sementara versi fullnya silahkan tunggu sampai senin ya...
sulamaaattt munikmati
wakaakakakakakakakakkakakak
BAB 12
RIMA
Aku
tahu ini semua adalah kesalahanku sendiri!
Ingatanku
kembali secara cepat pada kejadian tadi siang saat Diva datang ke rumah.
“Kamu
apa?”
Diva
berteriak terkejut ketika aku menceritakan semua yang terjadi pada malam tragedi
lingerie. Saat aku hampir saja dengan bodohnya membiarkan Hati Kecil menguasai
tubuhku. Dia menutup mulutnya dan matanya terlihat menyipit karena pipinya yang
tertarik ke atas. Asem! Dia berani menertawakanku.
“Sudah
selesai ketawanya? Kamu nggak praktek?” tanyaku sebal.
“Sudah
selesai. Makanya aku bisa mampir ke sini, sekalian bawa beginian,” ujar Diva
sambil mengeluarkan beberapa cd yang di bungkus cover kertas dan juga plastik.
Aku
melihat tumpukan CD itu dan memperhatikan tulisan di covernya. Ternyata ini
adalah beberapa film yang sudah pernah beredar, Barat dan juga Asia. Beberapa
film drama, action dan juga…
“APA
INI?” teriakku kaget.
Diva
menoleh sebentar kemudian mengambil CD di tanganku untuk membaca judulnya.
“Oh,
ini filem bokep!”
“Bo...apa?
Diva, kenapa beli film gituan sih?” aku panik melihat CD di tangan Diva dan
teringat kembali kejadian semalam.
Setelah
pembicaraan tentang $^*$ semalam dengan Endo, dan menemukan diriku paginya
terbangun sembari memeluk Endo erat, sudah membuat pikiranku sedikit terkontaminasi
dengan khayalan-khayalan liar. Sepagian aku harus menahan debaran jantung
setiap melihat Endo karena sentuhan tanganku merekam semua rasa dari otot dada
Endo dan memberikan gambaran Endo ketika berada di tempat fitnes setiap aku
melamun (dimana sepertinya hati kecilku yang memberi komando kepada pikiranku
untuk membayangkan semua itu).
Seperti
tadi pagi ketika Endo terbangun dan menampilkan sisi lain sensualitasnya lagi
membuat aku sempat termangu selama beberapa saat menatapnya yang sibuk mencari
botol minum. Membuatnya berhasil menggodaku kembali seperti ketika di
supermarket dan membuat kakiku lemas dengan semua bayangan tentang arah
pembicaraannya.
“Buang!”
aku langsung berteriak pada Diva sembari menunjuk CD miliknya.
“Biasa
aja kali, mbak bro! Emang kamu nggak penasaran sama isinya?”
“Diva!”
Terlambat,
Diva sudah memasukkan CD itu ke dalam player dan memutar isinya. Dia menyeretku
untuk duduk di sofa yang tidak jauh dari home
theater milik Endo. Ini terasa lebih menegangkan daripada menonton film
horor. Seorang wanita muncul dan mengenalkan dirinya menggunakan bahasa Jepang
yang kami sama sekali tidak tahu apa artinya.
“Yang
penting eksyennya! Dialog gak ngaruh lagi, Rim!” sanggah Diva saat aku
memprotes film ini tanpa teks dan memintanya mengganti film lain.
Sial!
Misi kembali gagal.
Wanita
itu kemudian bertemu dengan seorang pria dan adegan yang sebelumnya ada di
ruang makan berganti seting di sebuah kamar dengan ranjang ukuran besar. Wanita
itu memeluk leher pasangan prianya dan si pria memeluk pinggang wanita itu
mesra, kemudian mereka berciuman. Mereka terlihat seperti kelaparan dan
berusaha memakan bibir pasangannya satu sama lain. Aku melihat ciuman itu dan
membandingkan ciuman yang pernah kudapat selama ini, terutama dari Endo. Ciuman
dari Endo terkesan lembut dan tidak memaksa, berbeda dengan ciuman yang saat
ini kulihat.
“Ini
film vampir Jepang, Di?” tanyaku berbisik.
“Ssst…!”
Diva berdesis supaya aku diam.
Bahkan
kalau ruangan ini begitu sunyi, Diva tidak akan tahu arti dari setiap
pembicaraan di film itu. Aku sedikit kesal dan kembali menonton film itu lagi.
Kali ini, adegan si pria melepas pakaian si wanita satu persatu dan mulai
menggerayangi tubuhnya. Aku menahan nafas ketika adegan itu berlangsung. Otakku
kembali membayangkan saat Endo menyentuh tubuhku semalam. Aku menelan ludah
getir (Hati kecilku kembali menampilkan sosok seksi Endo di kepalaku untuk
menambah efek dari film ini. Sialan! Ini benar-benar percobaan pengkhianatan).
Si wanita melakukan hal yang sama dan dia mendorong si pria ke atas ranjang.
Setelah adegan ini, tiba-tiba aku sudah membayangkan si pria adalah Endo dan si
wanita adalah diriku.
Mereka
(tentu saja di dalam bayangan otakku yang sudah dikuasai pengkhianat –si hati
kecil– berubah menjadi adegan ‘kami’) saling meliuk di atas tubuh satu sama
lain, saling mencium, menjilat dan juga menggerayangi masing-masing tubuh. Dari
atas hingga bawah tidak ada yang terlewat dari semua perlakuan itu. Suara-suara
lenguhan dan desahan silih berganti muncul dari mulut si wanita dan speaker Endo terlihat bekerja sangat
baik dalam membangun khayalanku bersama Endo. Wanita itu membiarkan si pria
mempermainkan tubuhnya dan menerima dengan pasrah semua perlakuan si pria.
Sampai ketika di tubuh keduanya tidak tertinggal selembar benang sama sekali,
dan ketika si perempuan (sosok diriku terbayang jelas saat adegan ini) menjilat
kemaluan si pria (aku tidak tahu bagaimana dengan milik Endo, karena yang
terbayang di kepala hanya bagian atas hingga pusar), aku mulai merasa mual.
Ketika mereka sudah bersiap untuk ‘bertempur’, pandanganku langsung terasa
gelap.
“Mereka
baru foreplay aja kamu sudah pingsan.
Kebangetan banget jadi cewek!” ujar Diva setelah berusaha sekuat tenaga
membangunkanku yang ternyata baru saja pingsan.
Mataku
masih sedikit berkunang-kunang dan adegan ‘penyiksaan’ si wanita masih terlihat
di Televisi. Aku kembali membayangkan wanita itu adalah diriku. Diriku yang
sedang melakukan $#*$ bersama Endo. Perutku terasa bergejolak kembali.
“Matikan,
matikan aku nggak kuat!” aku meminta Diva mematikan film itu.
Diva
mengambil remote televisi dan mematikan playernya.
“Jangan
pernah ajak aku nonton film beginian lagi Di!”
“Apa?
Bukannya kalau nonton film Barat kadang juga ada adegan panasnya?”
“Tapi
nggak seperti ini! Bahkan di film Barat-pun setiap adegan kayak gitu, aku
berusaha merem!” protesku. Diva terbahak mendengarnya dan berjalan ke dapur
meninggalkanku.
Dan
tiba-tiba ponselku menerima sebuah pesan singkat dari nomer yang tidak kukenal
****
Semua
ingatan itu kemudian terputus saat aku melihat Endo di bawahku kembali. Kukira
saat ini sudah lewat tengah malam dan aku masih terdiam di posisi yang sama.
Endo melihatku bingung dan juga terkejut. Sangat jelas ini kesalahanku sendiri
setelah semua ingatan hari sebelumnya.
Pertama,
aku sudah menerima ajakan Diva untuk menonton film bokep. Kedua, setelah
berusaha begitu keras melupakan si brengsek Tio, tadi siang dia berhasil
menghubungiku lagi dengan nomer lain. Ketiga, aku merasa sangat tidak senang dengan
teman perempuan Endo yang tadi dia ajak ke apartemen. Mau apa Endo mengajak
seorang wanita ke apartemen? (pertanyaan bodoh ini langsung di jawab Hati
kecilku dengan lugas, “Makan malam, bodoh!”) Lagipula, untuk apa pertanyaan
itu? Aku sama sekali tidak berhak untuk marah untuk setiap teman wanita Endo.
Tapi
semua kesalahan itu membuatku bermimpi sangat buruk dan juga aneh! Aku bermimpi
tentang film bokep tadi siang, tapi pemerannya aku dan Endo! Semua di mimpiku
terjadi sama persis dengan film sialan itu (dan bagaimana bisa aku hafal semua
adegannya!), kemudian Tio tiba-tiba muncul dan hendak menghajar Endo. Di saat
itulah aku terbangun dan mengucapkan kata-kata ‘ajaib’ yang membuat Endo
menatapku cemas dari bawahku.
Astaga!
Aku
baru sadar, kalau aku berada di atas Endo, menatapnya dan mengatakan kalimat
‘ajaib’ itu. apa yang harus kulakukan? Apa lebih baik aku pura-pura pingsan
atau langsung berbalik untuk berpura-pura tidur kembali? Tapi lengan Endo
menahan semua skenario konyolku itu tadi.
Lengan
Endo sudah melingkar di leherku dan menarik wajahku turun perlahan mendekati
wajahnya (dan Si Hati kecil sudah berjingkrak kegirangan seiring semakin
dekatnya kami. Selamatkan aku, bodoh! Beri sebuah ide dan berhenti
lompat-lompat!). Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Sedikit lagi bibirnya
yang indah itu akan menyentuh bibirku. Ini bahaya, (terutama dengan bau jigong
yang bisa keluar secara sporadis melalui sela-sela bibirku. Bisa-bisa kejadian
berikutnya adalah melihat Endo muntah-muntah seperti wanita yang sedang hamil
muda) sangat berbahaya! Aku harus berpikir cepat! Dan tindakanku selanjutnya
adalah meletakan tangan kananku, menutup bibirnya, untuk menghalangi kami
berciuman.
Penyelamatan
yang sempurna!
Endo
sangat terkejut sepertinya dengan tindakanku, dan kesempatan itu kugunakan
untuk segera bangun, menjauh darinya.
“Maaf,
tadi aku ngelindur!”
Endo
terduduk dan menatapku heran.
“Anu,
aku tadi mimpi lihat orang jualan es krim. Jadi aku tadi mau bilang, aku mau
kamu…” aku menarik nafas dalam, “…beliin es krim.”
Sebuah
senyuman mengakhiri alasan bodohku. Es krim apa? Apa tidak ada alasan lain yang
lebih meyakinkan (sepertinya alasan aku mimpi melihat nenek-nenek koprol dalam
berbagai posisi, dan mau Endo melakukan itu juga, jauh lebih masuk akal). Endo
tertunduk, dan aku bisa lihat wajahnya tampak begitu kecewa. Dia menghela nafas
dalam.
“Endo
maaf,” aku mengamit lengan piyama Endo, tapi Endo tiba-tiba menyentak lengannya
keras.
“Maaf,”
ujarnya menyesal, “Aku…lebih baik aku tidur di luar.”
Dia menarik
bantal miliknya dan berjalan keluar dari kamar, meninggalkanku sendiri. Aku
bisa mendengar suara kulit sofa yang terkena badan Endo, kemudian suasana
kembali sepi. Ini adalah saat yang paling aku dambakan selama ini. Bisa tidur
sendiri tanpa ada Endo yang selalu membuatku was-was. Harusnya aku menikmati
saat ini.
Seharusnya…
****
Endo
terbangun saat aku sedang menyiapkan sarapan untuk kami. Dia berjalan lunglai
sembari memegang bahunya menuju lemari es, mengambil segelas air kemudian duduk
di meja makan untuk meminumnya. Sepertinya sofa bukan tempat yang nyaman untuk
tidur. Apalagi dengan badan Endo yang cukup besar. Bahunya yang lebar dan
berotot pasti tidak mampu beristirahat dengan nyaman.
Tunggu.
Mau
apa aku membayangkan semua bagian tubuh Endo? Semalam aku baru saja bisa
mendapatkan ketenangan yang kuinginkan dan pagi ini kenapa aku harus memikirkan
itu semua?
“Mau
kopi?” tawarku ketika dia melewatiku.
Tanpa
banyak bicara, dia hanya menggeleng pelan kemudian segera meninggalkanku menuju
kamar. Itu sedikit membuatku merasa kesepian. Biasanya dia akan menemaniku
sebentar dan sesekali mencuri ciuman di kening atau pipiku. Tapi kali ini dia
hanya melewatiku dan meninggalkanku sendiri dengan perasaan bersalah.
Bahkan
saat sarapan, dia sama sekali tidak banyak bicara kemudian pergi meninggalkanku
dengan memberikan kecupan sekilas di pipi saat berangkat ke kantor. Apakah ini
artinya aku bisa mendapatkan ketenanganku kembali? Aku sedikit berjingkrak dan
bernyanyi bahagia (dan hati kecilku sepertinya mengutuk semua tindakanku,
sekali lagi kami menjadi pasangan yang tidak kompak).
Semua
kebahagiaan itu membuatku memiliki tenaga ekstra untuk membersihkan rumah
sampai ke seluruh sudutnya, memanggang beberapa kue kering dan juga sibuk
menyetrika beberapa baju. Semua pekerjaan yang membuatku semakin bahagia dan
tidak sadar kalau hari sudah menjelang sore, sampai suara ponsel mengagetkanku.
“Halo,”
suaraku bahkan masih terdengar riang saat menerima telepon di ponselku.
Tidak
ada jawaban.
“Halo?”
tanyaku lagi.
Masih
tidak ada jawaban.
“Bye-bye!”
“Tunggu!”
Aku
kenal suara ini.
Setelah
sekian lama bersama dan juga sebuah pengkhiatan, mau apa lagi Kampret tengik
ini menghubungiku lagi.
“Rima,
aku kangen,” ujarnya.
“Mati
sana!” teriakku sembari langsung menutup panggilannya.
Aku
menjatuhkan diriku keras ke arah sofa dan memegang kepalaku yang sedikit
berdenyut. Mau apa lagi Tio menghubungiku? Untuk apa dia selalu menggangguku?
Apa tidak bisa dia meninggalkanku untuk melanjutkan hidup dengan tenang?
Setelah semua pengkhianatan dan kejujurannya yang membuatku ingin menyiram
wajahnya dengan minyak panas, mau apa dia menghubungiku kembali? Ponselku
kembali berdering dan menunjukkan nomer yang sama seperti sebelumnya. Tanpa
pikir panjang, aku langsung mematikan panggilannya. Tak lama, ponselku kembali
berdering dan itu membuat kesabaranku habis. Aku mencabut baterai ponselku dan
menggeletakkannya di meja.
Kenapa
dia harus kembali menghubungiku? Aku baru saja bisa bernafas lega dari
masalahku yang lain, tapi Tio kembali merongrong hidupku dan mengingatkanku
akan semua pengkhianatan yang sudah dia lakukan. Kami dulu bahagia, sangat
bahagia, tapi dia kemudian menelikung di belakang dengan Lea. Aku kembali
teringat masa-masa ketika aku dan Tio masih bersama, saat kami pergi kencan
bertiga, saat aku meminta Lea menemaniku pergi ke tempat Tio. Apa mereka sudah
mengkhianatiku sejak saat itu? Apa itu arti dari cara memandang Lea kepada Tio
dan begitu juga sebaliknya selama ini? Kenapa aku begitu buta melihat semua
tandanya?
Aku mulai
menangis karena teringat semua itu. Sebetulnya, aku sudah bisa menerima harus
pergi dari sisi Tio, tapi pengkhianatan itu membuat diriku merasa mejadi
seorang wanita yang tidak dihargai sama sekali. Seperti kata Diva, aku
merasakan rasa percaya diriku jatuh ke lembah terdalam yang hampir tak
berujung.
Entah
karena terlalu lelah atau karena menangis itu menghabiskan begitu banyak
tenaga, aku mulai tertidur di Sofa. Mimpiku kembali memutar adegan ketika Tio
mengatakan semua hal yang menyebalkan itu, di Mall. Bagaimana bisa dia
menyalahkanku dan memperolok fisikku, tapi masih terus berusaha memintaku
menjadi kekasihnya? Apa yang dia pikirkan? Bahkan di dalam mimpi aku masih
terus menangis, meratapi nasib cintaku dan juga Tio. Lalu Endo tiba-tiba muncul
dan menyelamatkanku seperti biasa.
Seperti
biasa?
Huaaaaa rimaaaaaaaaaa nyebeliiinnn
BalasHapusNgeles mulu kerjaannya, kasian kn endo, gatot dh mpnya :p
Kentaaaaaaannggg, ayo cpt d slsaikan *di lempar baskom am mba ike
Hahaahaha
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba
wakakakakakaakakak
Hapusseneeennn mbakeeee seneeennn
yah diputus tengah jalan xixixi mkn lama makin sebel liat rima nolak mulu kan kasian endo nya nanti dia cr cewek lain br tau btw thank you updetnya
BalasHapusya tuh...marahin rima tuh... wakakakakakakakakakaak
HapusHuaaaaaaaaa,,,Rimaaaaaa bodoooohhhhh,,bodooooooohhhhhhhhhhhh,,bdooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh
BalasHapusKlo nnti Endo lari ke sofie gmn??mau emaangg?? Aarrggghhhhhh..
Mksh Mba Ike surprisenyaaa
Smg bag editny yg pas Rima ntup mulut Endo pk tgn,,tp jd pk bi2rny Rima.. Xixixixi
wakakakakakakakakakakakak...
Hapuskalo pake bibir lanjutannya gak bikin sebel dung
asik tuh vie idenya.. setujuuuuuuu wkkwkwkw
Hapusrima kamu itu klewat lugu atw emang bodoh sih...
BalasHapuskasian sm endo, di ambil cewek lain baru tau rasa loh..
mba ike surprise bngt ni, mksh ya mbayu....
iya ne, Rima kayaknya harusdi kasih pelajaran sedikit.wekekekekekekekkeekekk
HapusAdwuh rimA,..sekali dua kali ditolak mah endo ny bs sabar,lah klo terus2an keki jg kali endonya jd ngambekkan. Endo cinta kali sama dirimuh masa ga bs rasain siy?#jitak rima biar sadar
BalasHapusSaking gemesny sama rima smp lupa bilang makasiy sama mba rikenya :) [н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅] :) [н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅] :)...trima kasih ya mba ^_^
Hapuswakakakakakakakaakk... jitak aja tuh makhluk oon satu tuh... wakakakakakakakak
HapusYahhh... Ptus tngah jlan :(
BalasHapusKuciwaaa..:(
pan cuman 1/3 bagian mbake wakakakakakaakaak
HapusYesssssss!!!! Endoooo marahhh.. horeeee.. udahhh jadian sm si sofi aja
BalasHapus.. ceraiin si rima... tohh blm terlambat ndooo... biarinnn dehhh si rima....
Kudukung dr sini ndoo... udahhh tinggalin rima aja...
wkwkkwkwkwk setujuuuuuu..... :kabur sebelum authornya ngamuk2...:
Hapuswakkkksss.......lempar pake sendal... wakakakakakakakakaakakakaakkak
HapusRima kelamaaann.. ati2 Endo udah gak napsu lg.... yesssss kabur ke sofie ajahh...
Hapuskasian amat si endo jeng... sampe kapan tuh junior bakal digoda n tahan? ntr jg ketemu ama sofie (martin) trus terjadi yang tak terelakkan. wkwkwkww............. makasi ya jeng updetannya hihihihihi
BalasHapusbentar lagi, junior bisa bergerak bebas jeng. wakakakakakakkakakaakk apaan seehhh...
Hapus*terpana ... ini untuk umur berapa???
BalasHapusaya suka Diva btw ... dan paling males ketika masih ada sosok tio yg muncul .. sesuanu bgt bikin kesel ...