Selasa, 23 Juli 2013

Kawin Kontrak - Bab 16

holaaaaa... setelah sekian lama menanti, akhirnya eke muncul lagi. ini bakalan jadi bab terakhir dalam bulan ini sepertinya. eke harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dan juga ngebikin beberapa bab lagi yang jauh lebih mateng buat Kawin Kontrak. rencananya bab 17 bakalan muncul sekitar tanggal 12 agustus. berhubung itu sudah lewat lebaran, Eke mohon maaf Lahir batin buat semua kesalahan eke. loph yu all mai preeennnn!!!! muaaaaahhh







BAB 16
RIMA

“Kamu siapa?”
Aku terdiam, menelan ludah getir.
Ketakutan mulai merambatiku kembali. Semua kenangan tentang masa SMA-ku yang suram kembali muncul. Semua teriakan-teriakan dan juga perlakuan kasar dari segerombolan nenek sihir yang dia ketuai kembali teringat. Membuat bulu kudukku kembali merinding saat melihatnya di hadapanku saat ini
“Bisu? Kamu siapa?!” sentaknya dan kembali membuatku merinding.
Sungguh aku mau menjawab pertanyaannya, tapi suaraku seperti menghilang dielan bumi. Yang terjadi malah aku terlihat seperti ikan yang baru saja tertangkap, megap-megap. . Seharusnya saat ini aku berlari kabur melewati pintu masuk. Kabur meninggalkan nenek sihir ini bersama Diva. Mereka lawan yang sepadan. Sedangkan aku nggak lebih dari ayam yang siap untuk disembelih dan dicabuti bulu-bulunya. Nyaliku benar-benar menciut saat ini.
“Keluar kamu, Ti! Ini bukan rumahmu! Selesaikan urusanmu dan Endo di tempat lain!” sentak Diva dan hanya dibalas cibiran oleh Tiara.
“Aku tunangannya!”
Apa?
Tiara tunangan siapa?
Diva melirik bingung ke arahku, dan bisa kulihat ada rasa kalut di matanya.
“Mantan! Kamu mantan tunangan Endo!” sergah Diva, kemudian melirikku lagi. “Dia mantan tunangan Endo!”
“Kamu bicara sama siapa?” tanya Tiara angkuh.
“Dengar ya Nona sombong, statusmu sekarang bukan siapa-siapa. Endo sudah punya istri dan kamu nggak lebih dari perempuan yang dulu sempat hampir bertunangan sama dia. Jadi, karena tadi aku sudah menelpon Endo, silahkan pergi sebelum Endo datang dan mengusirmu sendiri! Kamu masih punya waktu sekitar 10 menit,” ujar Diva ketus.
“Aku nggak akan pergi sebelum bertemu wanita keparat yang sudah merebut Endo!”
Aku terkesiap mendengar pernyataan Tiara. Masih berdiri di tempat yang sama, menatapnya bertengkar dengan Diva, membuatku berpikir satu hal. Aku sama sekali tidak tahu masa lalu Endo. Selama 10 tahun perpisahan kami, aku sama sekali tidak tahu apapun tentang Endo.
“Kenapa kamu nggak buatin aku minum, Pembantu Bodoh!” teriak Tiara sembari menunjuk ke arahku.
“I..iya!”
“NGGAK!” teriak Diva dan itu menghentikan langkahku menuju dapur. “Rima, kenapa kamu mau-maunya disuruh nenek lampir ini?!”
Kenapa Diva menghalangiku? Seharusnya tadi menjadi kesempatanku untuk kabur, menyelamatkan diri. Paling tidak bersembunyin di bawah meja sebelum perang dunia terjadi. Apa dia tidak tahu kalau aku sangat ketakutan?
“Rima?” alis Tania terangkat seakan berusaha mengingat sesuatu.
Aku ulangi.
Aku amat sangat ketakutan.
Dan kumohon, jangan sampai Tiara mengetahui siapa diriku sebenarnya. Jangan sampai dan jangan pernah demi keselamatanku di dunia ini. Aku merapal doa yang Ayah ajarkan dan Ayah praktekan setiap menghadapi kemarahanku dan Bunda. Doa menghalau anjing!
“Kamu lupa siapa dia?”
Diva, kumohon berhenti bicara. Darahku mulai terasa naik secara cepat ke kepala dan detak jantungku terasa begitu cepat.
“Apa pentingnya?”
Syukurlah dia lupa. Darahku kembali turun perlahan, begitu pula detak jantungku kembali melambat.
“Penting!”
Hentikan!
“Apa kamu lupa sahabatku yang pernah kamu bully ketika SMA, hanya karena Endo lebih dekat dengannya?”
Darahku kembali naik dengan cepat ke atas kepala, begitu juga jantungku, berdetak sangat cepat. Kenapa Diva harus mengatakan semua itu? Aku berusaha bersikap tenang, tapi aku tahu pasti saat ini wajahku seperti orang yang menahan buang air selama 3 hari. Tiara melihatku dengan tatapan mengintimidasi, berusaha mengembalikan ingatannya.
“Oh, si pecundang nggak tahu diri itu? Yang sok ke-pede-an ngedeketin sama gangguin Endo?” ujarnya mengejek. “Sekarang apalagi? Jadi pembantu Endo?”
“Sayangnya, pecundang nggak tahu diri yang sok pede dan ganggu itu kamu, Ti,” ujar Diva. “ Dan sayangnya lagi, dia wanita yang kamu cari!”
Jantungku terasa meledak, pandanganku hampir terasa samar-samar. Selamat datang neraka dunia. Selamat datang penderitaan. Tunggu aku menikmati itu semua.
“Apa maksudmu?” tanya Tiara bingung.
“Mau minum apa?” aku berusaha membelokkan percakapan. Kumohon Tuhan, biarkan dia mengetahuiku hanya sebatas pembantu saja.
“Dia istri Endo!”
Suara Diva menimbulkan keheningan sesaat, kemudian aku melihat raut wajah cantik yang perlahan-lahan mulai berubah menjadi menakutkan, diiringi suara teriakan histeris dan juga serangan yang hendak diberikan kepadaku.
Tiara berusaha menyerangku, dia berteriak, berusaha meraih tubuhku dan memukulnya ataupun menendangnya. Untung saja Diva menghalangi Tiara dan berusaha melindungiku. Sekuat apapun Diva berusaha menghalau, Tiara yang seperti kesetanan mampu meringsek semakin maju. Aku begitu ketakutan, sangat ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Di tengah ketakutanku, aku hanya mampu membeku di tempatku berdiri. Tidak berusaha melawan dan hanya ketakutan melihat Tiara yang terus berteriak histeris juga berusaha menyerangku. Hingga pandanganku menjadi gelap, terhalang sesuatu. Wangi yang kukenal samar-samar masuk melalui hidungku dan membuatku sadar bahwa aku sudah berada di pelukan seseorang.
Endo.
“Lukas, pegangi dia!”
Aku mendengar teriakan Endo yang memerintahkan Lukas, dan tak lama, Lukas sudah menarik perut Tiara dan menariknya menjauh dariku ataupun Diva. Aku masih terdiam, ketakutan. Tubuhku seakan secara otomatis membeku bahkan tidak mampu menangis karena kembali teringat kejadian di saat SMA. Tiara beserta teman satu gengnya menyeretku ke dalam toilet dan mengguyur tubuhku berkali-kali dengan air. Sesekali mereka menghajarku dan meneriakkan kata-kata kasar kepadaku. Satu-satunya yang membuatku bersyukur saat itu adalah kehadiran Diva yang langsung menyelamatkanku. Bahkan menghajar beberapa dari mereka, tapi tidak dengan ketuanya, Tiara. Saat ini, Tiara kembali muncul dan akan memperlakukanku seperti dulu.   
“Sayang, ada aku…ada aku…” bisik Endo di telingaku dan kemudian mencium lekat keningku.
Disaat itu aku baru bisa mengambil alih kembali kesadaran tubuhku dan merasakannya gemetar. Air mata bisa keluar perlahan melalui mataku. Aku menangis, menangis tersedu di pelukan Endo. membuat Endo semakin mempererat pelukannya.
“Pak,” Lukas mendekati kami dan itu membuat Endo sedikit terkejut. “Nona Tiara pingsan.”
“Buang aja ke laut!” teriak Diva kesal di belakang kami sembari mengusap lengannya yang tadi sempat terkena serangan Tiara.
****

“Aku nggak apa-apa!”
“Aku harus memastikan sendiri.”
“Diva tadi menghalau Tiara supaya nggak nyerang aku.”
“Sudah kubilang harus kupastikan sendiri.”
“Tapi apa perlunya kamu ngebuka bajuku, Ndo!”
Kali ini aku berhasil menepis tangan Endo dan menyelamatkan kancing-kancing bajuku yang sedari tadi berusaha dia buka. Aku tahu maksud sebenarnya dari suamiku ini. Baru saja semalam dan tadi pagi dia ‘menyerangku’, saat ini dia kembali ingin melancarkan aksinya. Padahal, aku baru saja menghadapi bahaya dari salah satu gadis yang memujanya – mantan tunangannya, Tiara. Dengan alasan menenangkanku, dia membawaku masuk ke dalam kamar, mendudukkanku di ranjang dan meninggalkan Lukas, Diva dan juga Tiara yang masih tidak sadar di sofa.
“Siapa tahu ada luka dalam yang tidak terlihat di balik bajumu, Sayang!” Endo masih berusaha meyakinkanku.
“Nggak, Endo kita perlu bicara…”
Endo kembali meringsek mendekatiku. Bibirnya menyapu bibirku dan tangannya memelukku erat. Aku tidak bisa menolak. Bagaimana caraku menolak? Pria di hadapanku begitu menawan dan mempesona. Pria di depanku ini mampu menghalau semua akal sehatku (dan tentu saja mampu mengambil Hati Kecilku, untuk terus memaksaku mencintainya). Tangan Endo sudah berpindah menelangkup rahangku dan membelai pipiku dengan ibu jarinya.
“Maafkan aku,” bisiknya pelan sebelum kembali menciumku.
Hidungnya yang mancung terasa bergeser di sisi hidungku (yang tentu saja tetap tidak berubah, tetap mungil). Bibirnya terus melumat bibirku dan membuatku tak mampu untuk menolaknya. Aku hanya bisa terpejam dan merasakan semua sentuhannya.
“Cintaku,” ujarnya lagi sambil terus menciumku.
Endo terus menciumku dan semakin lama terasa semakin panas. Dia sedikit demi sedikit mulai menguasaiku dan membuatku terbuai. Membiarkannya menidurkanku di ranjang dan menciumi belakang telingaku. Nafasku mulai tersengal, merasakan tubuhku merespon setiap sentuhan Endo. Ketika tangannya mulai merambati dadaku, sebuah ketukan terdengar.
“Pak, Nona Tiara sudah sadar.” Suara Lukas terdengar dari balik pintu.
“Biarkan saja dulu,” bisik Endo di belakang telingaku sembari terus menyentuh seluruh bagian tubuhku.
Keheningan kembali terjadi dan Endo kembali mencium setiap sudut leherku. Hingga akhirnya kembali terdengar ketukan di pintu. Endo masih setia tetap dengan ‘kegiatannya’.
Ketukan kedua yang lebih keras.
Kali ini sebuah gedoran dan teriakan Diva di balik pintu, membuat semua akal sehatku muncul. Aku mendorong Endo menjauh dan mulai merapikan diriku. Melepaskan semua rasa yang membuaku terbuai dan kembali ke alam sadarku.
“Woi, si manja sudah sadar tuh!” teriak Diva di balik pintu kesal.
Endo menggeram marah dan kemudian beranjak bangun. Dia merapikan kemejanya yang kusut sebelum membuka pintu.
“Kamu mau kemana?” tanyanya saat melihatku ada di belakangnya, mengikutinya.
“Ikut sama kamu,” jawabku singkat.
Mata Endo tampak terlihat kebingungan menatapku. “Aku akan menemui Tiara, Sayang.”
“Aku ikut.”
“Kamu yakin?”
Aku mengangguk dan kehangatan dari jemari Endo menyentuh jemariku. Dia menggenggam erat tanganku dan menggandengku menuju ruang tamu. Diva tampak berdiri kesal bersandar pada dinding, sementara Lukas duduk dengan tenang memperhatikan kami yang baru saja keluar kamar. Dan di sofa itu aku melihat, sosok nenek sihir yang selama ini aku takuti menangis tersedu-sedu. Wajahnya menunjukkan seakan seluruh dunianya baru saja hilang darinya.
Endo melepaskan genggamanku saat kami melewati Diva dan bersimpuh di depan Tiara. Tiara yang baru menyadari kedatangan Endo tampak sedikit terkejut dan menangis semakin keras.
“Bisakah kamu berhenti menangis sebentar sebelum aku mulai bicara?” tanya Endo lembut sembari terus menatap Tiara yang menangis.
Tiara terlihat berusaha mengendalikan dirinya. Dia mulai mengatur nafasnya dan masih dengan sedikit tersedu, dia menatap Endo, seakan memohon belas kasihan.
“Maafkan aku,”kata-kata itu meluncur pertama kali di bibir Endo. Sekelumit nyeri muncul di dadaku ketika mendengarnya.
“Aku cinta kamu, Ndo! Cinta…” Tiara masih tersedu mengatakan perasaannya.
Entahlah, bagiku Tiara adalah wanita yang sangat menakutkan. Dia kejam, sombong dengan semua kecantikan dan kekayaannya juga, tapi kali ini dia terlihat sangat rapuh. Amat sangat rapuh mengharap cinta dari Endo. Aku tahu kalau dia sudah menyukai Endo semenjak kami pertama kali bertemu. Sangat menyukainya hingga membuatnya menjadi sangat kejam kepada setiap wanita yang dekat dengan Endo, tapi jauh di dalam hatinya dia betul-betul ketakutan kehilangan Endo.
“Maaf Ti, aku punya wanita lain yang aku cintai, istriku.”
Hatiku cukup melambung ketika Endo mengatakan hal itu. Itu aku, Rima, istri Endo. Tiara menangis semakin keras. Dia menutup kedua wajahnya dengan kedua tangannya kemudian menangis sejadi-jadinya.
“Kamu harusnya cinta aku, Ndo! Aku sudah suka sama kamu sejak kita SMA. Kenapa kamu tega, Ndo?” ucap Tiara dalam tangisnya.
Endo berdiri dan menatap Tiara. “Kamu sebaiknya pulang. Supirmu sudah menunggu dari tadi di parkiran. Biar Lukas mengantar ke bawah.”
Tiara tiba-tiba berdiri dan memeluk Endo dan itu membuatku sangat terkejut. Darahku seakan terkesiap naik ke atas kepala melihatnya. Endo berusaha melepaskan pelukan Tiara, tapi gadis itu memeluknya sangat erat. Dan tepat saat Tiara menyorongkan wajahnya mendekati Endo, terjadi satu hal yang tak pernah kubayangkan.
PLAK…!
Semua orang di ruangan ini seakan berhenti bernafas sejenak. Mereka melihat satu titik dan seakan tak percaya.
Mereka melihat ke arahku.
Melihatku menampar Tiara.
Aku pasti sudah gila. Aku pasti sudah sangat gila! Tiara memegang pipinya yang kali ini memerah dan bisa kurasakan juga tanganku berdenyut setelah menampar pipi mulusnya.
“Jangan pernah mencium suamiku!”
Aku pasti kesurupan. Itu tadi pasti bukan aku. Seseorang, tolong bawa aku ke pria bersorban putih yang biasanya mengusir setan. Bagaimana bisa kata-kata seperti itu muncul dari bibirku? Dan sekarang jauh di dalam hatiku, aku gemetar ketakutan. Bagaimana seandainya Tiara kembali membalasku?
Tapi tidak, tidak ada balasan. Tiara seperti termangu menatapku sembari terus memegang pipinya yang tercetak bekas merah. Kemudian tak lama dia mundur dan pergi meninggalkan kami semua diikuti Lukas di belakangnya. Pintu tertutup dan hanya tersisa aku, Endo dan Diva dalam keheningan dan juga perhatian yang tertuju kepadaku. Tepukan tangan Diva memecah semua keheningan itu, kemudian dilanjutkan dengan tawa tertahan Endo.
“Aku pasti gila!” aku mulai meracau dan gemetaran.
Endo yang masih berusaha menahan tawanya mendekatiku dan menunjukkan wajah sedikit cemas, tapi tetap tidak bisa menutup tawa di wajahnya.
“Sayang, itu tadi hebat. Jangan menyesal, Sayang!” hiburnya sembari memelukku dan memberikan kecupan di keningku.
“Heiyooo! Di sini masih ada jomblo yang cukup merana karena nggak punya cowok! Bisa berhenti dulu nggak acara sayang-sayangnya?”teriak Diva tiba-tiba.
“Pulang sana!”
“Kamu ngusir aku, Ndo?”
“Ganggu!”
“Aku belum balas dendam soal tadi pagi!”
“Trus, masalah?”
“Kamu mau ku hajar, Ndo?”
Dan semua acara balas membalas sumpah serapah itu semakin menjadi-jadi. Membuatku terheran akan sifat Diva dan Endo. Selama merekasaling berbalas ‘pantun’, otakku terus berputar membayangkan semua kemungkinan yang aan terjadi. Apa setelah ini akan ada segerombolan wanita yang mendekatiku dan kembali memangsaku seperti dulu? Apa aku akan kembali menjadi bulan-bulanan Tiara dan kroninya? Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“Ceritakan aku tentang Tiara dan Sofi, Ndo!”
*****

  

13 komentar:

  1. Kuraaaaaaaannnggg mau lagi :D
    Iissshhh itu tiara pke pengsan lg, ganggu endo n rima mw indehoy aj,xixixixixi
    Yaaakk rima setan kesurupan udh bkin tiara kabur...bgus2, teruskan kesurupannya yak..mhahahaahaa
    º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba ike
    Mohon maaf lahir bathin jg ya *salaman

    BalasHapus
  2. horeeeee makasih ya mba rike :D asikkkkk endo woww wow

    ngebayangin tiara kalap nyeremin banget deh, diva bener" sahabat yang keren banget, tapi kelakuannya hadeuchh ahaha

    rima horee horeee akhirnya kamu berani , mba ada kata-kata yang bikin aku ngakak banget pas lagi serius-seriusnya ya pas baca kalimat yang "seseorang tolong bawa aku ke pria bersorban putih yang biasanya ngusir setan" sumpah mba kocak banget dah ahaha mba bisa aja deh . . semangat mba aku sabar menunggu hingga tgl 12 agustus huwaaaa *peluk endo* semangat ya mba sama kerjaan yang lain :D

    BalasHapus
  3. emake doraaa kok liburnya panjang amat.

    BalasHapus
  4. Eaaaaaaaaaa,,,, akhrnyaaaaa akhrnya sodaraaa sodaraaaaa Rima membalas!!! Catat!!! MEMBALAS!!!! *lebay*
    Aseeeeeeekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk bab slnjtny psti kdu mesti haruuuuusssss lbih seru lg,,mgkn bkln d adegan Rima gntian nglbrak sofi,, wakakakakak ngayaalll ktggian
    tapiiiiii Mba Ikeeeee knp updateny kdu 12 agstus???huaaaaaaaaaaaaaaa...endooooooo mudik dtmpt Vie ajjah gmn??klmaan km nongolny ru tgl 12.. Hukz..hukz..hukz....
    Mksh Mba Ikeeeeeeeee....

    BalasHapus
  5. wwooowww..........applause buat rima deh.hahaaa

    BalasHapus
  6. nah....gitu dong rim jgn mlempem lagi wakakakaka (:) mbk ike hbs ini rima hamil ya??*sotoy thanks mbk ike :)

    BalasHapus
  7. Aaaaaa kepoooooooooooooo

    BalasHapus
  8. tanggal 12 agustus itu kurang lebih 3 minggu lagi ya mbak.. berarti ntar tanggal 12 postingnya langsung 3 bab kan mbak.. makasih mbak rike.. ^

    BalasHapus
  9. Ahhhh krg mbaaakkkkk!!!
    :'(
    Aduh.. Mreka sbenerny sweet sih.. Tpi sllu aj ad pnganggu.. Ckckck
    Hrusny dri awal tu Endo crita, biar ga ad slah pham jga..
    Tpi syukur deh mreka udh sdar klo sling cinta..
    Mbak, klamaan bgt postny, bru tgl 12..:'(
    Udh pngen nmbah lgi nih..:'(

    BalasHapus
  10. Met lahir batin jg mbak. ..dtgg kelanjutannyaaa...
    Hidup endo n rimaaa..hiiihihiii....

    BalasHapus
  11. Wahhh penasaran endingnya, semoga sesuatu yg baik terjadi pada rima Ganbatte (ง •̀_•́)ง

    BalasHapus
  12. Menanti kelanjutan rima + endo dg setiaa .. :d
    -̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶

    BalasHapus
  13. mba.. lanjutannya kpn yaa....???

    BalasHapus