Rabu, 19 Juni 2013

Supriseeee!!!!

Eke inget janji sama beberapa sahabat reader eke buat ngasih kejutan untuk pembaca blog, dan voilaaa.... silahkan menikmati 1/3 bagian dari Kawin Kontrak. Tapi besar emungkinan 1/ bagian ini masih kena edit.
sementara versi fullnya silahkan tunggu sampai senin ya...
sulamaaattt munikmati
wakaakakakakakakakakkakakak



BAB 12
RIMA

Aku tahu ini semua adalah kesalahanku sendiri!
Ingatanku kembali secara cepat pada kejadian tadi siang saat Diva datang ke rumah.
“Kamu apa?”
Diva berteriak terkejut ketika aku menceritakan semua yang terjadi pada malam tragedi lingerie. Saat aku hampir saja dengan bodohnya membiarkan Hati Kecil menguasai tubuhku. Dia menutup mulutnya dan matanya terlihat menyipit karena pipinya yang tertarik ke atas. Asem! Dia berani menertawakanku.
“Sudah selesai ketawanya? Kamu nggak praktek?” tanyaku sebal.
“Sudah selesai. Makanya aku bisa mampir ke sini, sekalian bawa beginian,” ujar Diva sambil mengeluarkan beberapa cd yang di bungkus cover kertas dan juga plastik.
Aku melihat tumpukan CD itu dan memperhatikan tulisan di covernya. Ternyata ini adalah beberapa film yang sudah pernah beredar, Barat dan juga Asia. Beberapa film drama, action dan juga…
“APA INI?” teriakku kaget.
Diva menoleh sebentar kemudian mengambil CD di tanganku untuk membaca judulnya.
“Oh, ini filem bokep!”
“Bo...apa? Diva, kenapa beli film gituan sih?” aku panik melihat CD di tangan Diva dan teringat kembali kejadian semalam.
Setelah pembicaraan tentang $^*$ semalam dengan Endo, dan menemukan diriku paginya terbangun sembari memeluk Endo erat, sudah membuat pikiranku sedikit terkontaminasi dengan khayalan-khayalan liar. Sepagian aku harus menahan debaran jantung setiap melihat Endo karena sentuhan tanganku merekam semua rasa dari otot dada Endo dan memberikan gambaran Endo ketika berada di tempat fitnes setiap aku melamun (dimana sepertinya hati kecilku yang memberi komando kepada pikiranku untuk membayangkan semua itu).
Seperti tadi pagi ketika Endo terbangun dan menampilkan sisi lain sensualitasnya lagi membuat aku sempat termangu selama beberapa saat menatapnya yang sibuk mencari botol minum. Membuatnya berhasil menggodaku kembali seperti ketika di supermarket dan membuat kakiku lemas dengan semua bayangan tentang arah pembicaraannya.
“Buang!” aku langsung berteriak pada Diva sembari menunjuk CD miliknya.
“Biasa aja kali, mbak bro! Emang kamu nggak penasaran sama isinya?”
“Diva!”
Terlambat, Diva sudah memasukkan CD itu ke dalam player dan memutar isinya. Dia menyeretku untuk duduk di sofa yang tidak jauh dari home theater milik Endo. Ini terasa lebih menegangkan daripada menonton film horor. Seorang wanita muncul dan mengenalkan dirinya menggunakan bahasa Jepang yang kami sama sekali tidak tahu apa artinya.
“Yang penting eksyennya! Dialog gak ngaruh lagi, Rim!” sanggah Diva saat aku memprotes film ini tanpa teks dan memintanya mengganti film lain.
Sial! Misi kembali gagal.
Wanita itu kemudian bertemu dengan seorang pria dan adegan yang sebelumnya ada di ruang makan berganti seting di sebuah kamar dengan ranjang ukuran besar. Wanita itu memeluk leher pasangan prianya dan si pria memeluk pinggang wanita itu mesra, kemudian mereka berciuman. Mereka terlihat seperti kelaparan dan berusaha memakan bibir pasangannya satu sama lain. Aku melihat ciuman itu dan membandingkan ciuman yang pernah kudapat selama ini, terutama dari Endo. Ciuman dari Endo terkesan lembut dan tidak memaksa, berbeda dengan ciuman yang saat ini kulihat.
“Ini film vampir Jepang, Di?” tanyaku berbisik.
“Ssst…!” Diva berdesis supaya aku diam.
Bahkan kalau ruangan ini begitu sunyi, Diva tidak akan tahu arti dari setiap pembicaraan di film itu. Aku sedikit kesal dan kembali menonton film itu lagi. Kali ini, adegan si pria melepas pakaian si wanita satu persatu dan mulai menggerayangi tubuhnya. Aku menahan nafas ketika adegan itu berlangsung. Otakku kembali membayangkan saat Endo menyentuh tubuhku semalam. Aku menelan ludah getir (Hati kecilku kembali menampilkan sosok seksi Endo di kepalaku untuk menambah efek dari film ini. Sialan! Ini benar-benar percobaan pengkhianatan). Si wanita melakukan hal yang sama dan dia mendorong si pria ke atas ranjang. Setelah adegan ini, tiba-tiba aku sudah membayangkan si pria adalah Endo dan si wanita adalah diriku.
Mereka (tentu saja di dalam bayangan otakku yang sudah dikuasai pengkhianat –si hati kecil– berubah menjadi adegan ‘kami’) saling meliuk di atas tubuh satu sama lain, saling mencium, menjilat dan juga menggerayangi masing-masing tubuh. Dari atas hingga bawah tidak ada yang terlewat dari semua perlakuan itu. Suara-suara lenguhan dan desahan silih berganti muncul dari mulut si wanita dan speaker Endo terlihat bekerja sangat baik dalam membangun khayalanku bersama Endo. Wanita itu membiarkan si pria mempermainkan tubuhnya dan menerima dengan pasrah semua perlakuan si pria. Sampai ketika di tubuh keduanya tidak tertinggal selembar benang sama sekali, dan ketika si perempuan (sosok diriku terbayang jelas saat adegan ini) menjilat kemaluan si pria (aku tidak tahu bagaimana dengan milik Endo, karena yang terbayang di kepala hanya bagian atas hingga pusar), aku mulai merasa mual. Ketika mereka sudah bersiap untuk ‘bertempur’, pandanganku langsung terasa gelap.
“Mereka baru foreplay aja kamu sudah pingsan. Kebangetan banget jadi cewek!” ujar Diva setelah berusaha sekuat tenaga membangunkanku yang ternyata baru saja pingsan.
Mataku masih sedikit berkunang-kunang dan adegan ‘penyiksaan’ si wanita masih terlihat di Televisi. Aku kembali membayangkan wanita itu adalah diriku. Diriku yang sedang melakukan $#*$ bersama Endo. Perutku terasa bergejolak kembali.
“Matikan, matikan aku nggak kuat!” aku meminta Diva mematikan film itu.
Diva mengambil remote televisi dan mematikan playernya.
“Jangan pernah ajak aku nonton film beginian lagi Di!”
“Apa? Bukannya kalau nonton film Barat kadang juga ada adegan panasnya?”
“Tapi nggak seperti ini! Bahkan di film Barat-pun setiap adegan kayak gitu, aku berusaha merem!” protesku. Diva terbahak mendengarnya dan berjalan ke dapur meninggalkanku.
Dan tiba-tiba ponselku menerima sebuah pesan singkat dari nomer yang tidak kukenal
****

Semua ingatan itu kemudian terputus saat aku melihat Endo di bawahku kembali. Kukira saat ini sudah lewat tengah malam dan aku masih terdiam di posisi yang sama. Endo melihatku bingung dan juga terkejut. Sangat jelas ini kesalahanku sendiri setelah semua ingatan hari sebelumnya.
Pertama, aku sudah menerima ajakan Diva untuk menonton film bokep. Kedua, setelah berusaha begitu keras melupakan si brengsek Tio, tadi siang dia berhasil menghubungiku lagi dengan nomer lain. Ketiga, aku merasa sangat tidak senang dengan teman perempuan Endo yang tadi dia ajak ke apartemen. Mau apa Endo mengajak seorang wanita ke apartemen? (pertanyaan bodoh ini langsung di jawab Hati kecilku dengan lugas, “Makan malam, bodoh!”) Lagipula, untuk apa pertanyaan itu? Aku sama sekali tidak berhak untuk marah untuk setiap teman wanita Endo.
Tapi semua kesalahan itu membuatku bermimpi sangat buruk dan juga aneh! Aku bermimpi tentang film bokep tadi siang, tapi pemerannya aku dan Endo! Semua di mimpiku terjadi sama persis dengan film sialan itu (dan bagaimana bisa aku hafal semua adegannya!), kemudian Tio tiba-tiba muncul dan hendak menghajar Endo. Di saat itulah aku terbangun dan mengucapkan kata-kata ‘ajaib’ yang membuat Endo menatapku cemas dari bawahku.
Astaga!
Aku baru sadar, kalau aku berada di atas Endo, menatapnya dan mengatakan kalimat ‘ajaib’ itu. apa yang harus kulakukan? Apa lebih baik aku pura-pura pingsan atau langsung berbalik untuk berpura-pura tidur kembali? Tapi lengan Endo menahan semua skenario konyolku itu tadi.
Lengan Endo sudah melingkar di leherku dan menarik wajahku turun perlahan mendekati wajahnya (dan Si Hati kecil sudah berjingkrak kegirangan seiring semakin dekatnya kami. Selamatkan aku, bodoh! Beri sebuah ide dan berhenti lompat-lompat!). Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Sedikit lagi bibirnya yang indah itu akan menyentuh bibirku. Ini bahaya, (terutama dengan bau jigong yang bisa keluar secara sporadis melalui sela-sela bibirku. Bisa-bisa kejadian berikutnya adalah melihat Endo muntah-muntah seperti wanita yang sedang hamil muda) sangat berbahaya! Aku harus berpikir cepat! Dan tindakanku selanjutnya adalah meletakan tangan kananku, menutup bibirnya, untuk menghalangi kami berciuman.
Penyelamatan yang sempurna!
Endo sangat terkejut sepertinya dengan tindakanku, dan kesempatan itu kugunakan untuk segera bangun, menjauh darinya.
“Maaf, tadi aku ngelindur!”
Endo terduduk dan menatapku heran.
“Anu, aku tadi mimpi lihat orang jualan es krim. Jadi aku tadi mau bilang, aku mau kamu…” aku menarik nafas dalam, “…beliin es krim.”
Sebuah senyuman mengakhiri alasan bodohku. Es krim apa? Apa tidak ada alasan lain yang lebih meyakinkan (sepertinya alasan aku mimpi melihat nenek-nenek koprol dalam berbagai posisi, dan mau Endo melakukan itu juga, jauh lebih masuk akal). Endo tertunduk, dan aku bisa lihat wajahnya tampak begitu kecewa. Dia menghela nafas dalam.
“Endo maaf,” aku mengamit lengan piyama Endo, tapi Endo tiba-tiba menyentak lengannya keras.
“Maaf,” ujarnya menyesal, “Aku…lebih baik aku tidur di luar.”
Dia menarik bantal miliknya dan berjalan keluar dari kamar, meninggalkanku sendiri. Aku bisa mendengar suara kulit sofa yang terkena badan Endo, kemudian suasana kembali sepi. Ini adalah saat yang paling aku dambakan selama ini. Bisa tidur sendiri tanpa ada Endo yang selalu membuatku was-was. Harusnya aku menikmati saat ini.
Seharusnya…
****

Endo terbangun saat aku sedang menyiapkan sarapan untuk kami. Dia berjalan lunglai sembari memegang bahunya menuju lemari es, mengambil segelas air kemudian duduk di meja makan untuk meminumnya. Sepertinya sofa bukan tempat yang nyaman untuk tidur. Apalagi dengan badan Endo yang cukup besar. Bahunya yang lebar dan berotot pasti tidak mampu beristirahat dengan nyaman.
Tunggu.
Mau apa aku membayangkan semua bagian tubuh Endo? Semalam aku baru saja bisa mendapatkan ketenangan yang kuinginkan dan pagi ini kenapa aku harus memikirkan itu semua?
“Mau kopi?” tawarku ketika dia melewatiku.
Tanpa banyak bicara, dia hanya menggeleng pelan kemudian segera meninggalkanku menuju kamar. Itu sedikit membuatku merasa kesepian. Biasanya dia akan menemaniku sebentar dan sesekali mencuri ciuman di kening atau pipiku. Tapi kali ini dia hanya melewatiku dan meninggalkanku sendiri dengan perasaan bersalah.
Bahkan saat sarapan, dia sama sekali tidak banyak bicara kemudian pergi meninggalkanku dengan memberikan kecupan sekilas di pipi saat berangkat ke kantor. Apakah ini artinya aku bisa mendapatkan ketenanganku kembali? Aku sedikit berjingkrak dan bernyanyi bahagia (dan hati kecilku sepertinya mengutuk semua tindakanku, sekali lagi kami menjadi pasangan yang tidak kompak).
Semua kebahagiaan itu membuatku memiliki tenaga ekstra untuk membersihkan rumah sampai ke seluruh sudutnya, memanggang beberapa kue kering dan juga sibuk menyetrika beberapa baju. Semua pekerjaan yang membuatku semakin bahagia dan tidak sadar kalau hari sudah menjelang sore, sampai suara ponsel mengagetkanku.
“Halo,” suaraku bahkan masih terdengar riang saat menerima telepon di ponselku.
Tidak ada jawaban.
“Halo?” tanyaku lagi.
Masih tidak ada jawaban.
“Bye-bye!”
“Tunggu!”
Aku kenal suara ini.
Setelah sekian lama bersama dan juga sebuah pengkhiatan, mau apa lagi Kampret tengik ini menghubungiku lagi.
“Rima, aku kangen,” ujarnya.
“Mati sana!” teriakku sembari langsung menutup panggilannya.
Aku menjatuhkan diriku keras ke arah sofa dan memegang kepalaku yang sedikit berdenyut. Mau apa lagi Tio menghubungiku? Untuk apa dia selalu menggangguku? Apa tidak bisa dia meninggalkanku untuk melanjutkan hidup dengan tenang? Setelah semua pengkhianatan dan kejujurannya yang membuatku ingin menyiram wajahnya dengan minyak panas, mau apa dia menghubungiku kembali? Ponselku kembali berdering dan menunjukkan nomer yang sama seperti sebelumnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung mematikan panggilannya. Tak lama, ponselku kembali berdering dan itu membuat kesabaranku habis. Aku mencabut baterai ponselku dan menggeletakkannya di meja.
Kenapa dia harus kembali menghubungiku? Aku baru saja bisa bernafas lega dari masalahku yang lain, tapi Tio kembali merongrong hidupku dan mengingatkanku akan semua pengkhianatan yang sudah dia lakukan. Kami dulu bahagia, sangat bahagia, tapi dia kemudian menelikung di belakang dengan Lea. Aku kembali teringat masa-masa ketika aku dan Tio masih bersama, saat kami pergi kencan bertiga, saat aku meminta Lea menemaniku pergi ke tempat Tio. Apa mereka sudah mengkhianatiku sejak saat itu? Apa itu arti dari cara memandang Lea kepada Tio dan begitu juga sebaliknya selama ini? Kenapa aku begitu buta melihat semua tandanya?
Aku mulai menangis karena teringat semua itu. Sebetulnya, aku sudah bisa menerima harus pergi dari sisi Tio, tapi pengkhianatan itu membuat diriku merasa mejadi seorang wanita yang tidak dihargai sama sekali. Seperti kata Diva, aku merasakan rasa percaya diriku jatuh ke lembah terdalam yang hampir tak berujung.
Entah karena terlalu lelah atau karena menangis itu menghabiskan begitu banyak tenaga, aku mulai tertidur di Sofa. Mimpiku kembali memutar adegan ketika Tio mengatakan semua hal yang menyebalkan itu, di Mall. Bagaimana bisa dia menyalahkanku dan memperolok fisikku, tapi masih terus berusaha memintaku menjadi kekasihnya? Apa yang dia pikirkan? Bahkan di dalam mimpi aku masih terus menangis, meratapi nasib cintaku dan juga Tio. Lalu Endo tiba-tiba muncul dan menyelamatkanku seperti biasa.
Seperti biasa?

21 komentar:

  1. Huaaaaa rimaaaaaaaaaa nyebeliiinnn
    Ngeles mulu kerjaannya, kasian kn endo, gatot dh mpnya :p
    Kentaaaaaaannggg, ayo cpt d slsaikan *di lempar baskom am mba ike
    Hahaahaha
    º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakaakakak
      seneeennn mbakeeee seneeennn

      Hapus
  2. yah diputus tengah jalan xixixi mkn lama makin sebel liat rima nolak mulu kan kasian endo nya nanti dia cr cewek lain br tau btw thank you updetnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya tuh...marahin rima tuh... wakakakakakakakakakaak

      Hapus
  3. Huaaaaaaaaa,,,Rimaaaaaa bodoooohhhhh,,bodooooooohhhhhhhhhhhh,,bdooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh
    Klo nnti Endo lari ke sofie gmn??mau emaangg?? Aarrggghhhhhh..
    Mksh Mba Ike surprisenyaaa
    Smg bag editny yg pas Rima ntup mulut Endo pk tgn,,tp jd pk bi2rny Rima.. Xixixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakakakakakakakak...
      kalo pake bibir lanjutannya gak bikin sebel dung

      Hapus
    2. asik tuh vie idenya.. setujuuuuuuu wkkwkwkw

      Hapus
  4. rima kamu itu klewat lugu atw emang bodoh sih...
    kasian sm endo, di ambil cewek lain baru tau rasa loh..
    mba ike surprise bngt ni, mksh ya mbayu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ne, Rima kayaknya harusdi kasih pelajaran sedikit.wekekekekekekekkeekekk

      Hapus
  5. Adwuh rimA,..sekali dua kali ditolak mah endo ny bs sabar,lah klo terus2an keki jg kali endonya jd ngambekkan. Endo cinta kali sama dirimuh masa ga bs rasain siy?#jitak rima biar sadar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saking gemesny sama rima smp lupa bilang makasiy sama mba rikenya ​:) [н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅] :) [н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅н̲̅e̲̅] :)...trima kasih ya mba ^_^

      Hapus
    2. wakakakakakakakaakk... jitak aja tuh makhluk oon satu tuh... wakakakakakakakak

      Hapus
  6. Yahhh... Ptus tngah jlan :(
    Kuciwaaa..:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. pan cuman 1/3 bagian mbake wakakakakakaakaak

      Hapus
  7. Yesssssss!!!! Endoooo marahhh.. horeeee.. udahhh jadian sm si sofi aja
    .. ceraiin si rima... tohh blm terlambat ndooo... biarinnn dehhh si rima....

    Kudukung dr sini ndoo... udahhh tinggalin rima aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkkwkwkwk setujuuuuuu..... :kabur sebelum authornya ngamuk2...:

      Hapus
    2. wakkkksss.......lempar pake sendal... wakakakakakakakakaakakakaakkak

      Hapus
    3. Rima kelamaaann.. ati2 Endo udah gak napsu lg.... yesssss kabur ke sofie ajahh...

      Hapus
  8. kasian amat si endo jeng... sampe kapan tuh junior bakal digoda n tahan? ntr jg ketemu ama sofie (martin) trus terjadi yang tak terelakkan. wkwkwkww............. makasi ya jeng updetannya hihihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. bentar lagi, junior bisa bergerak bebas jeng. wakakakakakakkakakaakk apaan seehhh...

      Hapus
  9. *terpana ... ini untuk umur berapa???
    aya suka Diva btw ... dan paling males ketika masih ada sosok tio yg muncul .. sesuanu bgt bikin kesel ...

    BalasHapus