Kamis, 13 Juni 2013

Kawin Kontrak - Bab 11



Akhirnya eke bisa balik buat apdet Kawin kontrak. Setelah puas liburan dan kena tulah ngabisin duit suami (yang bikin eke terkapar 2 minggu gak bisa ngetik sama sekali) eke akhirnya bisa apdet. Mohon maap buat semuanya yang sudah menanti. Maapkan eke yang gak bisa bales selama ini. sungguuuuhhh…itu semua tidak sengajaaaaa…..
Ooohh… oll mai preeennnn.. ai misss yuuuuu….
Sulamaaattt munikmati….wekekekekekekekekek…. 



BAB 11
ENDO



Endo meringis tak habis pikir melihat tubuh Rima yang tertutup selimut. Bagaimana bisa gadis itu tertidur dengan cepat setelah apa yang dia lakukan. Semuanya hampir berhasil, sampai ketika tendangan Rima mampu membuatnya terpelanting dengan telak sampai ke pinggir ranjang. Endo tiba-tiba tersadar akan salah satu bagian tubuhnya yang menegang. Pasti Rima ketakutan merasakan sesuatu itu menusuknya. Dia menyumpahi tubuhnya yang terlalu cepat menegang dan menggagalkan semua usahanya.
Endo merebahkan tubuhnya dan mencoba tertidur, tapi semua itu terasa sulit. Walaupun begitu dia tetap memejamkan matanya dan berharap bisa tertidur sendiri. Sayangnya, ketika malam menjelang, gairahnya kembali membuat seluruh tubuhnya terasa menegang. Membuatnya ingin menyentuh Rima kembali dan mencium seluruh bagian tubuh Rima. Endo tertunduk di atas tubuh Rima yang memunggunginya, mencuri sebuah ciuman di sudut bibir Rima dan mundur perlahan ketika teringat akan wajah ketakutan Rima. Dia tidak bisa menyentuh Rima lebih dari ini semua atau dia akan kehilangan semua raut bahagia di wajah Rima.
Dengan cepat Endo turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Dia membiarkan tubuhnya yang masih memakai pakaian lengkap terkena siraman air dingin yang keluar dari shower untuk meredam libidonya yang memuncak setelah semua ciuman itu. Masih terasa di bibir Endo kelembutan kulit Rima dan juga hembusan nafas Rima yang terasa di telinganya saat itu. Endo memejamkan matanya dan berusaha berkonsentrasi akan suhu air yang dingin dan melupakan semua tentang ciuman itu.   
Ketika dia merasa sudah menguasai dirinya kembali, Endo akhirnya memutuskan untuk kembali tidur. Air masih menetes dari rambutnya saat dia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutup bagian tubuh bawahnya. Sebuah kaos dan celana tidur menjadi pilihan baju gantinya malam itu. Dengan perlahan karena berusaha tidak mengejutkan Rima yang masih tertidur, dia menaiki ranjangnya kembali. Rima sudah merubah posisi tidurnya semenjak dia masih berada di kamar mandi. Kali ini Rima sudah tertidur sembari menghadap langit-langit kamar. Itu membuat Endo bisa melihat seluruh wajah cantik Rima yang selalu membuatnya terpesona. Saat Endo mencoba untuk memulai tidur, Rima kembali bergerak merubah posisi tidurnya. Kali ini tangan kanan dan kaki kanan Rima memeluk Endo erat dan wajahnya dibenamkan dalam ke dada kiri Endo. Endo mengambil nafas panjang dan kembali mengatur libidonya yang mulai muncul kembali.
Malam ini akan menjadi sangat berat baginya.  
****

“Kamu begadang?”
Endo terperanjat melihat Sofi yang sudah berdiri di depannya. Dia masih sedikit mengantuk dan melamun ketika Sofi datang mengajaknya makan siang. Lukas yang mengiringi Endo juga tampak sedikit cemas melihat keadaan Endo. Setelah semua yang terjadi semalam, pagi ini terasa berat untuk Endo. Matanya masih sangat mengantuk karena semalaman Endo sama sekali tidak bisa tidur. Dia benar-benar bisa tidur ketika dini hari menjelang, dan itu membuatnya sangat sulit terjaga seharian.
“Sepertinya anda lebih baik segera pulang hari ini. Nanti saya minta Pak Tom mengantar pulang dengan mobil Anda,” ujar Lukas.
“Kamu mau aku anterin, Ndo?” tanya Sofi cemas.
Endo tersenyum kepada kedua orang itu.
“Nggak, aku minta kopi pahit aja,” ujar Endo menenangkan, “Lukas, setelah ini tolong bawakan berkas-berkas dari bagian keuangan.”
Lukas mengangguk dan segera meninggalkan ruangan Endo. Sofi menatap cemas ke arah Endo yang masih sibuk memeriksa beberapa berkas. Wajah pria itu terlihat sedikit kacau, ditambah dengan rokok yang dia hisap. Ini sudah batang ketiga yang Endo hisap semenjak dia duduk di ruangan ini.
 “Ada masalah?” tanya Sofi.
Endo mengangguk pelan, “Sedikit. Ada sedikit masalah merger.”
“Rekanan menyebalkan ya?”
“Begitulah,” jawab Endo terkekeh.
“Mau makan malam sama-sama nanti? Mungkin kamu mau cerita dan mungkin aku bisa bantu.”
Endo menggeleng sembari tersenyum dan itu membuat Sofi sedikit merasa kecewa.
“Maaf, nanti malam aku makan di rumah. Atau kamu mau ikut?” tawar Endo.
“Kamu masak sendiri?” tanya Sofi tidak percaya.
Endo tertawa terbahak dan menggeleng lagi.
“Aku malas kalau harus masak sendiri. Kalau kamu mau, ayo makan malam di tempatku, tapi pulangnya aku tidak bisa antar,” ujar Endo.
“Boleh!” jawab Sofi mantap.
Sofi sangat senang menerima tawaran dari Endo. Bagaimanapun juga, ini adalah salah satu kesempatan untuknya mengetahui tempat tinggal Endo. Kesempatan untuknya juga bicara lebih banyak dengan Endo. Endo mengambil ponsel di meja kerjanya dan seperti menelpon seseorang.
“Hai, lagi ngapain?” tanya Endo begitu manis kepada seseorang yang menjawab teleponnya, “Nanti ada teman yang ikut makan malam, bisa kan? Oke, selamat masak. Aku pulang beberapa jam lagi.”
Dada Sofi terasa sakit mendengar semua percakapan Endo barusan. Selama dia mengenal Endo hingga saat ini, pria itu tidak pernah memperlakukannya seperti itu. Tatapan mata Endo terlihat sangat tenang dan dia bisa merasakan bahwa Endo sangat bahagia setelah memutuskan ponselnya. Dia tersenyum lepas dan itu tak pernah Sofi lihat selama ini.
“Ada orang lain di rumahmu?” tanya Sofi ragu.
Endo hanya membalasnya dengan sebuah senyuman kembali.
****

“Ini Rima, istriku.”
Sofi tercekat ketika melihat Rima, wanita yang saat ini terlihat malu-malu di depan Endo. Wajah wanita bernama Rima itu tampak tidak asing bagi Sofi, tapi rasa terkejutnya mengalahkan semua ingatannya.
“Kalian sudah menikah?” tanya Sofi kalut.
Endo memberikan sebuah senyum dan Sofi bisa melihat itu sebuah senyuman yang sangat bahagia. Sementara itu istrinya, Rima, tampak kebingungan dan membuat semburat merah muncul di kulit pipinya yang putih.
“Selamat kalau gitu. Maaf, aku nggak tahu jadi nggak bisa bawa apa-apa untuk…”
“Nggak perlu. Ayo makan!” tukas Endo cepat menghentikan semua perkataan Sofi.
Sofi bisa melihat Endo menarik lembut lengan Rima dan memberikan belaian di tangan Rima dengan ibu jarinya. Semua itu membuat hati Sofi terasa sangat sakit dan hampir membuatnya menangis. Setelah semua harapan yang dia buat, Sofi harus menelan pil pahit bahwa Endo sudah menikah dengan wanita lain. Wanita yang bahkan standar fisiknya di bawah Sofi. Tanpa make up, tanpa potongan rambut terbaru dan juga perawatan kulit. Yang membuat Sofi semakin frustasi adalah tatapan Endo yang terlihat sangat bahagia setiap kali melihat wanita itu.
“Kita pernah ketemu di tempat fitnes kan?”
Sofi terkejut ketika Rima mengajaknya bicara di meja makan. Mata Sofi menyipit dan memperhatikan Rima lebih detil lagi. Ingatannya kembali saat dia mencari Endo di tempat fitnes yang dia dapat dari informannya. Membuatnya kembali teringat akan sosok wanita yang duduk di sebelahnya saat ini. Rima, wanita yang mengaku sebagai teman dari sepupu Endo.
“Ya, aku ingat,” ujar Sofi.
“Kalian sudah kenal?” tanya Endo penasaran dan di balas senyuman Rima.
“Kami kenalan di tempat fitnes. Tempat aku senam yang tahunya tempat kamu latihan bela diri juga, Ndo!” jawab Sofi.
Endo mengangguk seakan mengerti dan kembali memakan makan malamnya. Satu hal yang Endo tidak mengerti, bahwa Sofi sudah mengatur itu semua demi bertemu lagi dengan Endo. Tapi kali ini sepertinya sia-sia. Saat ini Sofi merasa bahwa harapannya sudah padam untuk Endo.
“Jadi, gimana proyekmu?” tanya Endo tiba-tiba yang membuat Sofi sedikit terkejut.
“Yang mana?”
“Proyek kantor dan proyek hati.”
“Ah…” Sofi mengangguk pelan, “Proyek kantor teratasi dengan baik, tapi proyek hati sepertinya gagal.”
“Kamu nyerah? Seperti bukan Sofi,” ejek Endo.
“Maksudmu aku harus terus maju walau tahu kesempatanku sangat tipis?”
“Bukannya biasanya seperti itu? Atau sudah berubah?”
Sofi tersenyum menatap Endo. Pria itu tanpa sadar baru saja menyuruh Sofi untuk terus maju mendapatkan hatinya. Membuat harapan kembali muncul di hati Sofi. Ditatapnya Rima yang sibuk memakan makan malamnya dan membandingkan dengan dirinya. Sebuah helaan nafas mengakhiri semua pemikirannya dan mulai memantapkan keputusannya yang baru.
“Sepertinya aku harus segera pulang,” ujar Sofi cepat.
“Nggak makan puding dulu?” tanya Rima kebingungan.
Sofi tersenyum dan menggeleng sembari membereskan semua bawaannya.
“Maaf, mungkin lain kali.”
****

“Dia cantik ya,” gumam Rima ketika Sofi sudah menghilang dari apartemen.
Endo tersenyum mendengar gumaman itu. dia menatap wajah Rima yang sedikit pucat dan kelelahan.
“Dia temanku waktu kuliah. Itu aja,” jawab Endo yang tiba-tiba membuat wajah Rima memerah.
“Aku nggak tanya! Aku…aku… aku nggak penasaran kok!”
Endo menahan dirinya agar tidak tergelak mendengar jawaban Rima yang terlihat sangat gugup. Gadis itu sangat menarik dan membuat Endo ingin terus menggodanya. Rima terlihat sedikit panik dan segera meninggalkan Endo sendiri di pintu masuk. Berjalan cepat menuju dapur dan membereskan semua perkakas dan juga alat makan yang kotor. Semua itu terlihat sangat menarik bagi Endo. Seandainya saja gadis itu bersedia memberikan hatinya untuk Endo, saat ini Endo pasti sudah memeluk erat sosok Rima yang dia lihat dari belakang.
Sedari dulu dia sudah terpesona dengan Rima, dan semakin hari mereka berdekatan, membuat Endo semakin terjebak dengan pesona yang dimiliki Rima. Gadis itu selalu membuat Endo ingin terus memeluknya, melindunginya dan memberikan seluruh dunia di bawah kakinya. Semua waktu yang mereka lewati bersama sudah membuat Endo menderita karena menahan dorongan di dalam jiwanya. Menahan semua gairah yang dia miliki dan selalu ingin meledak setiap berada di dekat Rima. Membuat Endo bisa berubah menjadi pria buas dalam sedetik apabila dia tidak mampu mengendalikan dirinya. Dan saat ini semua rantai pengendalian diri itu semakin terasa rapuh. Seakan-akan sebuah sentakan mampu membuat seluruh rantai itu putus.
Endo kembali teringat akan kejadian kemarin malam yang membuatnya hampir kehilangan kendali. Membuatnya hampir saja mendapatkan Rima seutuhnya dan juga bisa membuat gadis itu ketakutan terhadap dirinya seumur hidupnya. Seandainya dia mampu, Endo akan memohon pada Rima untuk memberikan seluruh cintanya kepada Endo. Seandainya saja dia mampu.
“Eh…Ndo, kamu nggak apa-apa?”
Endo terkejut dan tersadar kalau ternyata dia sudah berada sangat dekat dengan Rima. Rima terlihat sangat kebingungan dan sangat cemas. Itu membuat Endo sedikit merasa salah tingkah. Apalagi ketika tangan mungil Rima menyentuh lengannya, Endo merasakan seluruh urat tubuhnya menegang dan jantungnya berdebar cepat.
“Kamu sakit? Demam?” tanya Rima cemas.
Semua pertanyaan itu membuat debaran Endo semakin terasa keras. Seluruh tubuhnya menegang dan berusaha keras menahan keinginannya untuk memeluk erat Rima dan menyeretnya ke ranjang. Semua itu demi tetap menahan Rima berada di sisinya. Endo menunduk dan mendekatkan wajahnya ke arah Rima dan memberi kecupan sekilas di kening gadis itu. Hanya sebuah kecupan sekilas, wajah gadis itu berubah menjadi merah padam dan juga ketakutan. Membuat Endo semakin sulit menahan semua dorongan di dalam dirinya.
“Aku tidur dulu,” pamit Endo sembari membelai wajah Rima yang memerah menahan malu.
Itu adalah keputusan yang terbaik. Dengan mendahului tidur, dia bisa mengistirahatkan matanya yang semalam kemarin dipaksa terjaga demi menjaga semua gairahnya. Selain itu, dia tidak perlu melihat sisi menawan Rima lebih lama lagi. Paling tidak, dia bisa memiliki Rima sepenuhnya di dalam mimpinya.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, Endo memimpikan Rima yang jauh lebih agresif dan memperlakukannya sama seperti keinginannya selama ini. Memeluknya erat, menciumnya dan bahkan bercinta dengannya. Hingga akhirnya Endo tersadar akan suara-suara igauan dari alam nyata dan membuatnya terbangun. Rima terlihat sangat gelisah di dalam tidurnya, mengigau sesuatu yang sangat sulit Endo dengar. Bulir-bulir keringat muncul dari kening Rima dan itu membuat Endo sedikit kebingungan.
“Rima…” panggil Endo pelan sembari menyentuh pipi Rima.
Sebuah sentakan dari Rima membuat Endo terkejut dan tanpa sadar Rima sudah menindihnya. Gerakan Rima yang sangat tiba-tiba tidak bisa diantisipasi Endo dan saat ini dia sudah terbaring di bawah Rima.
“Aku mau kamu!” ujar Rima keras.
Tak lama Endo melihat Rima membuka kedua matanya yang indah dan membuat seluruh rantai yang menahan Endo selama ini mulai terlepas satu persatu.
****
 

36 komentar:

  1. Ahh tanggung sekali,,gemes ahhh,,,makasih mba rike,,ditunggu kelanjutanya,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. hoyeee.... ditunggu minggu depan ya. wekekekekekekekkekekekekeekeekek....

      Hapus
  2. Wooaaaa, mba rikeeee muncul...
    Mba kok kentang rasa keju bgt sih mba... :( :( ^Ήîiĸ§ Ήîiĸ§^ :( :(

    Panjangin dikit lagi aja mba, biar gk penasaran..
    WE WANT MORE... WE WANT MORE

    #demomasaksambilbawaspanduk

    Lanjutannya
    jng lma2 mba say pulisss (˘ʃƪ˘)
    (づ ̄ ³ ̄)づ~♡

    BalasHapus
    Balasan
    1. sembunyi di bawah meja ada yang demo.
      wakakaakkakakakaakaka

      Hapus
  3. Balasan
    1. wekekekekekekekekekekekek...
      ben penasaran lhooo

      Hapus
  4. Mbk Tanggung bgt crtnya >.<
    Di tunggu klanjutan nya y Mbk,smg sehat trs biar cpt update nya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiiinnn... nantikan kelanjutannya minggu depan. wakakakakakkaakk

      Hapus
  5. Akkkhhhhh!!!
    Gemes bgttt!!!
    Ihhh!!!
    Mbakkkk ikeee.. Dikau jahat.. Hiks.. Nanggung bgt critany..:'(:'(:'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. apppaaahhh.... jahaaattt???(jreng..jreng..jreng...*kamera zoom in zoom out) wekekekekeekekekekek...

      Hapus
  6. tanggunng.... lagi.. lagi.. lagi... *siapin kemoceng*

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang eke meja, di kasih kemoceng?
      sapu dong!
      wakakakakakakakakakakak

      Hapus
  7. hahaha... apakah akan terjadi seperti dugaan kita???? ayo jeng rikk.. aku padamu... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekekekekkekekekekekek
      berguru dulu deh di my own... wakakakakkakakakak

      Hapus
  8. Balasan
    1. kentang di goreng aja rin... wekekekekekek

      Hapus
  9. Balasan
    1. busyeeettt ne duo kembar, komennya sama bener

      Hapus
  10. mbak,kasih bonus dong skali" :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekekekkekekekeekekekek tunggu kejutan eke

      Hapus
  11. mba rike lama gk muncul itu sakit ya..??
    sory aku gk tau klw tau aja pasti aku besuk...:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang aja gak papa kalo mau jenguk. apa mau transfer duit? eke terimaaaahh... beneran deehh
      waakakkakakakak

      Hapus
  12. mbak kentang sekali sih mbaaa hikssss. teganyaaaa..

    ayo buru mbaaa lanjutsss!!! hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakakakakakkak...
      tunggu minggu depan

      Hapus
  13. kyaaaa mbak rike kentang bangettt sih

    masa harus nunggu sampai minggu depan???? gak ada bonus tambahan *kedip-kedip mata*

    Ternyata Rima Nafsu juga sama endo.
    bab berikutnya sisi liar Rima
    wkwkwkwkwkkkk............

    BalasHapus
    Balasan
    1. gimana kalo foto eke buat jadi bonusnya. wekekekekekekek

      Hapus
  14. wuahhhh akhirnya *loncat loncat gembira*

    makasih ya mbaaa, aaarrgghhh tidakkk itu itu akhirnya bikin penasaran oh my god hhe . . hayoo rima akhirnya agresif yaa, semoga bukan mimpinya endo deh hha :P

    cieee endo senenggg tuhh hha, wadauuww sofii menyeramkan iih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kaget! kirain ada pak ocong. lha loncat-loncat
      wekekekekekekekekekkeekek

      Hapus
  15. Huaaaa,,jangaannn bilaanggg nnti Rima lgsg nendang Endo lg,,hukz..hukz.. Kshn Endo...
    Mba Ikeeeee mauuuuuu lg...lg...lg... Lg.....
    Hukz

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada ngarep di tendang ne si endo
      wakakakakaakakakak

      Hapus
  16. Mba rike salam kenal ya,,pertama kali ikutan komen#tamu ga sopan sering berkunjung tp ga pernah nyapa yg pny lapakny ;D
    Aku suka bgt ma crt nya mba,...smg endony sabar ngadepin rima ya
    Tebese nya nanggung bgt mba,ditunggu lanjutanny aja yo mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakaakakakakakakakakak
      sni naaakkk... sungkem samah tanteee...
      tunggu minggu depan yaaa... wekekekekekekekk

      Hapus
  17. jiahhh mbak rike ne bikin penasaran...T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. jreng..jreng..jreng..
      sungguh mati, aku jadi penasaraaaaannnnnn....
      (*nyanyi)
      wakakakakak...

      Hapus
  18. aaaaaaaa kepo bgt mbaaaa. cepetan dilanjutin yaah yaah yaaahhhhh hehehehe

    BalasHapus
  19. wakakakakakakak.... seperti biasa, senin ya... wekekekekekek

    BalasHapus