Minggu, 15 September 2013

Kawin Kontrak - Bab 21

Sekali lagi, eke datang dengan membawa kegalauan. wakakakakakaak.... setelah beberapa hari disibukkan sama jualan eke (eke jualan kripik nangkaaaa lhooooo.... ayooo peseeennn!!!), sibuk sama bikin cemilan anak eke buat sekolah dan ditinggal beberapa hari dinas luar sama suami eke, akhirnyaaaa....eke bisa nyelesein cerita ini tepat waktu...
Horeee...horeee....horeeee....

jadi akhir kata... makasihhh ooollll maiiii preeennn.... luuuppp yuuuu olll....wekekekekkeekk



BAB 21
ENDO

“Bisa kamu segera sembuh terus segera keluar dari Rumah Sakit ini?”
Endo melirik lemah ke arah Diva yang berdiri kesal di sebelahnya. Jas putih dokternya tampak sedikit kebesaran di tubuh mungilnya. Sekali lagi dia ingin kembali kepada lamunannya dan melupakan semua masalah di hidupnya. Seakan tidak peduli dengan kehadiran Diva, dia kembali menatap ke taman yang terletak di seberang jendela kamarnya. Diva menghela nafas perlahan.
“Pertama kamu menentang seluruh dunia dan berlarian ke sana ke mari untuk mencari Rima, kemudian beberapa waktu kemudian kamu kembali bekerja dan bekerja sangat keras sampai melebihi batas kemampuanmu,” Diva mengambil salah satu apel yang tersedia di meja di sebelah Endo dan menggosoknya keras, “Apa yang kamu cari sebetulnya, Ndo?”
Endo kembali menatap Diva, kali ini tatapannya seakan semakin menerawang.
“Aku hanya melakukan apa yang searusnya kulakukan untuk perusahaanku.”
“Melakukan yang seharusnya atau mencari pelampiasan untuk melupakan seseorang?”
“Apa kamu pernah merasakan cinta, Di? Apa kamu pernah merasakan tidak bisa tidur tanpa dirinya, tidak bisa bernafas ketika dia pergi, tidak mampu memikirkan wanita lain selain kekasihmu?” tanya Endo begitu memelas.
 “Terus, kenapa dia pergi seandainya cinta kamu begitu besar ke dia, Ndo? Kenapa juga kamu berhenti mencarinya?” tanya Diva.
“Aku seperti seseorang yang sekarat, Di. Hidupku seakan terombang-ambing dengan semua pikiranku tentang dia. Ketika dia pergi dan membayar semua hutangnya kepadaku, aku merasa semua yang dia lakukan, semua yang dia perbuat, semua itu…semua itu…hanya untuk membayar hutangnya…bukan cinta.” Endo menundukkan kepalanya di antara kedua lengannya. Kepalanya terasa berdenyut menyakitkan.
“Jadi menurutmu selama ini Rima benar-benar hanya melakukan semuanya demi hutang keluarganya kepadamu?” tanya Diva begitu dingin.
“Lalu apa? Dia meninggalkanku dan hanya menulis kata-kata selamat tinggal dan permohonan maaf. Menurutmu apa lagi? Dia benar-benar wanita yang mau melakukan apapun demi keluarganya. Bahkan dia sanggup menyerahkan keperawanannya untuk…”
Tepat di saat Endo akan melanjutkan perkataannya, kepalanya terkena lemparan apel Diva dengan sangat keras. Dia menatap Diva sengit dan melihat mata sepupunya itu berkaca-kaca.
“Kamu memang brengsek, Ndo! Kamu cuma brengsek egois! Untung saja Rima meninggalkanmu!” teriak Diva kemudian berbalik meninggalkan Endo.
Endo terkejut dan segera beringsut turun dari tempat tidurnya kemudian mengejar Diva sembari menyeret tiang infusnya. Diva berjalan begitu cepat meninggalkannya, tapi Endo mampu menyusulnya dan menarik lengan Diva kemudian menahannya.
“Apa maksudmu, Di? Katakan dimana dia dan jangan menyembunyikan apapun dariku! Katakan padaku dimana Rima, Di!” teriak Endo sembari mencengkeram lengan Diva keras.
“Lepaskan! Seandainya aku tahu, tak akan pernah kukatakan kepadamu. Lebih baik dia pergi menjauh dari pria egois sepertimu! Hidupnya akan jauh lebih bahagia!” sentak Diva berusaha membebaskan lengannya dari Endo
“Apa maksudmu? Dia meninggalkanku dan dia tidak bahagia? Aku memberi semua yang dia inginkan! Aku memberi dia semua hal yang kumiliki! Aku memberinya semuanya, Di!”
“Pernah kamu memberikan dia ketenangan? Pernah kamu beri dia keyakinan di hatinya bahwa kamu mencintainya seorang di dunia ini? Memberinya keyakinan kalau dia wanita yang sangat pantas bersanding untukmu? Memberinya keyakinan kalau dia bisa menyerahkan semua masalahnya kepadamu dan dia mampu bermanja denganmu?” sentak Diva lagi.
“Aku…aku selalu ada untuknya, Di...”
“Kamu selalu memaksakan kehadiranmu padanya, Ndo! Memaksakan perasaanmu kepadanya. Kamu selalu memaksakan kehidupanmu kepadanya dan tidak membiarkan dia memberitahukan semua kekalutan di hatinya! Kamu egois, bahkan kamu sama sekali nggak percaya sama dia dan membuktikan keegoisanmu baru saja tadi di kamar! Kamu cuma brengsek egois yang nggak pantes sama sekali untuk Rima!”
Endo tercenung mendengar semua perkataan Diva. Selama ini dia tidak pernah memikirkan hal itu. Selama ini dia selalu berpikir semua yang dia lakukan adalah demi membuat Rima bahagia. Jemari tangannya merenggang dan Diva langsung melepaskan tangannya saat itu.
“Katakan dimana dia, Di…,” mohon Endo lirih.
“Aku nggak tahu! Tapi jangan harap aku memberi tahumu seandainya aku tahu!” jawab Diva sembari pergi meninggalkannya.
****

Lukas terkejut saat dia melihat sosok Endo sudah berada di kantor, di pagi dia datang. Endo masih terlihat sedikit pucat, tapi dia tersenyum ketika Lukas mengucapkan salam kepadanya. Sekali lagi dia melihat bos-nya tenggelam dalam tumpukan berkas dan berada di depan laptop.
“Saya kira anda masih harus ada di Rumah Sakit, Pak,” ujar Lukas sembari meletakkan tas miliknya di mejanya.
“Dokter sudah memperbolehkan aku pulang,” jawab Endo sembari matanya masih terpaku kepada berkas yang dia bawa.
“Saya tidak yakin bahwa dokter mengatakan hal itu dengan ikhlas.”
Endo tiba-tiba terbahak. Dia mengerling melihat Lukas yang sedang sibuk mengeluarkan semua berkas dan juga laptop dari tasnya.
“Kalau begitu kamu tahu apa yang harus kamu lakukan seandainya Diva datang kan?” tanya Endo dan Lukas menjawabnya dengan anggukan singkat.
Setelah bekerja hampir 5 tahun dengannya, Lukas menjadi sosok yang sangat mengerti Endo. Bahkan Lukas sangat mengerti bahwa Endo sekarang mengalami masa yang sangat sulit. Setelah istrinya pergi tanpa kabar, Bos-nya sempat merasa depresi dan menghilang dari kantornya selama seminggu. Hingga akhirnya Lukas menemukan bos-nya ‘terdampar’ di luar kota karena kehilangan dompetnya.
Saat itu dia tidak melihat Endo yang biasanya penuh percaya diri dan memegang kendali akan hidupnya. Dia melihat sosok seorang pria yang hampir depresi dan bahkan kehilangan semangat hidupnya. Rambut yang biasanya tersisir rapi, kemeja yang necis dan juga wajah yang sangat yakin menghilang berganti dengan sosok yang lebih mirip seorang gelandangan. Kemudian esoknya setelah bos-nya kembali, dia melihat Endo bekerja lebih keras dari sebelumnya. Bahkan bekerja seperti kesetanan. Hingga dia menemukan Endo terkapar di ruangannya, pingsan karena kelelahan. Dan sekarang, dia menemukan bos-nya kembali dengan wajah masih sedikit pucat dan ekspresi seakan tak pernah tak sadarkan diri kemarin.
Seorang wanita.
Cukup dengan seorang wanita, seorang Endo bisa mengalami semua hal itu. Betapa Lukas sedikit merasa ketakutan, berpikir seandainya dia yang ada di posisi seorang Endo. Semua pikiran itu sempat berputar di kepala Lukas hingga dia menyadari telepon di atas mejanya berbunyi. Suara gadis dari bagian sekertaris di depan ruangan Endo terdengar dari telepon itu.
“Pak, anda kedatangan tamu,” ujat Lukas sedikit bingung mengatakan kepada Endo.
“Siapa?”
“Nona Sofi.”
****
“Makasih sudah mau datang.”
Sofi tersenyum melihat kedatangan Rima yang memenuhi undangannya. Dia sama sekali tidak menyangka akan sangat mudah meminta istri Endo untuk menemuinya saat ini. Wanita yang dalam beberapa waktu ini menjadi wanita yang sangat dia benci.
Dia melihat Rima tersenyum kecil dan memintanya untuk duduk. Secara proposi, memang wanita di hadapannya sangat mirip dengannya. Bentuk tubuhnya, tingginya, bahkan postur tulang wajahnya. Sofi mengingat lagi semua kata informannya dan menelaah kembali di dalam pikirannya.
Endo selama ini berhubungan dengan semua wanita yang secara proporsi mirip dengan Sofi setelah mereka tidak berhubungan. Bahkan informannya mengatakan bahwa Endo berhubungan dengan semua wanita itu atas dasar mencari pengganti sosok yang sempat meninggalkannya. Sofi adalah wanita yang meninggalkan Endo, dan Endo mencari penggantinya selama ini hingga Endo bertemu dengan wanita yang saat ini berada di hadapan Sofi.
Wanita yang hanya ingin menguasai materi Endo.
Wanita ini memang yang paling mendekati Sofi, dan yang paling busuk di antara pasangan Endo lainnya. Bagaimana mungkin Endo terjebak dengan wanita ini? Seandainya saja dulu Sofi mau sedikit bersabar, dia akan bisa menyelamatkan hubungan mereka dan juga menyelamatkan Endo dari wanita licik di hadapannya ini. walaupun begitu, biarpun sedikit telambat, Sofi akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dulu.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Sofi berbasa-basi.
Rima tersenyum kembali dan menjawab,”Baik.”
Bagaimana mungkin dia akan menjawab sebaliknya? Dengan semua materi yang sekarang dia miliki, dengan semua fasilitas itu.
“Jadi, ada perlu apa sebenarnya?”
Pertanyaan Rima mengejutkan Sofi dari lamunannya. Apapun yang terjadi, dia harus mengakhiri hubungan Rima dan juga Endo. Bagaimanapun caranya.
“Aku dengar Endo bermasalah dengan salah satu anak perusahaannya,” ujar Sofi sembari mengambil sebuah amplop dari tasnya.
“Bagaimana kamu tahu?” tanya Rima penasaran.
Sofi tergelak dan segera menguasai dirinya lagi.
“Berita cepat menyebar, Rima. Apalagi di kalangan pengusaha seperti kami. Terlalu banyak orang dalam yang menggosipkan hal ini,” ujar Sofi. Rima terdiam dan wajahnya menunjukkan kekhawatiran. “Aku bisa bantu dia.”
“Benarkah?” wajah Rima seketika terlihat cerah mendengar kata-kata Sofi barusan.
Sofi tersenyum kemudian mengangguk.
“Perusahaanku bekerja sama dengan beberapa perancang terkenal. Mereka saat ini sedang mempersiapkan model untuk musim depan. Tapi aku bisa meyakinkan salah satunya untuk membantu Endo. Ini adalah satu-satunya solusi yang bisa aku tawarkan dan satu-satunya solusi yang seharusnya Endo pikirkan.”
“Satu-satunya solusi?” tanya Rima kebingungan.
“Model yang akan kamu luncurkan bocor sebelum waktunya. Itu bisa membuat pasar membuat bajakannya terlebih dahulu sebelum barang aslinya dirilis. Satu-satunya cara adalah membuat model baru lagi. Saat ini sangat sulit mencari perancang untuk perusahaan sekaliber milik Endo yang masih bisa mengisi lowongan itu. Tapi aku bisa menawarkan solusi itu untuknya.”
“Terimakasih!” jawab Rima kebingungan, “Tapi kenapa kamu bilang ini semua sama aku? Seharusnya kamu langsung bilang ke Endo.”
Sofi menatap Rima kemudian tersenyum.
“Kamu tahu soal hubunganku dan Endo?” tanya Sofi tiba-tiba.
“Kalian sahabat baik, bukan?”
“Dulu kami sempat jadi pasangan, kemudian karena kebodohanku, aku meninggalkannya. Setelah itu kudengar dia mencari penggantiku. Wanita yang secara fisik mendekati fisikku.”
Rima terdiam menatap Sofi yang terlihat sangat tenang. Sofi berusaha setenang mungkin dan membuat Rima ketakutan agar semua rencananya berhasil. Rima menggenggam erat ujung baju yang dia kenakan, yang tersembunyi di bawah meja. Wajahnya berubah sedikit pucat.
“Apa maksudmu, Sof?”
“Endo membutuhkan bantuanku untuk mempertahankan posisinya di hadapan para pemilik saham, Rim,” jawab Sofi tegas. “Apa kamu sadar kalau fisik kita sangat mirip? Proporsi tubuh kita benar-benar sangat mirip. Apa kamu nggak sadar akan hal itu?”
Dengan perlahan Sofi menyorongkan 2 lembar kertas ke hadapan Rima. Rima mengambilnya dengan sedikit ketakutan dan melihat isinya. Keduanya ternyata cek yang salah satunya kosong dan lembar yang lain bernilai 350 juta rupiah.
“Aku dengar keluargamu mempunyai hutang dengan perusahaan Endo sebesar 350 juta. Kau bisa gunakan cek pertama untuk membayarnya. Dan cek kedua, kupersilahkan untukmu mengisi angkanya sesukamu.”
“Lalu?” tanya Rima ragu-ragu memegang kedua lembar cek itu.
Sofi tersenyum puas mendengar pertanyaan Rima.
“Kamu wanita cerdas, Rima. Kamu seharusnya sudah menangkap maksudku. Tinggalkan Endo dan biarkan dia lepas dari masalahnya. Kamu punya kesempatan itu saat ini,” ujar Sofi sembari membereskan semua barangnya. “Aku harap kamu bisa ambil keputusan yang tepat, Rim!”
Sofi berdiri meninggalkan Rima sendiri. Dia sama sekali tidak menoleh kebelakang dan melihat Rima yang mulai berkaca-kaca menatap dua lembar cek yang dia berikan. Dengan penuh percaya diri dan juga optmisme di dalam hati, Sofi menuju mobilnya. Selama perjalanan hingga ketika dia sudah duduk di tempat tidurnya, Sofi terus tersenyum. Membayangkan dia bisa mulai kembali mendekati Endo dan menyelamatkan Endo dari wanita seperti Rima.
Beberapa hari kemudian Sofi mendengar kalau, Rima sudah meninggalkan Endo dan laki-laki itu juga ikut menghilang sehari kemudian. Baru sekitar seminggu kemudian, dia mendengar Endo sudah kembali dan mulai aktif di kantornya lagi.
Lalu hari ini, Sofi mulai berpikir untuk mengutarakan maksudnya kepada Endo. Hari ini, dia akan mulai menata kembali perasaan Endo. Memulai kembali apa yang sudah dia akhiri dulu. Memperbaiki kesalahan yang sudah dia buat dulu.
****
  Endo melihat heran ke arah Sofi yang duduk di depannya. Semenjak gadis ini masuk beberapa menit yang lalu dan mengucapkan salam, dia hanya duduk kemudian tersenyum menatap Endo yang sibuk. Beberapa kali Sofi terlihat memperhatikan sekeliling kemudian kemudian kembali menatap Endo. Sialnya, tidak beberapa lama Lukas harus keluar untuk mengambil beberapa laporan yang harus dia teliti sebelum diserahkan kepada Endo dari ruang sekertariat.
“Kamu ada perlu apa?” tanya Endo akhirnya memulai pembicaraan di antara mereka.
Sofi terlihat sedikit terkejut mendengar kata-kata Endo, kemudian melanjutkan senyumannya.
“Enggak, gimana kabarmu? Sudah baikan? Aku dengar kemarin kamu masuk rumah sakit. Maaf nggak bisa ngejenguk,” cerocos Sofi dengan nada senang di suaranya.
“Lumayan. Banyak pekerjaan kantor yang nggak bisa aku tinggalin. Jadi, kamu maaf aku nggak bisa ikut makan siang kalau kamu mau ngajak aku lunch,” jawab Endo sembari memeriksa laporan-laporan prediksi penjualan di hadapannya.
Tiba-tiba terdengar Sofi terkekeh dan membuat Endo mau tidak mau melirik ke arahnya.
“Aku kesini bukan sebagai temanmu yang mengajak makan siang Endo. Aku kesini sebagai relasi yang mau menawarkan jasa, juga bantuan sebetulnya,” ujar Sofi.
Kali ini Endo benar-benar mengalihkan perhatiannya ke arah Sofi. Dia mendorong menjauh laptopnya dan membenarkan letak duduknya.
“Jadi, apa yang mau kamu tawarkan Sof?” tanya Endo serius dan dibalas dengan senyuman Sofi.
“Aku dengar posisimu sebagai CEO terancam.”
“Gosip cepat menyebar,” jawab Endo santai.
“Dengan adanya berita pertunangan Diva dan Bima Hakim yang mungkin terjadi dan masalah di salah satu anak perusahaanmu, kupikir gosip itu bisa jadi bukan hanya sekedar gosip.”
Endo terkekeh mendengar analisis Sofi.
“Kamu bener-bener memperhatikan semua itu ya, Sof!”
“Sebagai pengusaha, kita diajarkan untuk selalu awas dengan semua informasi. Apa aku salah, Ndo?” jawab Sofi dengan senyuman bisnisnya.
“Nggak, itu yang seharusnya kita lakukan. Terus apa yang mau kamu tawarkan sekarang?” tanya Endo.
Sofi mengeluarkan sebuah map dari tasnya, kemudian memberikannya kepada Endo. map itu berwarna kuning cerah dengan logo perusahaan milik Sofi di atasnya. Cukup lama Endo memperhatikan map itu, baru memutuskan untuk mengambilnya dari mejanya. Di dalamnya dia melihat foto seorang pria dan juga beberapa foto-foto peragawati di atas catwalk.
“Dia salah satu desainer kami, dan sudah mengikat kontrak dengan perusahaanku. Musim ini, dia sedang kosong karena baru saja menyelesaikan pekerjaannya untuk pagelaran terbarunya. Kamu bisa meminjam dia untuk musim ini,” terang Sofi ketika Endo membaca berkas di dalam map yang dia bawa.
“Tawaran yang menarik, apa yang harus aku berikan sebagai gantinya?” tanya Endo sembari terus memperhatikan semua isi map itu.”
“Beberapa persen dari keuntungan, kemudian kontrak kerjasama dengan perusahaan konveksimu itu,” jelas Sofi.
Endo mengangguk-angguk kemudian menutup map yang dia bawa.
“Aku akan…”
“Pikirkan saja dulu, Ndo. Aku yakin kamu nggak akan lama menjawabnya,” Endo mengerling heran menatap Sofi, kemudian Sofi terkikik, “Kamu harus segera mengambil tindakan untuk masalah ini kan?”
Sebentuk lingkaran terbentuk di bibir Endo dan Sofi merasa puas. dia bergegas berdiri dan itu membuat Endo sedikit terkejut kembali.
“Aku tunggu jawabanmu, Ndo. Dan aku harap kamu mau menerimanya,” ujar Sofi sembari meninggalkan Endo.
Endo tersenyum sampai dia melihat Sofi keluar dari ruangannya dan kembali menatap map yang ada di depan mejanya. Kemudian dia bergegas mengambil selembar kertas yang dia simpan di laci mejanya kemudian memperhatikannya cukup lama sampai Lukas masuk kembali ke dalam ruangannya.
“Saya membawakan daftar yang anda minta, Pak!” ujar Lukas, sembari mencari-cari sesuatu di dalam ruangan Endo. “Nona Sofi sudah pergi, Pak?”
“Sudah, berikan padaku daftarnya!” jawab Endo sembari meletakkan kertas yang dia bawa di atas map milik Sofi.
Lukas bergegas memberikan tumpukan kertas yang dia bawa kepada Endo kemudian kembali ke mejanya sendiri yang masih satu ruangan bersama Endo. Endo membaca sebentar lembaran-lembaran itu kemudian berdecak pelan.
“Seperti yang sudah kuduga. Lukas, setelah ini aku minta kamu membuat janji dengan beberapa orang. Aku mau bertemu dengan mereka secepatnya,” perintah Endo.
Lukas bergegas maju mendekati meja Endo sembari membawa notes kecil dan juga pena miliknya untuk mencatat apa yang akan Endo katakan, tapi Endo sudah menuliskan daftar itu dan memberikannya kepada Lukas kemudian.
****

17 komentar:

  1. Huuuu getok pala sofi, dasar licik..
    ​​Ђм(.̮)Mmm˚°◦º endo mw ktmu sypa ya, ad ap ya?bkn penasaran aj ih mba ike :p
    º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakaka
      endo mau ketemu eke doongg
      wakakakakak
      horeeee bisa komen di blog eke sendiriiii!!!!
      *galau gak bisa komen beberapa kali ini

      Hapus
  2. Setelah 1 minggu absen, akhrnyaaa Endo datang dan membawa kegalauan kembali..
    huaaaaaa Rimaaaa kamu dimaaaanaaa?? untuk pertama kalinya saya merasa 'ikhlas' memberikan Endo kepadamu (apa siih??)
    Mba Ikeeeeeeee,,,,, Rima jangan kelamaan diumpetin yaahhh.
    tp sblm Rima muncul, Sofi dikerjain dulu,, aarrgggg geregetan sama manusia kayak begitu....!!! *junggut2 rambut Sofi*

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadiiihhhh???
      dulu-dulu gak ikhlaaassss?
      wakakakakakkakakakak

      Hapus
  3. kesel sama sofii, iih salah paham tau, rima ga matre tauuu . . endo ayoo temukan rima, duhh makin kesini makin penasarn tau mba. makasih ya mba, tumben sharenya hari minggu hoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakakkaka
      kebetulan inet lancar ya akhirnya bisa share deh... wakakakakakakakkak
      ayeee...ayeee....ayeee......

      Hapus
  4. sofi...sofi...ke-PD-an amat nih cewe 1. masa endo nyari sosok sofi di rima wakaka naif skali neng...yg ada jg endo nyari sosok rima disemua cewe2nya terdahulu tmsk dirimu neng sofi...aiih GR amat seeeeh...toyor pala sofi pake sandal biar sadar hahaha. tp kayanya klo sy tebak nih kayanya endo nyadar klo semua permasalahan hidupnya dr neng sofi...smoga ayo endo temukan segera rima n calon anakmu #pray for endo rima#

    BalasHapus
  5. eh kelupaan...bilang makasih dulu sama mbak authornya. makasih mbak rike buat ceritanya yg seru kaya nano2 rame rasanya hehehe. boleh gak minta lanjutannya lagi #reader ngelunjak#...dr tadi bacanya pelan2 ga mau ceritanya bersambung dulu eh akhirnya sampe bag bersambung jg hahaha. pokonya suka banget sama cerita ini...makasih lg mbak rike.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakakkak
      sabar mbaeee...
      anak orang ditoyor-toyor... wakakakakakak
      boleh doong minta lanjutannya lagi,
      tapi senin minggu depan
      akakakakakakakakaka
      *Ngabur sebelum kena toyor sendal juga

      Hapus
  6. Mba ikeeeeeee kentang bgt sich...tpi btw anyway busway nich makasih y dah update...cptan lanjutannya. Cipok dara ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah dooonggg maaayyy... wekekekekekekekekk

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  7. 2minggu di bikin galau sama mbak ike
    tanggung jawab hayo udh bikin hati ini galau dan berhayal tingkat dewa :)) Lol
    *kaburrrrr

    makasih mbak ike postinganya di hari senin yang panas ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakkakaka
      galau-galau pas panas...
      manthaaaaapppphhh

      Hapus
  8. Prah bgt ni si Sofi.. GR..ckck
    Pdahal kmu tu yg kopianny Rima,mkany Endo mau sma kmu! Bkanny Rima yg kopianny kmu! Ckckck

    BalasHapus
  9. kapan nih lanjutannyaaaa penasalaaaaaannnnnnnnnnnnn beuuuuttttttttttt ane

    BalasHapus