuh ataupun suara bantingan. Setelah itu terdengar
teriakan kesakitan dari Tio. Dengan sisa keberanianku, aku mencoba membuka
pintu toilet sedikit dan mengintip melalui celah pintu. Keadaan mulai terdengar
semakin riuh dan aku melihat Tio tersungkur dengan wajah babak belur. Darah
menetes melalui sudut bibirnya dan sebuah tangan yang kuat menarik kerah
kaosnya dan bersiap memukul wajah brengsek Tio lagi dengan tangannya yang lain.
Endo!
“Berhenti!”
teriakku berlari keluar dari WC dan mendekati Endo, berusaha menahan tangannya.
Endo
menatap marah ke arah Tio dan itu sangat menakutkan. Wajahnya yang biasanya
terlihat tenang tiba-tiba dipenuhi amarah. Membuatku ketakutan saat ingin
menghentikannya. Tapi ini sama sekali tidak bisa diteruskan, Tio sudah
tersungkur dan babak belur. Aku melihat di arah pintu, Lea terlihat panik, tapi
tak mampu berbuat apapun. Dia berdiri terdiam dan menutup mulutnya. Sementara
matanya terlihat sangat ketakutan melihat yang terjadi di depannya. Beberapa
orang mulai mendekat dan berusaha mencari tahu dan itu sangat buruk.
“Endo,
ayo pergi!” aku berusaha menarik lengan Endo, tapi dia masih berdiri marah
menatap Tio.
Sebuah
tendangan kembali bersarang ke perut Tio dan itu membuatku juga Lea memekik
bersamaan. Saat Endo hendak menendang lagi, aku menarik perutnya mundur sekuat
tenaga.
“Lepaskan
aku, Rima!” teriak Endo marah.
“Enggak,
berhenti Endo! Ayo pergi!” teriakku tetap memeluknya.
Aku
bisa merasakan seluruh otot tubuh Endo menegang, juga suhu tubuhnya yang terasa
panas. Samar-samar bau parfumnya yang beraroma apel segar memenuhi hidungku
(menggantikan bau ampas manusia yang sebelumnya mengisi paru-paruku),
punggungnya juga terasa basah oleh keringat dan merembes hingga luar kemejanya.
Apa dia baru berlari? Apa Endo berlari untuk mencariku? Endo menurunkan
tinjunya dan menarik bahuku. Dia menatapku mendetil dari atas hingga bawah
kemudian memelukku erat.
“Aku
akan membunuhmu kalau kau berani mengganggu istriku lagi!” teriak Endo keras
dan menarik lenganku kuat berjalan keluar dari cafe ini. Meninggalkan Tio dan
juga Lea, juga kerumunan orang-orang yang melihat semua kejadian ini.
Endo
berjalan cepat sembari menggenggam erat tanganku. Aku sedikit terseok
mengikutinya dan juga sedikit merasa malu dengan semua pandangan orang-orang.
Tapi di dalam hatiku, terasa ada semburat perasaan bahagia melihat semua
kejadian tadi. Dan semburat perasaan bahagia itu langsung menghilang, menguap
seperti kentut saat aku melihatnya berdiri di depan kami. Menatap dengan
tatapan cemas, lurus ke arah Endo.
Sofi.
“Kamu…kalian
nggak apa-apa?” tanya Sofi cemas melihat Endo yang berjalan pelan mendatanginya
bersamaku.
“Maaf
Sof, aku…”
“Endo,
tanganmu berdarah!” pekik Sofi sembari menarik tangan Endo yang bebas.
Aku
melihat luka lecet dan juga bercak memerah di sana. Rima mengeluarkan tisu dan
mulai mengusap luka Endo. Kenapa mereka pegangan tangan lama sekali? Kenapa aku
sama sekali tidak tahu akan luka itu? Kenapa aku harus merasa sebal seperti
saat ini? Dan yang paling penting, kenapa hatiku harus sakit melihat ini semua?
“Itu
bukan darahku,” jawab Endo sembari menarik tangannya kemudian melirik ke
arahku, “Sofi, aku…”
“Jadi
kita antar Rima pulang dulu baru kembali ke kantor, Ndo?”
Aku
tercekat mendengar ucapan Sofi barusan. Mereka akan kembali ke kantor, berdua
saja tanpa diriku? Meninggalkanku sendiri di rumah? Di saat setelah aku
mendapatkankejadian seperti ini? Apa bersama Sofi lebih menyenangkan dibanding
dengan bersamaku? Semua pertanyaan itu terus menerus muncul dan seakan
berteriak di kepalaku.
“Nggak
perlu, aku sudah dijemput sama Diva di depan,” jawabku tiba-tiba secara
spontan. Bahkan aku sama sekali tidak tahu, apa Diva sudah menjemputku atau
belum.
“Apa?
Kamu sama Diva? Kapan kamu janjian sama Diva?”
tanya Endo bingung
“Anu…tadi
waktu Tio mengejar aku di kamar mandi,” jawabku kebingungan.
“Aku
yang anter kamu pulang, Rim!” ujar Endo.
Aku
tertunduk, sama sekali tidak berani menatap Endo. Diantarkan pulang kemudian
ditinggalkan sendiri. Sepertinya Diva jauh lebih menyenangan untuk saat ini.
Apalagi dengan adanya Sofi, entah kenapa itu membuat hatiku terasa nyeri.
“Nggak
perlu, Ndo! Aku tadi sudah telpon Diva, minta tolong. Kamu balik ke kantor sama
Sofi aja.” jawabku sembari menyentak pegangan Endo.
Wajahku
terasa panas.
“Waa…
syukurlah kalau begitu. Kita bisa tenang kembali ke kantor,” ujar Sofi.
Mataku
mulai pedih.
“Tapi…”
“Bye semua, aku pergi dulu.”
Aku
berlari menjauh sebelum Endo mulai menarik tanganku lagi. sembari setengah
berlari, aku mengambil ponselku dan menghubungi Diva. Bulir-bulir air mata
mulai keluar dari mataku ketika nada tunggu terdengar di ponselku. Kenapa aku
harus menangis?
“Aku
baru sampai parkiran depan Mall! Kamu dimana?” tanya Diva cemas.
“Tunggu
di situ, aku sudah di depan Mall,” jawabku.
Dengan
bergegas aku berlari mencari mobil Diva dan menemukannya terparkir beserta Diva
yang menatapku cemas di sampingnya. Aku langsung menghamburkan pelukan dan
tangis kepada Diva dan itu membuat Diva semakin cemas. Tanpa banyak bicara,
Diva menuntunku ke dalam mobilnya.
****
“Iya,
dia sekarang di rumahku, Ndo. Nggak perlu dijemput, nanti biar aku yang antar,”
Diva menghela nafas, ”Endo, aku yang nanti antar Rima sendiri pulang ke
apartemenmu!”
Diva menutup
ponselnya kemudian menatapku yang meringkuk di sofanya. Dia mengambil ponselku
yang tergeletak di meja kemudian tersenyum sebelum meletakkannya kembali. Tak
lama aku melihat Diva menatapku sembari tersenyum mengejek.
“Apa?”
tanyaku kesal.
“Sudah
selesai nangisnya?” tanya Diva sembari memamerkan deretan giginya yang putih,
“Pakai acara hape di silent segala.”
“Kayaknya
aku sakit deh, Di. Pake acara nangis segala!”
Diva
menoyor keningku dan melotot tajam.
“Masih
ngeles aja nih bocah! Jelas-jelas kamu cemburu ngeliat Sofi sama Endo
dua-duaan!”
“Asal!”
jawabku.
“Minta
ampun, munak, ah!” ejek Diva.
Aku
terdiam menatap nanar ke arah dinding di depanku. Mataku masih terasa perih dan
juga bengkak.
“Aku
nggak tahu, Di. Setelah Endo pergi, aku sudah janji nggak akan ingat sama dia
lagi. Aku tahu kalau aku nggak cocok sama dia, jauh sebelum para nenek sihir
itu dateng dan ngeroyok seperti orang gila waktu kita masih SMA. Tapi dia
datang dan maksa aku jadi istrinya beberapa waktu yang lalu. Meyakinkan aku seakan-akan
dia punya perasaan sama aku, tapi di saat yang sama ketakutanku terus muncul,
juga cewek itu. Aku…aku harus gimana, Di?” tanyaku mulai menangis kembali.
Diva
menghela nafas, kemudian menggenggam tanganku yang bergetar lembut.
“Jujur
sama perasaanmu, Rim. Kalau kamu memang suka sama dia, kamu harus jujur. Jangan
bersikap seperti ini. Bersikap seperti anak kecil yang bingung sama
keinginannya sendiri. Ini egois, Rim,” ujar Diva pelan.
“Aku
egois, Di?” tanyaku lirih.
Diva
mengangguk mantap.
“Kamu
nggak mau Endo deketin kamu, tapi kamu nggak mau juga Endo deket sama cewek
lain. Apa itu namanya kalau bukan egois?”
“Aku
bingung, Di. Nggak tahu kenapa semuanya seperti saling bertentangan. Aku
bingung sama semua perasaan aku.”
“Pulang,
kamu lihat Endo, terus kamu pikir apa mau kamu sama dia. Ayo aku anter pulang
sekarang!”
“Aku
nginep sini aja ya, Di,” pintaku memohon.
“Nggak
sekarang. Ada masalah yang harus kamu bereskan dan nggak boleh kamu tinggal
lari lagi.”
“Aku
nggak lari, cuma pengen nginep!”
Dan
sebuah bantal duduk bersarang tepat di wajahku setelahnya.
****
mbak rike salam kenal...akhirnya penantian selama 1minggu terbayar sudah dg baca kawin kontrak 13 tp koq tetep berasa pengen nambah lagi yah...pliiisss mbak rike lagi dong hiks kayanya ga nahan nih klo kudu menggalau menunggu lanjutannya ampe senin lg...berasa ber-abad2...menanti dg sangat bonus posting n suprise dr mbak rike hehehe. thx ya mbak rike buat ceritanya...kecup2 *biar ditambahin postingan bab 14# eeehhh ditimpuk bantal jg ama mbak rike# kabuuurrr nyoook....
BalasHapus“Aku akan membunuhmu kalau kau berani mengganggu istriku lagi!” beeuuuuh suka banget sama quote endo yg ini hehehe berasa banget kepemilikannya ama rima.
Hapusjiaahhhh kalo berabad-abad eke dah towir benerrr doonggg wakakakakkakakakakakakakaka
Hapuswakakakakakkk.. rima malah masuk ke toilet pria.. :D
BalasHapusmbak rike.. posting KK nya seminggu 2 kali donk mbak.. ya ya ya.. ^_~
hihiii.. makasih mbak rike.. *peluk cium
hoeee seminggu 2 kali?
Hapus*langsung mencret
lagi lagi lagi
BalasHapuswkwkwk
rima emang dasar y panik aj mash gokil..
thanks mb ike
wekekekekekekekek... kayak eka tuh
Hapuswakakakakakakakk
mbaaaa.... trims ya.... tp sminggu dua X laaaaa...kepo ne
BalasHapuswaaakkksss.... eke langsung di bantai suami gara-gara ngetik mulu ntar.. wakakakakakak
HapusHeran!! Ada Чα"̮ cewek sebego n semuna Rima yg masih idup,kirain dah punah #emosi jiwa. •-̶̶•̸Ϟ•̸Ŧђąηk.{^⌣^}.¥ou•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶ mbak Rieke. Setuju seminggu tiga x eh dua X juga ngk apa2 "̮ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮ ..
BalasHapussabar nyaahh...sabaaarr...
Hapusheeeekkk seminggu tiga x?
*mules maning
mbak sehari 1x deh mbak biar tambah mencret mules hahahaha
HapusWkwkwkwk,..Mengharu biru,mbk makasih y,makin lm mkn keren,syg lama update nya,hehehe
BalasHapuswaaakkkksss tiap senen saaayyy
Hapuswekekekekekekekekekek
wuahhh asikkk mkasih mba rike hahaha
BalasHapusduhh rima rima kelakuan km makin lucu ya, salah masuk toilet haha. iihh tio nyebelin bnget deh kan rimannya udah ga mau ckck, c lea nyebelin deh *cakar nii haha
endo ya ampun km tuh lelki impian bnget deh hahaha, diva sahabat yang keren pokonya suka deh. mbanya kok makin bikin aku penasaran sihh hhu ayo rima pertahankan endo semangatttt !!
wekekekekekkekkekeekkekek
Hapussemangaaaaatttt
Mbak, krg nih postny.. Udh pnasaran bgt,tpi dptny cma dkit..T--T
BalasHapusEh ya mbak, itu ad typo.. Hrusny Sofi mlah jdi Rima..
lha yang manaa? kasih...kasihhh... copy di mari dung
HapusLama2 jengkel plus gondok akut sama rima.... endoooo, tinggalin rima ajà deh.. cari cewek baru...
BalasHapuskayak lagu ST 12.
Hapuscarii pacaaaarrr baruuuuu
Telaaattttt!!telaaattttttt!!!! Knp g d yg ngsh tw ni udh tyg?? Huaaaaaaaaa.....
BalasHapusAiiihhhh,,Endo dtg bak ksatria baja hitam.. Xixixixi
Hayoooooo akui prsaanmu,,jgn munaakkk yakz Rimaaaaaa
Mksh Mba Ikeee....
haisshhhhh... sudaaahhh yooo... vie iki
Hapussetuju postingnya minimal 2 kali seminggu...
BalasHapusrima kenapa sih suka gk PD dg diri sendiri...
yakinkn dirimu mba bro, klw endo beneran cinta ma kamu buktinya dia sanggup nunggu selama 10th
"klw aku drpd nunggu 10 th, mending cari lg yg lain, emang didunia cuma ada rima dong(kan masih ada aku) endo kamu tolol bngt jadi orang * kompor melduk *kabur sebelum ditipuk endo sm bantal jg
makasih mbg ike...
hikhikhik....
Hapus*endo kabur nangis
No komeng :p
BalasHapusThks mba
Mka Πγª Rima klo ga mau Endo drebut sma Sofi.. Pke tuch lingerie Πγª .... Heheh.
BalasHapusendo ksni aja deh ke plukan q * kabur sblm ditimpuk reader laen mksh mb ike
BalasHapusaaaahhh endo emang jantan! hahaha makasi mbaaa. ditunggu chapter selanjutnya secepatnyah! :*
BalasHapus-fina