Senin, 29 April 2013

Kawin Kontrak - Bab 5


Akhirnya setelah sekian lama eke gak bisa aplot di blog, hari ini eke bisa juga aplot KK. Horeee…!!!!

Seperti biasa, eke bakalan curhat-curhit geje dulu sebelum mulai cerita. Beberapa hari yang lalu, eke wassap-an lagi sama salah satu temen eke kuliah dulu. Bukan-bukan yang di pertanian,tapi yang di teknik. Sekarang doski sudah jadi seorang cewek karier yang cukup sukses menurut eke, begitu juga sama kehidupan cintanya. Doski habis merit.

Dan temen eke yang satu ini selalu membuat eke merasa terkagum-kagum sama kehidupan dia. Eke pernah denger cerita doski jadi relawan di Jogja (waktu Jogja habis kena gempa), sama salah satu temen eke yang lain. Mereka berdua naek kereta ke Jogja dan tidur di mesjid! Itu gak kaget mengingat doski sering banget pergi kemping baik sama teman-temannya atau sama adik cowoknya yang juga anak gunung. Selain itu, eke juga terkagum-kagum sama semua pemikiran dia.

Doski punya ortu yang sangat hebat menurut eke. Ortunya bukan seorang anggota DPR ataupun seorang menteri, tapi mereka sangat hebat mampu membentuk anak seperti temen eke ini. Mereka sangat hebat dan sangat bijaksana dengan semua pemikirannya dan itu diturunkan ke anak-anak mereka yang salah satunya temen eke ini. Doski tumbuh jadi anak yang bijaksana dan sangat optimis menghadapi hidup.

Dan semua tentang petualangan dia mengarungi hidup di curahkan di blog dia. Sebuah blog yang isinya Jurnal dan juga semua pemikiran doski yang menurut eke itu sangat fantastis. Doski selalu bisa merangkai kata dan mencurahkan semua secara indah. Satu hal yang eke inget dari doski, doski adalah salah satu teman terbaik eke yang jujur dengan semua pemikirannya ke eke waktu kita masih sering ketemu. Semoga dia tetep jadi orang seperti itu bagi semua orang di sekelilingnya.

Kunjungi blog doski dan temukan betapa kalian juga bisa terkagum-kagum sama semua tulisan dia di http://dewisuprobo.wordpress.com/

BAB 5
ENDO


“Saya juga akan marah seandainya seseorang mengatakan itu pada saya dan anak saya,”
Endo mendengus mendengar Lukas mengatakan hal itu. Mereka baru saja meninggakan rumah Rima, dan dia sudah mengomentari langkah yang baru saja Endo ambil.
“Memangnya kau punya anak?” tanya Endo menyindir.
Lukas menatap tajam kepada Endo. Bahkan tak perlu memiliki anak untuk merasakan empati pada Ayah Rima. Lukas menghela nafas pelan, melihat atasannya yang yang kadang bertingkah seenaknya dan Endo mengerti itu. Sudah hampir 6 tahun Lukas mendampingi Endo, menjadi asistennya, tangan kanan Endo, menjadi wakilnya yang setia dan dia sudah cukup mengerti kelakuan Endo. Endo adalah pria yang memikirkan segala sesuatunya dengan detil juga cepat dan tak akan melepaskan apa yang sudah dia inginkan. Dan gadis yang baru saja mereka tinggalkan adalah seseorang yang sudah lama Endo inginkan. Jelas, Endo akan memanfaatkan semua hal untuk mendapatkan gadis itu dan tidak melepasnya lagi
“Anda pikir, perlakuan anda barusan bisa mengambil simpati gadis itu?” tanya Lukas sinis. “Lagipula, apa maksud perkataan akan melepaskan gadis itu setelah tokonya mampu membayar semua hutang mereka? Bagaimana kalau ditengah pernikahan anda, toko itu mampu membayar dan gadis itu memilih meninggalkan anda?” Endo terkekeh mendengar pertanyaan Lukas. Pria itu selalu jujur dan mengatakan semua apa-adanya biarpun kepada seseorang yang tingkatan jabatannya jauh lebih tinggi.
“Kau berhadapan dengan Endo, Lukas. Aku akan membuat gadis itu menjadi menyukaiku apapun caranya.”
Lukas berdehem pelan, menatap layar smartphone-nya seakan mencari sesuatu.
“Saya berpikir pernah mendengar dimana kata-kata yang mirip seperti itu. Ternyata itu mirip perkataan Datuk Maringgi dalam novel Siti Nurbaya,” ujar Lukas kembali menyindir Endo.
Endo mencibir pelan, menatap ke arah sopirnya yang menahan tawa mendengar sindiran Lukas kepadanya.
“Jadi Pak Tom juga setuju?” tanya Endo pada sopirnya.
“Maaf Pak, tapi itu benar,” jawab sopirnya sambil berdehem berusaha tidak tertawa.
Endo mendengus keras, kadang dia merasa bahwa semua bawahannya terlalu jujur dan hampir melupakan bagaimana cara menyenangkan hati atasannya. Dia kembali menatap jendela mobilnya, kemudian seakan teringat sesuatu, dia mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Lukas.
“Nanti, kalau si bawel Diva menelpon, kau saja yang bicara dengannya.”
“Saya harus mengatakan apa kepadanya?” tanya Lukas bingung.
“Terserah, kau boleh mengatakan semuanya pada anak bawel itu. Aku mau tidur, merayakan hari ini di dalam mimpiku!” jawab Endo sembari mulai bersiap untuk tertidur.
Lukas mengangguk dan memasukkan ponsel Endo ke dalam kantong bajunya. Tak lama dia sudah mendengar dengkuran halus dari Endo dan tidak menghiraukannya, kembali berkutat pada berkas-berkas yang baru saja dia ambil dari dalam tasnya.
****

“Aku sudah mendengarnya!”
Hari masih pagi dan Endo sudah harus menghadapi ini semua. Di dalam kantornya saat ini sudah ada dua wanita yang datang saling bersusulan. Yang pertama datang adalah Diva. setelah hampir 3 hari dia tidak menerima telepon dari Diva, sepupunya itu langsung datang mendatangi kantornya pagi ini. Dengan berapi-api, dia mengamuk kepada Endo akibat kelakuannya pada keuarga sahabatnya. Endo hanya diam dan tetap berkutat pada semua dokumen di atas mejanya dan tak lama setelah amukan Diva selesai, muncul lagi wanita lain, Tiara.
Sama halnya dengan Endo, Diva tidak terlalu menyukai Tiara. Secara fisik, Tiara sangat cantik mengingat semua perawatan yang bisa dia jalani dengan kekayaan orang tuanya. Rambut ikal hitam yang panjang, tubuh yang tinggi semampai, wajah yang terukir sempurna dan juga kulit yang begitu halus. Tapi gadis ini terlalu manja, terlalu terbiasa mendapatkan semua yang dia inginkan dengan mudah. Dan yang paling Endo benci, gadis ini akan melakukan apapun untuk memuaskan harga dirinya. Sama seperti saat Endo menolak pertunangan mereka, gadis ini masih tetap muncul dan mengganggu kehidupan Endo seperti saat ini.
“Kamu, bagaimana bisa kamu melamar wanita lain?”
“Memangnya itu masalah?” timpal Diva sebal yang saat ini sudah duduk di sofa tamu Endo.
Tiara melotot sebal ke arah Diva dan menunjukkan wajah tidak sukanya. Sedari dulu, sepupu Endo yang satu ini selalu mengganggunya ketika dia sedang berusaha mendekati Endo. Tiara tahu, terkadang Endo menghubungi Diva ketika dia berencana menemuinya, hanya untuk meminta Diva menjauhkannya dari Endo. Harga diri Tiara yang tinggi sebetulnya terluka dengan semua penolakan Endo, tapi itu semua akan setimpal bayarannya jika dia bisa mendapatkan Endo sebagai pendampingnya. Endo memiliki kualifikasi sempurna sebagai pendampingnya. Kaya, muda, dan sukses.
“Dengar, aku tunangan Endo!” Tiara mulai menyerang Diva, tapi Diva hanya membalasnya dengan senyum sinis.
“Mantan…mantan tunangan!” jawab Diva penuh kemenangan.
Tiara menatap tajam ke arah Diva. menghadap ke arahnya seakan menantang Diva terang-terangan.
“Kamu, kenapa selalu menggangguku dengan Endo? Aku tak punya urusan apapun denganmu!” nada suara Tiara meninggi karena menahan sebal. Diva melengos seakan tak peduli.
“Pertama karena dia sepupuku, akan sangat merepotkan kalau sampai si brengsek yang duduk di sana memasukkanmu dalam daftar keluarga besar kami,” ujar Diva sambi lalu sembari membuka majalah yang tersedia di ruangan Endo. Endo yang sedang sibuk memeriksa beberapa dokumen dan pura-pura tidak peduli, menahan senyumnya yang keluar akibat omongan Diva. “Yang kedua, karena kamu tersangka utama provokator yang membuat sahabatku ketika SMA menghadapi masa SMA-nya dengan buruk.”
Tiara melengos, menyibakkan rambutnya yang panjang ke belakang pundaknya.
“Aku tak punya urusan dengan anak itu, dan sebaiknya kamu tak menuduhku macam-macam!”
“Menuduh? Apa masih perlu bukti?” sindir Diva yang membuat Tiara semakin marah.
“Aku benci dia di sini, mau apa sih dia datang ke kantormu?” tanya Tiara sebal pada Endo yang masih sibuk memeriksa beberapa dokumen di mejanya.
“Itu bukan urusanmu,” jawab Diva menimpali. “Dan aku akan tetap di sini sampai nanti sore. Ruanganmu jauh lebih nyaman daripada kantorku!” lanjut Diva.
“Terserah dirimu saja!” jawab Endo sambil terus membaca dokumen di tangannya.
“Endooo....,” Tiara mulai merajuk dan Endo tiba-tiba meletakkan semua dokumennya.
“Aku akan makan siang, kamu mau ikut?” tanya Endo pada Tiara.
Tiara sedikit terkejut mendengar penawaran itu, sedangkan Diva mencibir Endo.
“Aku…aku…,”
“Kamu juga mau ikut, Di?” tanya Endo pada Diva.
“Apa? Kamu bukannya akan mengajakku saja?” tanya Tiara kebingungan.
Endo sama sekali tidak menjawab dan membereskan dokumen di mejanya. Tiara mendengus keras kemudian pergi meninggalkan mereka, Endo dan Diva, sendiri. Diva bertepuk tangan takjub dengan kemampuan mengusir Endo.
“Kamu hebat! Masih mau mentraktir makan siang?” tanya Diva takjub.
“Tidak, aku cuma basa-basi,” jawab Endo santai.
Diva mencibir kemudian melempar majalah yang dia bawa kepada Endo. Endo tertawa melihat ekspresi Diva, kemudian berjalan meninggalkannya sendiri di dalam kantornya, menuju ke mobilnya di parkiran kantor.
Endo mulai menyalakan rokok yang dia bawa dan menghisapnya perlahan sebelum memasuki mobilnya. Sebuah tepukan ringan di pundaknya membuatnya menoleh dan melihat sesosok wanita yang menatapnya lembut.
“Sofi? Kapan kamu datang?” tanya Endo terkejut.
Wanita itu terkekeh kemudian menepuk lengan Endo lagi. Tubuhnya yang pendek dan kecil mengingatkan Endo akan postur Rima.
“Kemarin, pakai penerbangan pertama dari Bali,” jawabnya, “Merindukanku?”
“Tidak, tapi senang kamu datang,” jawab Endo.
Sofi kembali terkekeh. Pria itu tetap jujur dan acuh pada setiap perkataannya. Itu yang membuat Sofi menyukainya dan merasa nyaman di dekatnya. Di dekat Endo, dia tahu apa yang dirasakan pria itu saat mereka bersama. Sofi menatap lembut Endo, sahabatnya saat kuliah. Endo adalah sosok yang dingin dan sulit didekati setiap orang, tapi entah bagaimana bisa terjadi, Endo bisa menerima kehadirannya. Sayangnya mereka harus berpisah saat mereka lulus, dimana Sofi harus mengurus bisnis keluarganya di Bali sementara Endo berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Hingga dia mendengar Endo menetap di Malang dan itu membuat Sofi segera terbang menuju kota ini.
“Kita baru saja bertemu setelah sekian lama, bisakah kamu bermulut manis sedikit?”
“Kamu tahu aku tidak bisa melakukan hal itu!” jawab Endo. “Jadi, urusan bisnis?”
“Yap, dan juga urusan hati.”
“Kalau begitu, semoga beruntung. Hubungi aku kalau urusanmu sudah selesai!” jawab Endo sembari segera memasuki mobilnya, meninggalkan Sofi yang tersenyum melepas kepergiannya. Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba Sofi mengetuk kaca mobil Endo, membuat Endo menurunkan kaca mobilnya.
“Kamu ada urusan bisnis?” tanya Sofi ketika kaca mobil Endo sudah turun.
“Tidak, aku mau makan siang,” jawab Endo.
“Boleh aku ikut?”
“Kamu, bukannya ada urusan bisnis?” tanya Endo heran.
“Bisa ditunda, aku sedang tidak terburu-buru dan tidak dalam janji,” jawab Sofi.
Endo tersenyum kemudian membukakan pintu penumpang untuk Sofi. Sedikit berlari, Sofi menuju kursi penumpang dan duduk di sebelah Endo. Tak lama dia sudah memasang sabuk pengamannya dan mengacungkan ibu jarinya ke arah Endo.
“Jadi, kamu mau makan di mana?” tanya Endo.    
“Terserah, aku mengikuti saja.”
“Baiklah, kurasa lebih baik kita ke pujasera Mall supaya mendapatkan banyak pilihan. Kamu setuju?”
Sofi mengangguk dan tanpa menunggu lebih lama, Endo memacu mobilnya meninggalkan parkiran kantornya.
****

Sofi terbahak saat Endo menggodanya ketika mereka mengenang masa lalu. Suasana siang yang hangat dan juga pujasera yang berlokasi di halaman Mall membuat Sofi merasa nyaman. Makanan yang tersaji di meja mereka pun sudah tak bersisa dan hanya meninggalkan piring kotor, beserta gelas yang hampir kosong. Endo mulai menyalakan rokoknya yang kedua semenjak mereka datang di sini dan Sofi melirik rokok Endo yang menempel di bibirnya.
“Sekarang kamu lebih sering merokok,” ujar Sofi. Endo tersenyum melepas rokok dari bibirnya dan menghembuskan asapnya perlahan.
“Maaf, akan kumatikan kalau kamu terganggu,” ujarnya sembari mencari-cari letak asbak.
“Tidak perlu, kamu terlihat lebih macho ketika merokok,” sanggah Sofi.
Endo terbahak keras kemudian menghisap rokoknya kembali.
“Rokok menyebabkan impotensi dan itu mengurangi ke-macho-an, Sofi.”
Sofi tersenyum mendengarnya, jarinya mengaduk jus lemon yang masih tersisa menggunakan sedotan.
“Aku akan segera menghentikan kebiasaan ini, “ ujar Endo lagi. Sofi melirik Endo keheranan. “Seseorang akan sangat tersiksa kalau aku merokok di dekatnya.”
“Ibumu?”
Endo hanya tersenyum menjawab pertanyaan Sofi. Dalam pikiran Endo terbayang sosok Rima yang selalu terbatuk ketika seseorang merokok di dekatnya. Masih teringat Rima yang berusaha menahan nafasnya karena tidak berani menegur seseorang di sebelahnya yang merokok. Membuat wajahnya berubah menjadi pucat dan juga terbatuk. Membuat Endo dan Diva harus menegur keras setiap orang yang merokok di dekat Rima. Tapi yang terjadi saat ini, Endo hampir selalu menghabiskan hampir setengah bungkus rokok setiap harinya.
Sekali lagi Endo menghembuskan asap rokoknya dan terus memikirkan Rima. Tanpa dia sadari, Sofi menatapnya lekat-lekat. Wajah Sofi bersemu merah ketika mengingat kedekatan mereka saat masih kuliah. Mengingat bagaimana semua teman wanitanya berharap bisa dekat dengan Endo, dan dia mendapatkan kehormatan itu. Menjadi satu-satunya teman wanita Endo, menjadi satu-satunya wanita yang bisa bicara dan dekat dengan Endo. Sofi segera tersadar dari lamunannya ketika Endo tiba-tiba menatap wajahnya.
“Jadi, bagaimana dengan urusan hatimu?” tanya Endo penasaran. Sofi tersenyum mendengar pertanyaan itu.
“Proyek lama yang mulai kukejar lagi,” jawab Sofi.
Semangat kalau begitu. Proyek kita sama,” ujar Endo kembali menghisap rokoknya.
Sofi menatap cepat Endo, seakan tak percaya dengan yang dia dengar.
“Aku mengenal perempuan itu?” tanya Sofi penasaran.
Sekali lagi Endo hanya tersenyum menjawabnya. Sofi selalu merasa jengkel saat Endo menjawab setiap pertanyaan dengan senyuman. Itu berarti banyak dan Sofi selalu merasa dialah jawaban dari setiap senyuman itu. Dia selalu berpikir bahwa Endo menjawab dengan senyuman karena merasa malu mengutarakan kebenarannya di hadapan Sofi. Ponsel Sofi bergetar dan itu menyadarkan dia dari semua pikiran tentang Endo. Sebuah pesan singkat muncul di layar ponselnya dan membuatnya mengalihkan pandangannya dari Endo sementara.
“Sepertinya aku harus segera pergi,” jawab Sofi.
“Kuantarkan?”
“Tidak perlu. Aku naik taksi saja. Kau lanjutkan saja istirahatmu!”
“Oke!” jawab Endo membiarkan Sofi berdiri bersiap meninggalkannya.
“Jangan lupa menghubungiku!” ancam Sofi pada Endo dan Endo terkekeh medengarnya.
“Akan kuhubungi!”
Sofi melambaikan tangannya sembari sedikit berlari meninggalkan Endo sendiri. Endo membalas lambaian tangan Sofi dan melihatnya berlalu kemudian menghilang di dalam taksi yang berhenti. Sekali lagi Endo menghisap rokoknya dan memikirkan Rima. Sudah 3 hari semenjak dia melamar gadis itu, Rima tidak pernah menghubunginya. Endo merasakan dia begitu rindu ingin bertemu dengan Rima, tapi dia juga harus memberikan Rima dan keluarganya sebuah kesempatan untuk sendiri. Satu hembusan yang menghamburkan asap putih keluar dari mulutnya kemudian Endo bersiap meninggalkan tempatnya duduk.
Di satu sisi, Endo merasakan bahwa sebagian hatinya meragu. Mempertanyakan bagaimana pertalian jodoh diantara mereka. Apakah benar dia adalah pria yang tepat untuk Rima? Apakah dia bisa membuat hati Rima hanya terpaku kepadanya? Apakah dia mampu untuk selalu menjaga Rima di sisinya? Semua pertanyaan itu seakan selalu menari di hatinya. Berharap ada sebuah petunjuk yang bisa mencerahkan semua kekalutan di hatinya. Endo menghisap rokoknya dalam.
Dia mendengar suara-suara riuh di belakangnya, tapi Endo lebih memilih untuk tidak ikut campur. Baginya adalah suatu yang merepotkan untuk mencampuri urusan orang lain. Rokoknya disematkan di ujung bibirnya sehingga tangannya bisa leluasa. Hingga dia merasakan dorongan kuat seseorang di punggungnya dan segera berbalik kemudian menangkap tubuh seseorang itu. Lengan yang mungil, tubuh kecil dan pendek dibanding rata-rata perempuan di usianya, membuat Endo menelan ludah.
“Rima?”
Apakah ini sebuah petunjuk?
****

Kawin Kontrak Bab 6
Kawin kontrak Bab 4
   
 

26 komentar:

  1. akhirnya setelah penantian panjang.
    kk di post juga..

    thanks mb ike

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakaakakaakkaakk
      penantian panjang jareee

      Hapus
  2. Makasih mba rike,,,,
    Hmmm tiara, sofi,,,lawan rima banyak semangaddd

    Endo hrs tetep fokus yak,,,

    Salam apacariba

    BalasHapus
  3. yey... Akhir'y muncul..
    Endo.. Aq kangen :)

    Mva rike mksih :) #kecup basah

    BalasHapus
  4. thanks mbk ike.....lagi~lagi~lagi*ala teletubies :)

    BalasHapus
  5. Trnyanta byk bgt cwek cantiq saingan Rima.. Heheh. ✽̶┉♏∂ƙ∂șîħ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴.. Mba Rike

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekekekekekekek...
      Rima sendiriyan gak cantik.. akakakakkakak

      Hapus
  6. Hoyeee post lg
    Tiara ke laut aje,udh d tolak jg msh ganggu aj
    Sofi jgn ke ge er an ya ŜãÝåňĢ, bkn kmu proyek lm yg akan d kejar edo,xixixi
    Ayo endo cemamat
    º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba ike, post 6 hari ni kn ya *kedip2

    BalasHapus
    Balasan
    1. horeee post bab 6 ga hari ini.... wakakakakakakak

      Hapus
  7. akhirnya post lagi....
    keren mbak,,,
    ditunggu lanjutannya ne...
    penasaran kok rima bisa disitu jg...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayooo mampir ke bab selanjutnya biar tau kenapa

      Hapus
  8. lah komenku ngilang jeng??? huaa... :nangis bombay sambil kecup2 Endo...:

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... masuk di G+.
      ekekekekekekekek
      *kecup2 jeng shin

      Hapus
  9. nunggu ini dri kmren2 trnyata uda dlanjut ^^/

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekeekekekekekekkekek... trimikisih dah mampiiirrr...
      mampir terus yaaa

      Hapus
  10. ugh akhirnya yang ditunggu nongol juga hehe..
    itu Rima kenapa kak?

    Si sofi kok sepertinya kege-eran gitu yah? hahaha
    duh........... bnyak bgt sih yg perlu disingkirkan untuk mendapatkan Rima seorang hihi

    update lagi kapan nie ante? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadwal biasa-laaahhh senin...
      ekekekekekekek

      Hapus
  11. barusan baca bab 4 diwattpad, eh ternyata bab 5 nya udah update disini...
    wah kayax rima banyak dapat saingan nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekekekekekekekeek..
      ketauaaannn... akakakakakkaka

      Hapus
  12. manaaaa???
    Manaaa??
    Manaa bab 6nya Jeng Rik?????
    Whoaaa...nangung benerrr euuy.y..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudaaahhh... sudahhh... jeng riiisss
      mana potonya?
      *nagih maning

      Hapus
  13. rike rike, aku menunggu lanjutannya nih.

    GPL yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ellaaaaa.... sudah neeee... sudah ada lanjutannya. wekekekekekekek... dirimu gak pake G+? aku mesti bikin pemberitahuan di sana

      Hapus