Akhirnya setelah sekian lama eke gak bisa aplot di
blog, hari ini eke bisa juga aplot KK. Horeee…!!!!
Seperti biasa, eke bakalan curhat-curhit geje dulu
sebelum mulai cerita. Beberapa hari yang lalu, eke wassap-an lagi sama salah
satu temen eke kuliah dulu. Bukan-bukan yang di pertanian,tapi yang di teknik. Sekarang
doski sudah jadi seorang cewek karier yang cukup sukses menurut eke, begitu
juga sama kehidupan cintanya. Doski habis merit.
Dan temen eke yang satu ini selalu membuat eke
merasa terkagum-kagum sama kehidupan dia. Eke pernah denger cerita doski jadi
relawan di Jogja (waktu Jogja habis kena gempa), sama salah satu temen eke yang
lain. Mereka berdua naek kereta ke Jogja dan tidur di mesjid! Itu gak kaget
mengingat doski sering banget pergi kemping baik sama teman-temannya atau sama
adik cowoknya yang juga anak gunung. Selain itu, eke juga terkagum-kagum sama
semua pemikiran dia.
Doski punya ortu yang sangat hebat menurut eke. Ortunya
bukan seorang anggota DPR ataupun seorang menteri, tapi mereka sangat hebat
mampu membentuk anak seperti temen eke ini. Mereka sangat hebat dan sangat bijaksana
dengan semua pemikirannya dan itu diturunkan ke anak-anak mereka yang salah
satunya temen eke ini. Doski tumbuh jadi anak yang bijaksana dan sangat optimis
menghadapi hidup.
Dan semua tentang petualangan dia mengarungi hidup
di curahkan di blog dia. Sebuah blog yang isinya Jurnal dan juga semua
pemikiran doski yang menurut eke itu sangat fantastis. Doski selalu bisa
merangkai kata dan mencurahkan semua secara indah. Satu hal yang eke inget dari
doski, doski adalah salah satu teman terbaik eke yang jujur dengan semua
pemikirannya ke eke waktu kita masih sering ketemu. Semoga dia tetep jadi orang
seperti itu bagi semua orang di sekelilingnya.
Kunjungi blog doski dan temukan betapa kalian juga
bisa terkagum-kagum sama semua tulisan dia di http://dewisuprobo.wordpress.com/
BAB 5
ENDO
“Saya
juga akan marah seandainya seseorang mengatakan itu pada saya dan anak saya,”
Endo
mendengus mendengar Lukas mengatakan hal itu. Mereka baru saja meninggakan
rumah Rima, dan dia sudah mengomentari langkah yang baru saja Endo ambil.
“Memangnya
kau punya anak?” tanya Endo menyindir.
Lukas
menatap tajam kepada Endo. Bahkan tak perlu memiliki anak untuk merasakan
empati pada Ayah Rima. Lukas menghela nafas pelan, melihat atasannya yang yang
kadang bertingkah seenaknya dan Endo mengerti itu. Sudah hampir 6 tahun Lukas
mendampingi Endo, menjadi asistennya, tangan kanan Endo, menjadi wakilnya yang
setia dan dia sudah cukup mengerti kelakuan Endo. Endo adalah pria yang
memikirkan segala sesuatunya dengan detil juga cepat dan tak akan melepaskan
apa yang sudah dia inginkan. Dan gadis yang baru saja mereka tinggalkan adalah
seseorang yang sudah lama Endo inginkan. Jelas, Endo akan memanfaatkan semua
hal untuk mendapatkan gadis itu dan tidak melepasnya lagi
“Anda
pikir, perlakuan anda barusan bisa mengambil simpati gadis itu?” tanya Lukas
sinis. “Lagipula, apa maksud perkataan akan melepaskan gadis itu setelah
tokonya mampu membayar semua hutang mereka? Bagaimana kalau ditengah pernikahan
anda, toko itu mampu membayar dan gadis itu memilih meninggalkan anda?” Endo
terkekeh mendengar pertanyaan Lukas. Pria itu selalu jujur dan mengatakan semua
apa-adanya biarpun kepada seseorang yang tingkatan jabatannya jauh lebih
tinggi.
“Kau
berhadapan dengan Endo, Lukas. Aku akan membuat gadis itu menjadi menyukaiku
apapun caranya.”
Lukas
berdehem pelan, menatap layar smartphone-nya
seakan mencari sesuatu.
“Saya
berpikir pernah mendengar dimana kata-kata yang mirip seperti itu. Ternyata itu
mirip perkataan Datuk Maringgi dalam novel Siti Nurbaya,” ujar Lukas kembali
menyindir Endo.
Endo
mencibir pelan, menatap ke arah sopirnya yang menahan tawa mendengar sindiran
Lukas kepadanya.
“Jadi
Pak Tom juga setuju?” tanya Endo pada sopirnya.
“Maaf
Pak, tapi itu benar,” jawab sopirnya sambil berdehem berusaha tidak tertawa.
Endo
mendengus keras, kadang dia merasa bahwa semua bawahannya terlalu jujur dan
hampir melupakan bagaimana cara menyenangkan hati atasannya. Dia kembali
menatap jendela mobilnya, kemudian seakan teringat sesuatu, dia mengeluarkan
ponselnya dan memberikannya pada Lukas.
“Nanti,
kalau si bawel Diva menelpon, kau saja yang bicara dengannya.”
“Saya
harus mengatakan apa kepadanya?” tanya Lukas bingung.
“Terserah,
kau boleh mengatakan semuanya pada anak bawel itu. Aku mau tidur, merayakan
hari ini di dalam mimpiku!” jawab Endo sembari mulai bersiap untuk tertidur.
Lukas
mengangguk dan memasukkan ponsel Endo ke dalam kantong bajunya. Tak lama dia
sudah mendengar dengkuran halus dari Endo dan tidak menghiraukannya, kembali
berkutat pada berkas-berkas yang baru saja dia ambil dari dalam tasnya.
****
“Aku
sudah mendengarnya!”
Hari
masih pagi dan Endo sudah harus menghadapi ini semua. Di dalam kantornya saat
ini sudah ada dua wanita yang datang saling bersusulan. Yang pertama datang
adalah Diva. setelah hampir 3 hari dia tidak menerima telepon dari Diva,
sepupunya itu langsung datang mendatangi kantornya pagi ini. Dengan berapi-api,
dia mengamuk kepada Endo akibat kelakuannya pada keuarga sahabatnya. Endo hanya
diam dan tetap berkutat pada semua dokumen di atas mejanya dan tak lama setelah
amukan Diva selesai, muncul lagi wanita lain, Tiara.
Sama
halnya dengan Endo, Diva tidak terlalu menyukai Tiara. Secara fisik, Tiara
sangat cantik mengingat semua perawatan yang bisa dia jalani dengan kekayaan
orang tuanya. Rambut ikal hitam yang panjang, tubuh yang tinggi semampai, wajah
yang terukir sempurna dan juga kulit yang begitu halus. Tapi gadis ini terlalu
manja, terlalu terbiasa mendapatkan semua yang dia inginkan dengan mudah. Dan
yang paling Endo benci, gadis ini akan melakukan apapun untuk memuaskan harga
dirinya. Sama seperti saat Endo menolak pertunangan mereka, gadis ini masih
tetap muncul dan mengganggu kehidupan Endo seperti saat ini.
“Kamu,
bagaimana bisa kamu melamar wanita lain?”
“Memangnya
itu masalah?” timpal Diva sebal yang saat ini sudah duduk di sofa tamu Endo.
Tiara
melotot sebal ke arah Diva dan menunjukkan wajah tidak sukanya. Sedari dulu,
sepupu Endo yang satu ini selalu mengganggunya ketika dia sedang berusaha mendekati
Endo. Tiara tahu, terkadang Endo menghubungi Diva ketika dia berencana menemuinya,
hanya untuk meminta Diva menjauhkannya dari Endo. Harga diri Tiara yang tinggi
sebetulnya terluka dengan semua penolakan Endo, tapi itu semua akan setimpal
bayarannya jika dia bisa mendapatkan Endo sebagai pendampingnya. Endo memiliki
kualifikasi sempurna sebagai pendampingnya. Kaya, muda, dan sukses.
“Dengar,
aku tunangan Endo!” Tiara mulai menyerang Diva, tapi Diva hanya membalasnya
dengan senyum sinis.
“Mantan…mantan
tunangan!” jawab Diva penuh kemenangan.
Tiara
menatap tajam ke arah Diva. menghadap ke arahnya seakan menantang Diva
terang-terangan.
“Kamu,
kenapa selalu menggangguku dengan Endo? Aku tak punya urusan apapun denganmu!”
nada suara Tiara meninggi karena menahan sebal. Diva melengos seakan tak
peduli.
“Pertama
karena dia sepupuku, akan sangat merepotkan kalau sampai si brengsek yang duduk
di sana memasukkanmu dalam daftar keluarga besar kami,” ujar Diva sambi lalu
sembari membuka majalah yang tersedia di ruangan Endo. Endo yang sedang sibuk
memeriksa beberapa dokumen dan pura-pura tidak peduli, menahan senyumnya yang
keluar akibat omongan Diva. “Yang kedua, karena kamu tersangka utama provokator
yang membuat sahabatku ketika SMA menghadapi masa SMA-nya dengan buruk.”
Tiara
melengos, menyibakkan rambutnya yang panjang ke belakang pundaknya.
“Aku
tak punya urusan dengan anak itu, dan sebaiknya kamu tak menuduhku
macam-macam!”
“Menuduh?
Apa masih perlu bukti?” sindir Diva yang membuat Tiara semakin marah.
“Aku
benci dia di sini, mau apa sih dia datang ke kantormu?” tanya Tiara sebal pada
Endo yang masih sibuk memeriksa beberapa dokumen di mejanya.
“Itu
bukan urusanmu,” jawab Diva menimpali. “Dan aku akan tetap di sini sampai nanti
sore. Ruanganmu jauh lebih nyaman daripada kantorku!” lanjut Diva.
“Terserah
dirimu saja!” jawab Endo sambil terus membaca dokumen di tangannya.
“Endooo....,”
Tiara mulai merajuk dan Endo tiba-tiba meletakkan semua dokumennya.
“Aku
akan makan siang, kamu mau ikut?” tanya Endo pada Tiara.
Tiara
sedikit terkejut mendengar penawaran itu, sedangkan Diva mencibir Endo.
“Aku…aku…,”
“Kamu
juga mau ikut, Di?” tanya Endo pada Diva.
“Apa? Kamu
bukannya akan mengajakku saja?” tanya Tiara kebingungan.
Endo
sama sekali tidak menjawab dan membereskan dokumen di mejanya. Tiara mendengus
keras kemudian pergi meninggalkan mereka, Endo dan Diva, sendiri. Diva bertepuk
tangan takjub dengan kemampuan mengusir Endo.
“Kamu
hebat! Masih mau mentraktir makan siang?” tanya Diva takjub.
“Tidak,
aku cuma basa-basi,” jawab Endo santai.
Diva
mencibir kemudian melempar majalah yang dia bawa kepada Endo. Endo tertawa
melihat ekspresi Diva, kemudian berjalan meninggalkannya sendiri di dalam
kantornya, menuju ke mobilnya di parkiran kantor.
Endo
mulai menyalakan rokok yang dia bawa dan menghisapnya perlahan sebelum memasuki
mobilnya. Sebuah tepukan ringan di pundaknya membuatnya menoleh dan melihat
sesosok wanita yang menatapnya lembut.
“Sofi?
Kapan kamu datang?” tanya Endo terkejut.
Wanita
itu terkekeh kemudian menepuk lengan Endo lagi. Tubuhnya yang pendek dan kecil
mengingatkan Endo akan postur Rima.
“Kemarin,
pakai penerbangan pertama dari Bali,” jawabnya, “Merindukanku?”
“Tidak,
tapi senang kamu datang,” jawab Endo.
Sofi
kembali terkekeh. Pria itu tetap jujur dan acuh pada setiap perkataannya. Itu
yang membuat Sofi menyukainya dan merasa nyaman di dekatnya. Di dekat Endo, dia
tahu apa yang dirasakan pria itu saat mereka bersama. Sofi menatap lembut Endo,
sahabatnya saat kuliah. Endo adalah sosok yang dingin dan sulit didekati setiap
orang, tapi entah bagaimana bisa terjadi, Endo bisa menerima kehadirannya.
Sayangnya mereka harus berpisah saat mereka lulus, dimana Sofi harus mengurus
bisnis keluarganya di Bali sementara Endo berpindah-pindah dari satu kota ke
kota lain. Hingga dia mendengar Endo menetap di Malang dan itu membuat Sofi
segera terbang menuju kota ini.
“Kita
baru saja bertemu setelah sekian lama, bisakah kamu bermulut manis sedikit?”
“Kamu
tahu aku tidak bisa melakukan hal itu!” jawab Endo. “Jadi, urusan bisnis?”
“Yap,
dan juga urusan hati.”
“Kalau
begitu, semoga beruntung. Hubungi aku kalau urusanmu sudah selesai!” jawab Endo
sembari segera memasuki mobilnya, meninggalkan Sofi yang tersenyum melepas
kepergiannya. Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba Sofi mengetuk kaca mobil Endo,
membuat Endo menurunkan kaca mobilnya.
“Kamu
ada urusan bisnis?” tanya Sofi ketika kaca mobil Endo sudah turun.
“Tidak,
aku mau makan siang,” jawab Endo.
“Boleh
aku ikut?”
“Kamu,
bukannya ada urusan bisnis?” tanya Endo heran.
“Bisa
ditunda, aku sedang tidak terburu-buru dan tidak dalam janji,” jawab Sofi.
Endo
tersenyum kemudian membukakan pintu penumpang untuk Sofi. Sedikit berlari, Sofi
menuju kursi penumpang dan duduk di sebelah Endo. Tak lama dia sudah memasang
sabuk pengamannya dan mengacungkan ibu jarinya ke arah Endo.
“Jadi,
kamu mau makan di mana?” tanya Endo.
“Terserah,
aku mengikuti saja.”
“Baiklah,
kurasa lebih baik kita ke pujasera Mall supaya mendapatkan banyak pilihan. Kamu
setuju?”
Sofi mengangguk
dan tanpa menunggu lebih lama, Endo memacu mobilnya meninggalkan parkiran
kantornya.
****
Sofi
terbahak saat Endo menggodanya ketika mereka mengenang masa lalu. Suasana siang
yang hangat dan juga pujasera yang berlokasi di halaman Mall membuat Sofi
merasa nyaman. Makanan yang tersaji di meja mereka pun sudah tak bersisa dan
hanya meninggalkan piring kotor, beserta gelas yang hampir kosong. Endo mulai
menyalakan rokoknya yang kedua semenjak mereka datang di sini dan Sofi melirik
rokok Endo yang menempel di bibirnya.
“Sekarang
kamu lebih sering merokok,” ujar Sofi. Endo tersenyum melepas rokok dari
bibirnya dan menghembuskan asapnya perlahan.
“Maaf,
akan kumatikan kalau kamu terganggu,” ujarnya sembari mencari-cari letak asbak.
“Tidak
perlu, kamu terlihat lebih macho ketika merokok,” sanggah Sofi.
Endo
terbahak keras kemudian menghisap rokoknya kembali.
“Rokok
menyebabkan impotensi dan itu mengurangi ke-macho-an, Sofi.”
Sofi
tersenyum mendengarnya, jarinya mengaduk jus lemon yang masih tersisa menggunakan
sedotan.
“Aku
akan segera menghentikan kebiasaan ini, “ ujar Endo lagi. Sofi melirik Endo
keheranan. “Seseorang akan sangat tersiksa kalau aku merokok di dekatnya.”
“Ibumu?”
Endo
hanya tersenyum menjawab pertanyaan Sofi. Dalam pikiran Endo terbayang sosok
Rima yang selalu terbatuk ketika seseorang merokok di dekatnya. Masih teringat
Rima yang berusaha menahan nafasnya karena tidak berani menegur seseorang di
sebelahnya yang merokok. Membuat wajahnya berubah menjadi pucat dan juga
terbatuk. Membuat Endo dan Diva harus menegur keras setiap orang yang merokok
di dekat Rima. Tapi yang terjadi saat ini, Endo hampir selalu menghabiskan
hampir setengah bungkus rokok setiap harinya.
Sekali
lagi Endo menghembuskan asap rokoknya dan terus memikirkan Rima. Tanpa dia
sadari, Sofi menatapnya lekat-lekat. Wajah Sofi bersemu merah ketika mengingat
kedekatan mereka saat masih kuliah. Mengingat bagaimana semua teman wanitanya
berharap bisa dekat dengan Endo, dan dia mendapatkan kehormatan itu. Menjadi
satu-satunya teman wanita Endo, menjadi satu-satunya wanita yang bisa bicara
dan dekat dengan Endo. Sofi segera tersadar dari lamunannya ketika Endo
tiba-tiba menatap wajahnya.
“Jadi,
bagaimana dengan urusan hatimu?” tanya Endo penasaran. Sofi tersenyum mendengar
pertanyaan itu.
“Proyek
lama yang mulai kukejar lagi,” jawab Sofi.
“Semangat
kalau begitu. Proyek kita sama,” ujar Endo kembali menghisap rokoknya.
Sofi
menatap cepat Endo, seakan tak percaya dengan yang dia dengar.
“Aku
mengenal perempuan itu?” tanya Sofi penasaran.
Sekali
lagi Endo hanya tersenyum menjawabnya. Sofi selalu merasa jengkel saat Endo
menjawab setiap pertanyaan dengan senyuman. Itu berarti banyak dan Sofi selalu
merasa dialah jawaban dari setiap senyuman itu. Dia selalu berpikir bahwa Endo
menjawab dengan senyuman karena merasa malu mengutarakan kebenarannya di
hadapan Sofi. Ponsel Sofi bergetar dan itu menyadarkan dia dari semua pikiran
tentang Endo. Sebuah pesan singkat muncul di layar ponselnya dan membuatnya
mengalihkan pandangannya dari Endo sementara.
“Sepertinya
aku harus segera pergi,” jawab Sofi.
“Kuantarkan?”
“Tidak
perlu. Aku naik taksi saja. Kau lanjutkan saja istirahatmu!”
“Oke!”
jawab Endo membiarkan Sofi berdiri bersiap meninggalkannya.
“Jangan
lupa menghubungiku!” ancam Sofi pada Endo dan Endo terkekeh medengarnya.
“Akan
kuhubungi!”
Sofi
melambaikan tangannya sembari sedikit berlari meninggalkan Endo sendiri. Endo
membalas lambaian tangan Sofi dan melihatnya berlalu kemudian menghilang di
dalam taksi yang berhenti. Sekali lagi Endo menghisap rokoknya dan memikirkan
Rima. Sudah 3 hari semenjak dia melamar gadis itu, Rima tidak pernah
menghubunginya. Endo merasakan dia begitu rindu ingin bertemu dengan Rima, tapi
dia juga harus memberikan Rima dan keluarganya sebuah kesempatan untuk sendiri.
Satu hembusan yang menghamburkan asap putih keluar dari mulutnya kemudian Endo
bersiap meninggalkan tempatnya duduk.
Di
satu sisi, Endo merasakan bahwa sebagian hatinya meragu. Mempertanyakan
bagaimana pertalian jodoh diantara mereka. Apakah benar dia adalah pria yang
tepat untuk Rima? Apakah dia bisa membuat hati Rima hanya terpaku kepadanya?
Apakah dia mampu untuk selalu menjaga Rima di sisinya? Semua pertanyaan itu
seakan selalu menari di hatinya. Berharap ada sebuah petunjuk yang bisa
mencerahkan semua kekalutan di hatinya. Endo menghisap rokoknya dalam.
Dia
mendengar suara-suara riuh di belakangnya, tapi Endo lebih memilih untuk tidak
ikut campur. Baginya adalah suatu yang merepotkan untuk mencampuri urusan orang
lain. Rokoknya disematkan di ujung bibirnya sehingga tangannya bisa leluasa.
Hingga dia merasakan dorongan kuat seseorang di punggungnya dan segera berbalik
kemudian menangkap tubuh seseorang itu. Lengan yang mungil, tubuh kecil dan
pendek dibanding rata-rata perempuan di usianya, membuat Endo menelan ludah.
“Rima?”
Apakah
ini sebuah petunjuk?
****
Kawin kontrak Bab 4
akhirnya setelah penantian panjang.
BalasHapuskk di post juga..
thanks mb ike
wakaakakaakkaakk
Hapuspenantian panjang jareee
Makasih mba rike,,,,
BalasHapusHmmm tiara, sofi,,,lawan rima banyak semangaddd
Endo hrs tetep fokus yak,,,
Salam apacariba
mbak tuuuttt.... acaribaaaa
Hapusyey... Akhir'y muncul..
BalasHapusEndo.. Aq kangen :)
Mva rike mksih :) #kecup basah
silaaaa... masih ujian kah?
Hapusthanks mbk ike.....lagi~lagi~lagi*ala teletubies :)
BalasHapusberpelukaaaannnnn...
HapusTrnyanta byk bgt cwek cantiq saingan Rima.. Heheh. ✽̶┉♏∂ƙ∂șîħ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴.. Mba Rike
BalasHapuswekekekekekekekek...
HapusRima sendiriyan gak cantik.. akakakakkakak
Hoyeee post lg
BalasHapusTiara ke laut aje,udh d tolak jg msh ganggu aj
Sofi jgn ke ge er an ya ŜãÝåňĢ, bkn kmu proyek lm yg akan d kejar edo,xixixi
Ayo endo cemamat
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba ike, post 6 hari ni kn ya *kedip2
horeee post bab 6 ga hari ini.... wakakakakakakak
Hapusakhirnya post lagi....
BalasHapuskeren mbak,,,
ditunggu lanjutannya ne...
penasaran kok rima bisa disitu jg...
ayooo mampir ke bab selanjutnya biar tau kenapa
Hapuslah komenku ngilang jeng??? huaa... :nangis bombay sambil kecup2 Endo...:
BalasHapusiya... masuk di G+.
Hapusekekekekekekekek
*kecup2 jeng shin
nunggu ini dri kmren2 trnyata uda dlanjut ^^/
BalasHapuswekekeekekekekekekkekek... trimikisih dah mampiiirrr...
Hapusmampir terus yaaa
ugh akhirnya yang ditunggu nongol juga hehe..
BalasHapusitu Rima kenapa kak?
Si sofi kok sepertinya kege-eran gitu yah? hahaha
duh........... bnyak bgt sih yg perlu disingkirkan untuk mendapatkan Rima seorang hihi
update lagi kapan nie ante? :D
jadwal biasa-laaahhh senin...
Hapusekekekekekekek
barusan baca bab 4 diwattpad, eh ternyata bab 5 nya udah update disini...
BalasHapuswah kayax rima banyak dapat saingan nih...
wekekekekekekekekeek..
Hapusketauaaannn... akakakakakkaka
manaaaa???
BalasHapusManaaa??
Manaa bab 6nya Jeng Rik?????
Whoaaa...nangung benerrr euuy.y..
sudaaahhh... sudahhh... jeng riiisss
Hapusmana potonya?
*nagih maning
rike rike, aku menunggu lanjutannya nih.
BalasHapusGPL yaa :D
Ellaaaaa.... sudah neeee... sudah ada lanjutannya. wekekekekekekek... dirimu gak pake G+? aku mesti bikin pemberitahuan di sana
Hapus