Selasa, 03 September 2013

Kawin Kontrak - Bab 19

Ayem beeekkkk...ayeeemmm beeekkk.... wakakakakakakak...akhirnya post tengah malem. eke mau cerita apaan ya?

betewe kemaren tiba-tiba banyak yang minta si Diva dibikinin ceritanya. hiii... ini kan soal Rima sama Endo, kenapa si Diva lebih banyak pens-nya? wakakakakakakakkak... mungkin eke mau bikin setelah Kawin Kontrak tamat, tentang si DIva ini. Mengingat beberapa bab lagi sudah tamat. 


aiyooyuuuu....oll mai preeennn.........


BAB 19
RIMA

Ini sudah ke-3 kalinya Endo tertidur di sofa sepulang bekerja. Wajahnya terlihat sangat kelelahan dan dia bahkan terkadang tidur dengan perut kosong karena tidak sempat makan malam. Sepertinya masalah ini benar-benar berat baginya.
Sudah hampir 2 minggu belakangan ini, Endo selalu lembur dan pulang larut malam dan itu membuatku sangat khawatir. Seringkali dia tidak makan apapun dalam sehari seandainya aku tidak meminta Lukas mengingatkan waktu makan dan juga membawakannya bekal. Sama seperti malam ini, ketika Endo langsung tertidur tanpa sempat membuka sepatunya sama sekali.
Dia benar-benar terlelap bahkan ketika aku melepaskan sepatu dan juga dasinya, Endo sama sekali tak berkutik. Sampai ketika aku menepuk lembut pipinya dan menawarkannya segelas air, matanya terbuka perlahan.
“Maaf, aku ketiduran lagi,” ujar Endo sembari meminum airnya.
“Kamu sudah makan?” tanyaku cemas dan Endo mengangguk lemah.
“Makan dimana? Tadi bekalnya sudah habis?” tanyaku terus memaksa sebelum Endo tertidur lagi.
Endo tersenyum menatapku kemudian tangannya membelai pipiku perlahan.
“Lukas, sudah jadi asisten terbaikmu sekarang. Dia terus menerus mengingatkanku untuk memakan bekal yang kamu bawakan. Bahkan dia berani memeriksa bekalku untuk memastikan aku menghabiskannya,” ujar Endo sembari terpejam perlahan, kemudian sebuah senyuman muncul di bibirnya. “Aku penasaran, siapa yang memintanya melakukan semua itu?”
Itu sebuah sindiran.
Sebuah sindiran dari mulut Endo untukku. Jelas aku yang meminta Lukas melakukan itu semua. Setelah mendapatkan nomer ponsel Lukas, aku memintanya untuk memperhatikan pola makan Endo di kantor. Lukas pula yang memberitahuku kalau Endo jarang mau keluar dari kantornya untuk sekedar makan siang. Itulah yang menyebabkan aku membuatkan Endo bekal untuk makan siang dan makan malamnya. Bahkan aku selalu menghubungi Lukas untuk memintanya memeriksa bekal Endo saat suatu ketika aku menemukan bekalnya masih belum tersentuh.
“Oh ya, kata Lukas makasih untuk bekalnya. Dia suka,” ujar Endo sembari terpejam kemudian alisnya tiba-tiba bertaut, “Sayang, untuk apa kamu buatin Lukas bekal juga?”
“Memang kamu mau dia cuma ngelihat kamu makan, Ndo? Kan kasihan?”
Endo menyorongkan kepalanya sampai menyentuh pundakku.
“Aku nggak suka! Gimana nanti kalau Lukas suka sama kamu?”
“Ngayal!”
“Masakanmu bisa buat pria jatuh cinta, Sayang!”
“Yang penting…” aku kemudian berbisik mengatakan kelanjutannya.
Endo tiba-tiba membuka matanya dan menatapku dengan pandangan sayu
“Apa?”
“Apanya?” tanyaku.
 “Barusan kamu bilang apa?” tanya Endo lagi.
“Apaan?” tanyaku seakan-akan aku tidak tahu apa-apa.
“Rima, jangan pura-pura lupa!”
“Lupa apanya?”
“Rima, ulangi lagi atau aku perkosa kamu sekarang!” ancam Endo dan  sebuah seringai muncul di wajahnya yang kelelahan.
Aku menelan ludah. Hati kecilku seakan terbangun mendengar tantangan Endo dan mengatakan, “Ayo…ayo..aku sudah siaapp! Ayoooo siniiii…!” (apa-apaan semua rayuan mesum ini?). Endo meringsek maju dan akal sehatku langsung menyuruh bibirku bicara
“Yang penting, aku cuma cinta sama kamu!” jawabku cepat.
Endo tersenyum penuh kemenangan, kemudian mencium bibirku cepat
“Aku mau mandi sebentar sebelum tidur,” jawab Endo lagi sembari meninggalkanku sendiri.
Suara air yang turun dari pancuran terdengar saat Endo memasuki kamar mandi. Sementara itu aku mempersiapkan pakaian gantinya dan membersihkan ranjang. Di saat aku sibuk seperti itulah, kurasakan punggungku basah dan sebuah pelukan yang erat datang dari Endo yang hanya menggunakan handuk di pinggangnya. Rambutnya masih meneteskan air dan tubuhnya yang menempel padaku membuat bajuku menyerap semua air yang masih tersisa.
“Endo, pakai bajumu dulu! Nanti masuk angin,” ujarku sembari berusaha melepaskan pelukan Endo.
“Aku mau kamu, Sayang. Kita sudah lama nggak melakukan…”
“Tapi kamu kan masih capek!” tolakku sembari memotong ucapannya.
Di saat itu aku merasa Hati Kecilku kembali berontak dan berteriak, “ini kesepatanmu, Bodoh!”
Tapi bagaimana bisa aku melakukan itu dan memaksakan tenaga Endo yang tersisa? Dia terlihat sangat lelah dan aku tidak sampai hati meluluskan permintaannya yang satu ini. Walaupun sesungguhnya aku sangat menginginkannya (hey, kami suami istri! Aku berhak mendapatkan semua itu. Dan aku ini protes pada siapa?)
Endo memaksa mendorongku sampai kami sama-sama di atas ranjang. Air masih menetes dari sela-sela rambutnya yang basah. Wajahnya terlihat sangat lelah dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Saat Endo mencium leherku dan berusaha membuka kancing bajuku, gerakannya tiba-tiba berhenti. Tiba-tiba saja nafasnya terasa berhembus teratur dan perlahan. Dadaku masih berdesir mengharapkan sesuatu terjadi dari Endo sampai aku mendengar suara itu.
Itu suara dengkuran.
Endo tertidur saat aku sudah benar-benar siap!
Haiiisssshh…!
****

Suara kaki yang berlari terburu terdengar dari kamar saat aku sedang berusaha membalik telur dadar untuk bekal Endo nanti. Tak lama Endo muncul dengan wajah terlihat cemas dan hanya menggunakan celana training yang sepertinya baru dia pakai setelah semalam tadi aku siapkan. Ini sudah kesekian kalinya dalam minggu ini semenjak kejadian dia meninggalkanku meradang sendiri setelah siap untuk melakukan…olahraga kami.
“Maaf…semalem aku…”
“Ayo sarapan,” ujarku sembari tersenyum untuk menghentikan ucapannya yang selalu sama setiap hal ini terjadi.
Endo melengos perlahan dan menutup wajah dengannya jemarinya yang panjang. Kemudian menarik jemarinya sampai di belakang kepalanya dan itu menyebabkan otot dadanya tertarik dan memperlihatkan otot dada dan perut yang sempurna. Dengan 6 kotak di perutnya, dan dada yang bidang. Memperlihatkan sesuatu yang ingin kupeluk setiap saat. Dan aku menyumpahi pikiran mesumku pagi ini. Dengan segera aku mengalihkan perhatianku dari Endo untuk segera mengambil kentang untuk sarapan kami. Dan sebuah pelukan yang terasa hangat menghampiriku.
“Maaf, aku benar-benar minta maaf,” ujarnya perlahan di telingaku dan membuat wajahku memerah. “Bagaimana kalau kita lakukan sekarang?”
IYA
“Enggak bisa, Ndo!” sergahku dan terdengar suara hatiku meneriakkan kata-kata, ‘munak…munak…munak..’ bergema di kepalaku.
Aku mau!
Sangat mau!    
Tapi itu memalukan!
“Tapi ini sudah…”
“Endo!” sergahku.
“Kamu sudah…”
“Endo!”
“Tapi aku mau, Rim!”
Aku tersentak mendengar kata-katanya barusan. Endo membalik tubuhku dan menatapku penuh harap.
Endo mau!
Dia menginginkanku!
Dia benar-benar menginginkanku!
Dan kenapa aku sebahagia ini?
“Kamu…mau?”
Endo menempelkan dahinya ke dahiku dan kemudian mengangguk perlahan.
“Aku sudah merindukanmu dari semenjak kita terakhir bersama,” ujarnya sembari punggung jemarinya mengusap kulit lenganku dan kurasakan dadaku berdesir perlahan.
“Kamu nanti kesiangan…” ujarku perlahan menahan setiap keinginan yang tiba-tiba muncul.
“Masih ada sedikit waktu.”
“Sarapannya…”
“Bawakan saja, nanti kumakan di perjalanan. Nanti Lukas yang mengantarkanku.”
Bibir Endo mencium bibirku dan dadanya juga perutnya yang begitu menggoda itu menempel erat ke tubuhku saat dia mulai memelukku. Ketika tangannya mulai melepas ikatan apronku, ketika tubuh bagian atasku mulai terekspos dan ketika dia mengangkatku menuju ranjang, aku teringat sesuatu.
Sudah tanggal berapa sekarang?
****
  
“Beneran tuh? Yakin gak ketuker pipis orang lain?”
Aku melotot mendengar Diva mengatakan itu di ruang prakteknya.
“Emangnya bisa?” tanyaku sebal.
“Siapa tahu!” jawab Diva sembari menimang benda di tangannya.
“Di…”
“Ya?”
“Bagian yang kamu pegang itu bekas pipis lho!”
Diva berhenti menimang-nimang dan memegang ujung lain.
“Aku sudah tahu! Aku ini dokter, Rim!” jawab Diva sembari secara sembunyi-sembunyi mengusap jarinya ke bawah dudukan kursi.
“Jadi ini artinya?”
Aku menatap benda yang Diva berikan kepadaku kemudian. Sebuah kertas kecil dan panjang dengan 2 strip berwarna merah tercetak di sana.
“Kamu hamil. Ya ampuuun…Rima, kamu hamil! Endo tokcer!” jawab Diva riang.
Aku tersenyum mendengar semua sorak sorai Diva. Dia tampak jauh lebih bahagia daripada diriku. Sementara aku merasa sedikit bimbang. Jauh di dalam hatiku, aku sangat bahagia. Amat sangat bahagia. Tapi bagaimana dengan Endo?
Apa dia mengharapkan aku hamil? Apa dia akan senang dengan berita ini? Apa dia akan bersorak kegirangan seperti Diva saat aku memberitahunya? Apa aku harus memberitahunya di saat dia sedang berjuang dengan masalahnya saat ini?
“Jadi kapan kamu ngabari Endo?” tanya Diva tiba-tiba.
Au sempat termangu sesaat.
“Nanti.”
“Aaaahhh…”Diva tersenyum manis menggodaku, “Mau bikin kejutan ya? Makan malam romantis, lilin, trus amplop yang isinya testpack ini?”
Aku tersenyum mendengarnya. Itu rencana yang sangat manis, tapi akan sulit di lakukan. Endo selalu pulang larut malam dan tertidur setelahnya seperti beberapa minggu ini. apa mungkin aku bisa melakukan hal semacam itu? Atau aku cukup memberitahunya melalui telepon?
Dan ketika aku memikirkan soal memberitahu Endo lewat telepon, ponselku mendapat panggilan.
****

6 komentar:

  1. Gantungggggg!!!
    Btw makasi mbak postingannya :)

    BalasHapus
  2. Wakakakaa. Kasian endo sangking capenya G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ sadar tidur dy..kocak
    Yeyeyeyee tokcer si endo hamil jg si rima, slamat y mw dpt baby
    Iyah gantuuungg, lagi lagi lagi
    º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba ike
    Eh ho oh seru tu bkin crita diva

    BalasHapus
  3. :) makasih mbak rike udah di posting. tinggal 1 bab trus itu tamat
    penasaran siapa yang tlp RIMA jangan sampai di kampret

    BalasHapus
  4. gantung mbk crtnya,...lagi...lagi

    BalasHapus
  5. Jangaaaaaaaaannnnnn blg nyang telp ntuh duo nenek sihiiirrrrr or jgn2 jstru mntannya Rimaaaa... Aaaakkkkkkk...
    Rimaaaa awaassss ajjah klo g jd ngmg k Endo,,nnti Vie ambl Endonyaaa :p
    Hahahaha
    Mksh Mba Ikeeeeeeeee
    Tp kykny seruuuu jg Diva dbkin crta.. Xixixixi

    BalasHapus
  6. Kocak mbak! Wkwkwk
    Yah.. Sygny nanggung..--"
    Smoga aj deh si Endo ga mrah/jdi stres stelah tw Rima hmil..:(
    Soalny lgi bnyk msalah..:(

    BalasHapus