Akhirnya eke bisa
balik buat apdet Kawin kontrak. Setelah puas liburan dan kena tulah ngabisin
duit suami (yang bikin eke terkapar 2 minggu gak bisa ngetik sama sekali) eke
akhirnya bisa apdet. Mohon maap buat semuanya yang sudah menanti. Maapkan eke
yang gak bisa bales selama ini. sungguuuuhhh…itu semua tidak sengajaaaaa…..
Ooohh… oll mai preeennnn.. ai misss yuuuuu….
Sulamaaattt munikmati….wekekekekekekekekek….
BAB 11
ENDO
Endo
meringis tak habis pikir melihat tubuh Rima yang tertutup selimut. Bagaimana
bisa gadis itu tertidur dengan cepat setelah apa yang dia lakukan. Semuanya
hampir berhasil, sampai ketika tendangan Rima mampu membuatnya terpelanting
dengan telak sampai ke pinggir ranjang. Endo tiba-tiba tersadar akan salah satu
bagian tubuhnya yang menegang. Pasti Rima ketakutan merasakan sesuatu itu
menusuknya. Dia menyumpahi tubuhnya yang terlalu cepat menegang dan
menggagalkan semua usahanya.
Endo
merebahkan tubuhnya dan mencoba tertidur, tapi semua itu terasa sulit. Walaupun
begitu dia tetap memejamkan matanya dan berharap bisa tertidur sendiri.
Sayangnya, ketika malam menjelang, gairahnya kembali membuat seluruh tubuhnya
terasa menegang. Membuatnya ingin menyentuh Rima kembali dan mencium seluruh
bagian tubuh Rima. Endo tertunduk di atas tubuh Rima yang memunggunginya,
mencuri sebuah ciuman di sudut bibir Rima dan mundur perlahan ketika teringat
akan wajah ketakutan Rima. Dia tidak bisa menyentuh Rima lebih dari ini semua
atau dia akan kehilangan semua raut bahagia di wajah Rima.
Dengan
cepat Endo turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Dia membiarkan
tubuhnya yang masih memakai pakaian lengkap terkena siraman air dingin yang
keluar dari shower untuk meredam
libidonya yang memuncak setelah semua ciuman itu. Masih terasa di bibir Endo
kelembutan kulit Rima dan juga hembusan nafas Rima yang terasa di telinganya
saat itu. Endo memejamkan matanya dan berusaha berkonsentrasi akan suhu air
yang dingin dan melupakan semua tentang ciuman itu.
Ketika
dia merasa sudah menguasai dirinya kembali, Endo akhirnya memutuskan untuk
kembali tidur. Air masih menetes dari rambutnya saat dia keluar dari kamar
mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutup bagian tubuh bawahnya.
Sebuah kaos dan celana tidur menjadi pilihan baju gantinya malam itu. Dengan
perlahan karena berusaha tidak mengejutkan Rima yang masih tertidur, dia
menaiki ranjangnya kembali. Rima sudah merubah posisi tidurnya semenjak dia masih
berada di kamar mandi. Kali ini Rima sudah tertidur sembari menghadap
langit-langit kamar. Itu membuat Endo bisa melihat seluruh wajah cantik Rima
yang selalu membuatnya terpesona. Saat Endo mencoba untuk memulai tidur, Rima
kembali bergerak merubah posisi tidurnya. Kali ini tangan kanan dan kaki kanan
Rima memeluk Endo erat dan wajahnya dibenamkan dalam ke dada kiri Endo. Endo
mengambil nafas panjang dan kembali mengatur libidonya yang mulai muncul
kembali.
Malam
ini akan menjadi sangat berat baginya.
****
“Kamu
begadang?”
Endo
terperanjat melihat Sofi yang sudah berdiri di depannya. Dia masih sedikit
mengantuk dan melamun ketika Sofi datang mengajaknya makan siang. Lukas yang
mengiringi Endo juga tampak sedikit cemas melihat keadaan Endo. Setelah semua
yang terjadi semalam, pagi ini terasa berat untuk Endo. Matanya masih sangat
mengantuk karena semalaman Endo sama sekali tidak bisa tidur. Dia benar-benar
bisa tidur ketika dini hari menjelang, dan itu membuatnya sangat sulit terjaga
seharian.
“Sepertinya
anda lebih baik segera pulang hari ini. Nanti saya minta Pak Tom mengantar
pulang dengan mobil Anda,” ujar Lukas.
“Kamu
mau aku anterin, Ndo?” tanya Sofi cemas.
Endo
tersenyum kepada kedua orang itu.
“Nggak,
aku minta kopi pahit aja,” ujar Endo menenangkan, “Lukas, setelah ini tolong
bawakan berkas-berkas dari bagian keuangan.”
Lukas
mengangguk dan segera meninggalkan ruangan Endo. Sofi menatap cemas ke arah
Endo yang masih sibuk memeriksa beberapa berkas. Wajah pria itu terlihat
sedikit kacau, ditambah dengan rokok yang dia hisap. Ini sudah batang ketiga
yang Endo hisap semenjak dia duduk di ruangan ini.
“Ada masalah?” tanya Sofi.
Endo
mengangguk pelan, “Sedikit. Ada sedikit masalah merger.”
“Rekanan
menyebalkan ya?”
“Begitulah,”
jawab Endo terkekeh.
“Mau
makan malam sama-sama nanti? Mungkin kamu mau cerita dan mungkin aku bisa
bantu.”
Endo
menggeleng sembari tersenyum dan itu membuat Sofi sedikit merasa kecewa.
“Maaf,
nanti malam aku makan di rumah. Atau kamu mau ikut?” tawar Endo.
“Kamu
masak sendiri?” tanya Sofi tidak percaya.
Endo
tertawa terbahak dan menggeleng lagi.
“Aku
malas kalau harus masak sendiri. Kalau kamu mau, ayo makan malam di tempatku,
tapi pulangnya aku tidak bisa antar,” ujar Endo.
“Boleh!”
jawab Sofi mantap.
Sofi
sangat senang menerima tawaran dari Endo. Bagaimanapun juga, ini adalah salah
satu kesempatan untuknya mengetahui tempat tinggal Endo. Kesempatan untuknya
juga bicara lebih banyak dengan Endo. Endo mengambil ponsel di meja kerjanya
dan seperti menelpon seseorang.
“Hai,
lagi ngapain?” tanya Endo begitu manis kepada seseorang yang menjawab
teleponnya, “Nanti ada teman yang ikut makan malam, bisa kan? Oke, selamat
masak. Aku pulang beberapa jam lagi.”
Dada
Sofi terasa sakit mendengar semua percakapan Endo barusan. Selama dia mengenal
Endo hingga saat ini, pria itu tidak pernah memperlakukannya seperti itu.
Tatapan mata Endo terlihat sangat tenang dan dia bisa merasakan bahwa Endo
sangat bahagia setelah memutuskan ponselnya. Dia tersenyum lepas dan itu tak
pernah Sofi lihat selama ini.
“Ada
orang lain di rumahmu?” tanya Sofi ragu.
Endo
hanya membalasnya dengan sebuah senyuman kembali.
****
“Ini
Rima, istriku.”
Sofi
tercekat ketika melihat Rima, wanita yang saat ini terlihat malu-malu di depan
Endo. Wajah wanita bernama Rima itu tampak tidak asing bagi Sofi, tapi rasa
terkejutnya mengalahkan semua ingatannya.
“Kalian
sudah menikah?” tanya Sofi kalut.
Endo
memberikan sebuah senyum dan Sofi bisa melihat itu sebuah senyuman yang sangat
bahagia. Sementara itu istrinya, Rima, tampak kebingungan dan membuat semburat
merah muncul di kulit pipinya yang putih.
“Selamat
kalau gitu. Maaf, aku nggak tahu jadi nggak bisa bawa apa-apa untuk…”
“Nggak
perlu. Ayo makan!” tukas Endo cepat menghentikan semua perkataan Sofi.
Sofi
bisa melihat Endo menarik lembut lengan Rima dan memberikan belaian di tangan
Rima dengan ibu jarinya. Semua itu membuat hati Sofi terasa sangat sakit dan
hampir membuatnya menangis. Setelah semua harapan yang dia buat, Sofi harus
menelan pil pahit bahwa Endo sudah menikah dengan wanita lain. Wanita yang
bahkan standar fisiknya di bawah Sofi. Tanpa make up, tanpa potongan rambut
terbaru dan juga perawatan kulit. Yang membuat Sofi semakin frustasi adalah
tatapan Endo yang terlihat sangat bahagia setiap kali melihat wanita itu.
“Kita
pernah ketemu di tempat fitnes kan?”
Sofi
terkejut ketika Rima mengajaknya bicara di meja makan. Mata Sofi menyipit dan
memperhatikan Rima lebih detil lagi. Ingatannya kembali saat dia mencari Endo
di tempat fitnes yang dia dapat dari informannya. Membuatnya kembali teringat
akan sosok wanita yang duduk di sebelahnya saat ini. Rima, wanita yang mengaku
sebagai teman dari sepupu Endo.
“Ya,
aku ingat,” ujar Sofi.
“Kalian
sudah kenal?” tanya Endo penasaran dan di balas senyuman Rima.
“Kami
kenalan di tempat fitnes. Tempat aku senam yang tahunya tempat kamu latihan
bela diri juga, Ndo!” jawab Sofi.
Endo
mengangguk seakan mengerti dan kembali memakan makan malamnya. Satu hal yang
Endo tidak mengerti, bahwa Sofi sudah mengatur itu semua demi bertemu lagi
dengan Endo. Tapi kali ini sepertinya sia-sia. Saat ini Sofi merasa bahwa
harapannya sudah padam untuk Endo.
“Jadi,
gimana proyekmu?” tanya Endo tiba-tiba yang membuat Sofi sedikit terkejut.
“Yang
mana?”
“Proyek
kantor dan proyek hati.”
“Ah…”
Sofi mengangguk pelan, “Proyek kantor teratasi dengan baik, tapi proyek hati
sepertinya gagal.”
“Kamu
nyerah? Seperti bukan Sofi,” ejek Endo.
“Maksudmu
aku harus terus maju walau tahu kesempatanku sangat tipis?”
“Bukannya
biasanya seperti itu? Atau sudah berubah?”
Sofi
tersenyum menatap Endo. Pria itu tanpa sadar baru saja menyuruh Sofi untuk terus
maju mendapatkan hatinya. Membuat harapan kembali muncul di hati Sofi.
Ditatapnya Rima yang sibuk memakan makan malamnya dan membandingkan dengan
dirinya. Sebuah helaan nafas mengakhiri semua pemikirannya dan mulai
memantapkan keputusannya yang baru.
“Sepertinya
aku harus segera pulang,” ujar Sofi cepat.
“Nggak
makan puding dulu?” tanya Rima kebingungan.
Sofi
tersenyum dan menggeleng sembari membereskan semua bawaannya.
“Maaf,
mungkin lain kali.”
****
“Dia
cantik ya,” gumam Rima ketika Sofi sudah menghilang dari apartemen.
Endo
tersenyum mendengar gumaman itu. dia menatap wajah Rima yang sedikit pucat dan
kelelahan.
“Dia
temanku waktu kuliah. Itu aja,” jawab Endo yang tiba-tiba membuat wajah Rima
memerah.
“Aku
nggak tanya! Aku…aku… aku nggak penasaran kok!”
Endo
menahan dirinya agar tidak tergelak mendengar jawaban Rima yang terlihat sangat
gugup. Gadis itu sangat menarik dan membuat Endo ingin terus menggodanya. Rima
terlihat sedikit panik dan segera meninggalkan Endo sendiri di pintu masuk.
Berjalan cepat menuju dapur dan membereskan semua perkakas dan juga alat makan
yang kotor. Semua itu terlihat sangat menarik bagi Endo. Seandainya saja gadis
itu bersedia memberikan hatinya untuk Endo, saat ini Endo pasti sudah memeluk
erat sosok Rima yang dia lihat dari belakang.
Sedari
dulu dia sudah terpesona dengan Rima, dan semakin hari mereka berdekatan, membuat
Endo semakin terjebak dengan pesona yang dimiliki Rima. Gadis itu selalu
membuat Endo ingin terus memeluknya, melindunginya dan memberikan seluruh dunia
di bawah kakinya. Semua waktu yang mereka lewati bersama sudah membuat Endo
menderita karena menahan dorongan di dalam jiwanya. Menahan semua gairah yang
dia miliki dan selalu ingin meledak setiap berada di dekat Rima. Membuat Endo
bisa berubah menjadi pria buas dalam sedetik apabila dia tidak mampu
mengendalikan dirinya. Dan saat ini semua rantai pengendalian diri itu semakin
terasa rapuh. Seakan-akan sebuah sentakan mampu membuat seluruh rantai itu
putus.
Endo
kembali teringat akan kejadian kemarin malam yang membuatnya hampir kehilangan
kendali. Membuatnya hampir saja mendapatkan Rima seutuhnya dan juga bisa
membuat gadis itu ketakutan terhadap dirinya seumur hidupnya. Seandainya dia
mampu, Endo akan memohon pada Rima untuk memberikan seluruh cintanya kepada
Endo. Seandainya saja dia mampu.
“Eh…Ndo,
kamu nggak apa-apa?”
Endo
terkejut dan tersadar kalau ternyata dia sudah berada sangat dekat dengan Rima.
Rima terlihat sangat kebingungan dan sangat cemas. Itu membuat Endo sedikit
merasa salah tingkah. Apalagi ketika tangan mungil Rima menyentuh lengannya,
Endo merasakan seluruh urat tubuhnya menegang dan jantungnya berdebar cepat.
“Kamu
sakit? Demam?” tanya Rima cemas.
Semua pertanyaan
itu membuat debaran Endo semakin terasa keras. Seluruh tubuhnya menegang dan
berusaha keras menahan keinginannya untuk memeluk erat Rima dan menyeretnya ke
ranjang. Semua itu demi tetap menahan Rima berada di sisinya. Endo menunduk dan
mendekatkan wajahnya ke arah Rima dan memberi kecupan sekilas di kening gadis
itu. Hanya sebuah kecupan sekilas, wajah gadis itu berubah menjadi merah padam
dan juga ketakutan. Membuat Endo semakin sulit menahan semua dorongan di dalam
dirinya.
“Aku
tidur dulu,” pamit Endo sembari membelai wajah Rima yang memerah menahan malu.
Itu adalah
keputusan yang terbaik. Dengan mendahului tidur, dia bisa mengistirahatkan
matanya yang semalam kemarin dipaksa terjaga demi menjaga semua gairahnya. Selain
itu, dia tidak perlu melihat sisi menawan Rima lebih lama lagi. Paling tidak, dia
bisa memiliki Rima sepenuhnya di dalam mimpinya.
Sama seperti
malam-malam sebelumnya, Endo memimpikan Rima yang jauh lebih agresif dan
memperlakukannya sama seperti keinginannya selama ini. Memeluknya erat,
menciumnya dan bahkan bercinta dengannya. Hingga akhirnya Endo tersadar akan
suara-suara igauan dari alam nyata dan membuatnya terbangun. Rima terlihat
sangat gelisah di dalam tidurnya, mengigau sesuatu yang sangat sulit Endo
dengar. Bulir-bulir keringat muncul dari kening Rima dan itu membuat Endo
sedikit kebingungan.
“Rima…”
panggil Endo pelan sembari menyentuh pipi Rima.
Sebuah
sentakan dari Rima membuat Endo terkejut dan tanpa sadar Rima sudah
menindihnya. Gerakan Rima yang sangat tiba-tiba tidak bisa diantisipasi Endo
dan saat ini dia sudah terbaring di bawah Rima.
“Aku
mau kamu!” ujar Rima keras.
Tak
lama Endo melihat Rima membuka kedua matanya yang indah dan membuat seluruh
rantai yang menahan Endo selama ini mulai terlepas satu persatu.
****
Ahh tanggung sekali,,gemes ahhh,,,makasih mba rike,,ditunggu kelanjutanya,,,,
BalasHapushoyeee.... ditunggu minggu depan ya. wekekekekekekekkekekekekeekeekek....
HapusWooaaaa, mba rikeeee muncul...
BalasHapusMba kok kentang rasa keju bgt sih mba... :( :( ^Ήîiĸ§ Ήîiĸ§^ :( :(
Panjangin dikit lagi aja mba, biar gk penasaran..
WE WANT MORE... WE WANT MORE
#demomasaksambilbawaspanduk
Lanjutannya
jng lma2 mba say pulisss (˘ʃƪ˘)
(づ ̄ ³ ̄)づ~♡
sembunyi di bawah meja ada yang demo.
Hapuswakakaakkakakakaakaka
mb ike tanggung
BalasHapuswekekekekekekekekekekekek...
Hapusben penasaran lhooo
Mbk Tanggung bgt crtnya >.<
BalasHapusDi tunggu klanjutan nya y Mbk,smg sehat trs biar cpt update nya,
aamiiinnn... nantikan kelanjutannya minggu depan. wakakakakakkaakk
HapusAkkkhhhhh!!!
BalasHapusGemes bgttt!!!
Ihhh!!!
Mbakkkk ikeee.. Dikau jahat.. Hiks.. Nanggung bgt critany..:'(:'(:'(
apppaaahhh.... jahaaattt???(jreng..jreng..jreng...*kamera zoom in zoom out) wekekekekeekekekekek...
Hapustanggunng.... lagi.. lagi.. lagi... *siapin kemoceng*
BalasHapusemang eke meja, di kasih kemoceng?
Hapussapu dong!
wakakakakakakakakakakak
hahaha... apakah akan terjadi seperti dugaan kita???? ayo jeng rikk.. aku padamu... :D
BalasHapuswekekekekekkekekekekekek
Hapusberguru dulu deh di my own... wakakakakkakakakak
Slalu kentang :( :p
BalasHapuskentang di goreng aja rin... wekekekekekek
Hapuskentang lagi......:-(
BalasHapusbusyeeettt ne duo kembar, komennya sama bener
Hapusmbak,kasih bonus dong skali" :(
BalasHapuswekekekekkekekekeekekekek tunggu kejutan eke
Hapusmba rike lama gk muncul itu sakit ya..??
BalasHapussory aku gk tau klw tau aja pasti aku besuk...:(
sekarang aja gak papa kalo mau jenguk. apa mau transfer duit? eke terimaaaahh... beneran deehh
Hapuswaakakkakakakak
mbak kentang sekali sih mbaaa hikssss. teganyaaaa..
BalasHapusayo buru mbaaa lanjutsss!!! hihi
wakakakakakakakakakkak...
Hapustunggu minggu depan
kyaaaa mbak rike kentang bangettt sih
BalasHapusmasa harus nunggu sampai minggu depan???? gak ada bonus tambahan *kedip-kedip mata*
Ternyata Rima Nafsu juga sama endo.
bab berikutnya sisi liar Rima
wkwkwkwkwkkkk............
gimana kalo foto eke buat jadi bonusnya. wekekekekekekek
Hapuswuahhhh akhirnya *loncat loncat gembira*
BalasHapusmakasih ya mbaaa, aaarrgghhh tidakkk itu itu akhirnya bikin penasaran oh my god hhe . . hayoo rima akhirnya agresif yaa, semoga bukan mimpinya endo deh hha :P
cieee endo senenggg tuhh hha, wadauuww sofii menyeramkan iih
kaget! kirain ada pak ocong. lha loncat-loncat
Hapuswekekekekekekekekekkeekek
Huaaaa,,jangaannn bilaanggg nnti Rima lgsg nendang Endo lg,,hukz..hukz.. Kshn Endo...
BalasHapusMba Ikeeeee mauuuuuu lg...lg...lg... Lg.....
Hukz
pada ngarep di tendang ne si endo
Hapuswakakakakaakakakak
Mba rike salam kenal ya,,pertama kali ikutan komen#tamu ga sopan sering berkunjung tp ga pernah nyapa yg pny lapakny ;D
BalasHapusAku suka bgt ma crt nya mba,...smg endony sabar ngadepin rima ya
Tebese nya nanggung bgt mba,ditunggu lanjutanny aja yo mba
wakaakakakakakakakakak
Hapussni naaakkk... sungkem samah tanteee...
tunggu minggu depan yaaa... wekekekekekekekk
jiahhh mbak rike ne bikin penasaran...T.T
BalasHapusjreng..jreng..jreng..
Hapussungguh mati, aku jadi penasaraaaaannnnnn....
(*nyanyi)
wakakakakak...
aaaaaaaa kepo bgt mbaaaa. cepetan dilanjutin yaah yaah yaaahhhhh hehehehe
BalasHapuswakakakakakakak.... seperti biasa, senin ya... wekekekekekek
BalasHapus